Showing posts with label PersibDay. Show all posts
Showing posts with label PersibDay. Show all posts

6.03.2024

BELAJARLAH DARI 2014 & 2015 WAHAI STAKEHOLDERS!


Pawai kemenangan Real Madrid C.F. yang tertata rapi menyambut gelar juara La Liga dan UCL. 

Seharusnya Pawai Kemenangan PERSIB Bandung bisa seperti ini BILA para stakeholders dan organizer mau bekerja lebih keras, lebih cerdas. Jalur disterilisasi, meminimalisir kemacetan. kantung-kantong parkir disiapkan jauh dari episentrum kegiatan, dan petugas berseragam dikerahkan lebih optimal.

Pengalaman 2014 (Juara Liga) dan 2015 (Juara Turnamen Piala Presiden) sama sekali tidak dipakai. Ujungnya sebagian masyarakat ada yang merasa terganggu dengan keceriaan seperti ini. Padahal seharusnya menjadi pesta bersama warga kota.

Bila kemudian cuma  menyalahkan Bobotoh atau warga yang hadir, harusnya berkaca lah. Masyarakat itu bisa diatur kok, mereka juga ingin kenyamanan dan keamanan.

Ricky N. Sastramihardja

(37-61-) 86-90-94-95-14-24

🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆

⭐️⭐️⭐️

6.02.2024

Sebuah Catatan Santai Di Akhir Pekan Tentang Euforia Persib Juara


Sabtu kemarin (1 Juni 2024) ikut merayakan kemenangan Persib dengan berjalan kaki dari rumah jalan kaki sampai Gedong Sate. Sengaja enggak bawa kendaraan, karena tahu bakal ada kemacetan parah dari siang hingga malam hari.

Sepanjang jalan menikmati setiap momen yang tertangkap indera. Mulai para penjual bendera dan atribut yang marema, keceriaan warga, hingga anak-anak muda yang ugal-ugalan di jalan, serta kelakukan-kelakuan random Bobotoh.

Sepanjang yang saya tahu, tak ada kota atau provinsi lain di Indonesia yang begitu mengkultuskan klub sepak bolanya selain di Bandung Raya dan berbagai kota di Jawa Barat. Bahkan nobar pun dilakukan di masjid dan mushola, yang tak pernah dilakukan untuk mendukung timnas. 

===

Pesta sejatinya dimulai sejak hasil imbang lawan Bali United di Bali. Setiap selesai pertandingan berbagai kelompok Bobotoh rajin 'rolling' merayakannya di jalanan kota Bandung. 

Tentu saja, aktivitas itu pasti mengganggu aktivitas warga yang lain. Tapi tak ada yang bisa meredam euforia. Berbagai larangan dan himbauan disampaikan, tapi who cares? Persib memang 'membutakan' mata. Candu.

Puncaknya saat resmi meraih gelar juara Liga Indonesia untuk ke-3 kalinya. Sejak Jumat malam, kantong-kantong massa tumpah ke jalan. Mereka turun ke jalan untuk merayakan kegembiraan, berbagi energi positif, melupakan kepenatan hidup.

Tak ada isu besar yang bisa membuat masyarakat Bandung Raya berkumpul di jalan selain Persib. Dalam ingatan saya, sejak pertama kali ikut merayakan kemenangan Persib di tahun 1986, ya hanya Persib yang bisa memobilisasi massa dengan sukarela, dengan suka cita.

===

Mari kita rayakan kemenangan. Abaikan isu-isu minor yang ada, enggak usah diperdebatkan. Bila harus ada yang dikritik, saya lebih memilih mengkritisi buruknya crowded management saat acara puncak digelar.

Tak terlihat ada petugas kepolisian yang cukup di sekitar panggung utama di Gedong Sate. Tak terlihat ada paramedis, atau petugas damkar. Sound sistem yang buruk dan tidak mengakomodir massa dalam jumlah fantastis di sayap kiri dan kanan panggung utama, Bila terjadi 'sesuatu yang tidak diinginkan', pasti akan sulit untuk melakukan mitigasi dan evakuasi.

Sedangkan yang perlu diapresiasi semisal adanya live streaming melalui PersibTV, big screen di kiri kanan yang membuat konsentrasi massa terbagi tidak hanya ke panggung utama, serta massa yang umumnya berlaku tertib dan santun walau tak ada petugas keamanan di sekitar.

Mari kita nikmati dan rayakan kemenangan PERSIB Bandung .

Ricky N. Sastramihardja

(37-61-) 86-90-94-95-14-24

🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆

⭐️⭐️⭐️

12.27.2023

PERSIB DAN TAHUN LAHIR


Bagi saya, para peneliti sejarah Persib pimpinan Prof. Kunto dari FIB Unpad tidak salah. Justru membuka benang merah bagaimana sejarah sepak bola di Bandung berdasarkan catatan sejarah sejaman di masa itu (rekaman media massa/koran).

Permasalahan kemudian adalah bagaimana kemudian user penelitian itu, dalam hal ini, PT. PBB mengambil hasil rekomendasi yang disampaikan para peneliti.

Dalam executive summary yang saya dapatkan, para peneliti memberi 5 rekomendasi waktu, yakni:

1. 11 Juli 1914

2. 5 Januari 1919

3. 19 Mei 1923

4. 22 Oktober 1928

5. 18 Maret 1934

Tidak ada satu pun catatan sejarah yang merujuk pada tanggal 14 Maret 1933.

PT. PBB pun sebagai user nampaknya mengambil rekomendasi kedua, yakni 5 Januari 1919. Asumsi PT PBB memilih rekomendasi itu adalah Persib dianggap sebagai pendiri PSSI pada 11 April 1930.

"Logikanya, kata Kunto, sebagai salah satu pendiri PSSI, Persib seharusnya lahir terlebih dulu dari yang dilahirkannya.

Kunto juga menjelaskan, di antara lima titimangsa (asal usul) yang ditemukan oleh tim peneliti, tanggal 5 Januari 1919 merupakan hasil interpretasi yang paling logis karena didukung oleh fakta sejarah yang kuat (primer). " (Bola. com 18 Desember 2023).

Namun executive summary juga memberi catatan bila pada 5 Januari 1919 itu adalah pembentukan BIVB atau Bandung Inlandsch Voetbal Bond, bukan Persib.

Justru pada rekomendasi ke-5, 18 Maret 1934 lebih masuk akal, karena disebutkan pada pemberitaan di Sipatahoenan dengan judul "BIVB+NIVB = PERSIB."

Hal ini juga pernah disampaikan Atep Kurnia, penulis buku "Maenbal: Sejarah Sepak Bola Bandung (2022)" sebagai berikut:

"Saya pikir, dengan adanya fakta-fakta dari kedua tulisan dalam Sipatahoenan edisi 19 Maret 1934 di atas, tanggal 14 Maret 1933 sebagai titimangsa hari ulang tahun (HUT) Persib yang selama ini diperingati mesti digugurkan dan diganti dengan 18 Maret 1934. Karena jelas, untuk 14 Maret 1933 tidak ada bukti yang memperkuatnya, sementara untuk tanggal 18 Maret 1934 takkan terbantahkan lagi faktanya. 

Hal lainnya, di balik fusi tersebut ada jasa besar Hoesijn Kartasasmita dari NVB yang sebelumnya punya inisiatif untuk menyatukan dua bond sepak bola di Bandung yang hubungannya “putus-sambung” antara 1932 hingga 1933. Meskipun yang akhirnya terpilih sebagai ketua Persib pertama adalah Anwar (St. Pamoentjak) dari PSIB dan Hoesijn sebagai wakil ketua," tulis Atep seperti dimuat di AyoBandung.com 29 Agustus 2022.

Sedangkan Anggalarang, admin @historyofpersib di X, dalam buku elektroniknya "BOEKOE POETIH, PELURUSAN SEJARAH PERSIB BANDUNG" (2023) menulis bila nama Persib akhirnya memang benar-benar mulai digunakan, seperti yang ditulis dalam pemberitaan Sipatahoenan di tanggal 16 April 1934. 

"Karena ketidakpastian ini, maka saya hanya menulis angka tahun 1934 sebagai lahirnya Persib. Jika ada yang mengatakan 18 Maret, boleh-boleh saja. Begitu juga dengan tanggal 25 Maret atau awal April, walaupun belum ditemukan buktinya. Yang pasti bukan tanggal 14 Maret 1933," tulis Anggalarang.

Jadi, jelas 5 Januari 1919 seperti yang diambil PT PBB dari rekomendasi penelitian itu, menurut saya, terlalu jauh. Terlalu memaksakan diri agar cocok dengan logika 'pendiri PSSI'. Walau demikian, tentu saja, seperti halnya sifat sejarah yang cair, yang selalu mengundang diskusi dan interpretasi, apapun hasil riset ini patut diapresiasi. 

Karena memang seharusnya seperti itu di mana manajemen klub juga berperan aktif menyusuri jejak sejarah klubnya. Karena baru kali ini PT. PBB meminta 'fatwa' dari tim peneliti Sejarah dengan reputasi yang tidak diragukan dan teruji.

Bila kemudian menjadi isu liar seperti dualisme Persib atau apapun, tentu saja tetap menarik untuk diikuti. Karena jangan sampai hasil penelitian ini malah menimbulkan semangat dualisme kepemilikan Persib. 

Dan mari kita tunggu hasil diskusi selanjutnya. Apakah akan ada perubahan lagi, mengingat Teddy Tjahjono terlalu gegabah mengambil hasil rekomendasi. Tetapi yang jelas, bukan 14 Maret 1933

Karena menurut Anggalarang, 14 Maret 1933 tidak memiliki landasan resmi. "Satu-satunya keterangan yang menyebutkan bahwa Persib lahir di 14 Maret 1933 adalah berdasarkan keterangan R. Ibrahim Iskandar di “Pasang Surut 40 Tahun Persib” yang dirilis tahun 1973 atau 2 tahun sebelum beliau meninggal dunia."

"Sebenarnya catatan yang lebih tua mengenai “teori 1933” tertulis di koran Preangerbode tanggal 24 Juli 1953, masih dari informasi Ibrahim Iskandar, hanya saja dalam artikel tersebut hanya menyebutkan tahunnya saja tanpa tanggal dan bulan."

Ricky N. Sastramihardja 

27122023

7.12.2023

30 TAHUN VPC DI ANTARA LOVE HATE RELATIONSHIP


Bagi banyak urang Sunda yang merantau hingga ke luar pulau, bahkan ke luar negeri, Viking Persib Club tidak sekedar komunitas bobotoh pecinta Persib Bandung. Lebih dari itu, VPC adalah pemersatu, penghimpun, tempat berbagi, silaturahmi.

Bahkan tidak hanya bagi urang Sunda saja. Tapi siapapun pecinta Persib Bandung yang mengembara ke luar Tatar Sunda.

Bila kemudian ada friksi antara VPC dengan manajemen PT. PBB sebagai pengelola Persib, itu adalah bagian dari relasi cinta dan benci. Suatu hal yang alamiah bila semakin dekat maka semakin sering terjadi friksi.

Namun framing jahat yang kemudian 'naplok' di antara kritik keras VPC kepada PT. PBB adalah stadion menjadi tidak aman bagi keluarga karena ada komunitas Bobotoh (VPC, Bomber, The Bombs, Ultras, dll). Juga framing jahat yang menyebut komunitas itu tidak pernah membeli tiket.

Framing-framing itu disebar melalui komentar di instagram atau facebook atau reply-an di Twitter. Yang lebih menyakitkan, beberapa diantaranya malah berharap VPC bubar. "Biar diganti oleh komunitas yang lebih baik," demikian kira-kira komentar yang saya baca di sebuah postingan di IG.


====

Padahal, sepengetahuan saya, tidak ada organisasi yang bisa menyatukan urang Sunda di perantauan sehebat VPC. Memang ada paguyuban-paguyuban warga Sunda yang lebih general, tetapi Viking lebih terdengar suaranya.

Saya melihat keseruan Viking Batam yang dikomandani Pak Nopianto Ok dan Pak Yanhard Rjp  dkk yang begitu solid. Saya yakin tidak semuanya urang Sunda, tetapi saya yakin banyak urang Sunda, setidaknya mereka yang lahir besar di Tatar Sunda dan kemudian mengembara ke Batam bergabung di Viking Batam.

Di Bontang saya disambut hangat kang Fajar Kharisma dkk, urang Ciamis yang sudah menjadi orang Bontang. Di Balikpapan ada kang Deden Arif Kurniawan dkk, walau selama saya di Balikpapan belum pernah jumpa (baheula can aya medsos tea). 

Belum lagi di luar negeri: Jepang, UAE, Saudi Arabia, dll, urang-urang Sunda yang mengembara menghalau stigma urang Sunda itu 'malas' dan enggan mengembara.

Di Palembang, urang Sunda yang jegud menampung ribuan anggota Viking, Bomber saat final ISL 2014. Juga berkat bantuan Viking Palembang dan Sumbagsel serta sekitarnya.

Saat mengelola dua media pepersiban (suarabobotoh.com/maenbal.com, dan Bobotoh.id di 2013-2020), saya bertemu dan mendapat banyak cerita urang Sunda di perantauan yang sangat terwakili dengan kehadiran Viking di wilayah tinggalnya.


====

VPC menjadi representasi organisasi masyarakat Sunda yang ada di perantauan. Bahkan di Jakarta, Viking Jakarta bahkan menjadi yayasan yang aktif menjalim silaturahmi warga Sunda di wilayah yang dulunya menjadi bagian dari kerajaan Sunda - Galuh/Pajajaran.

Memang anggota VPC itu hanya sekitar 200.000 orang atau hanya sepersekian persen dari kurleb 11 juta Bobotoh (data dari followers Persib di FB) atau 6,7 juta Bobotoh di IG. Tapi jangan ditanya soal militansi. Kang Aip Bornkill  mungkin bisa cerita banyak soal berhari-hari di perjalanan darat dan laut menuju Medan untuk mendukung Persib saat dijamu PSMS.

Jadi, stop framing jahat yang menunggangi love hate relation ship VPC dengan manajemen PT. PBB. Bukan kali ini saja kok VPC mengkritik Persib. Maneh we nu belegug jeung kurang loba ulin.

Selamat milangkala ka-30 VPC 17 Juli 1993-17 Juli 2023.

Keep roaring hard in the terraces!

Ricky N. Sastramihardja

3.17.2023

PERSIB TIDAK LAHIR DI TAHUN 1933, TAPI TAHUN...

 




Persib Bandung ternyata tidaklah dilahirkan tahun 1933! Itu adalah hasil diskusi publik yang dilakukan via Spaces Twitter pada 11 Maret 2023 kemarin.

Atep Kurnia, penulis buku "Maen Bal: Sejarah Sepak Bola di Bandung 1900-1950," (Panti Baca Ceria, 2022) bahkan menyebut angka pasti: 18 Maret 1934. Hal tersebut didapatnya dari kliping koran Sunda Sipatahoenan yang terbit setelah tanggal 18 Maret 1934.



Atep menyebut, kelahiran Persib tersebut adalah sebagai fusi penggabungan dua klub sepak bola di Bandung masa itu, PSIB dan NVB (National Voetbal Bond).

Dalam Spaces yang juga dihadiri oleh Endan Suhendra (Wartawan Galamedia, penulis buku "Persib Juara"; 2014), Fery Widyatama (penulis buku "SIVB: Pasang Surut Sepak Bola Surabaya 1926-1942), dan juga Eko Maung, malah terungkap fakta yang menarik.

Bagaimana bisa Persib lahir tahun 1933 atau 1934, sementara ia tercatat sebagai salah satu dari 7 klub pendiri PSSI? Di mana PSSI itu dilahirkan 11 April 1930. 3 tahun sebelum Persib lahir di 14 Maret 1933 atau 18 Maret 1934.

Menurut Eko Maung lagi, seharusnya Persib itu lahir sebelum tahun 1930, di tahun 1920-an. Apakah itu tahun 1923 sesuai akta BIVB (Bandung Indonesisch Voetbal Bond) atau setelahnya.

Untuk jelasnya diskusi itu bisa disimak di dalam recording yang saya simpan di Youtube. Kenapa Youtube? Karena Spaces Twitter hanya bertahan 30 hari saja. Jadi pasti setelah 11 April 2024, recording Spaces di Twitter akan dihapus dari server secara permanen.

Berikut link youtube-nya. perhatikan: durasi video sekitar 2 jam. Audio only.

Ricky N. Sastramihardja



8.26.2022

DI BANDUNG ITU RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....


Musim 2012. Persib dikalahkan Persiba di Stadion Siliwangi. Bobotoh memberikan standing ovation untuk kedua tim yang memang bermain bagus.

Pemain Persiba dan Persib keluar stadion dengan kepala tegak. Peter Butler, pelatih Persiba merasakan apresiasi dan atmosfir luar biasa.

Musim 2013, Persita Tangerang menjamu Persib di Stadion Siliwangi. Persita bermain buruk, persis seperti Bali Utd di GW 6 Liga 1 kemarin: Loba gogoleran.

Hasil imbang, Persita masih beruntung bisa keluar dengan utuh dari Stadion Siliwangi yang dipenuhi Bobotoh. 

Kim Jeffrey Kurniawan, bermain buruk saat Persib dilatih Dejan Antonic. Dibully di medsos, bahkan saat latihan.

Tapi saat Kim Jeffrey gagal membobol gawang Borneo FC di babak knock out Piala Presiden 2017, Bobotoh di stadion mendukung Kim. Membesarkan hatinya dan tetap mendukungnya. Tak ada bully-an atau cacian. 

Bila sepakbola itu ekspresi hati, maka mendukung tim kesayangan langsung di stadion adalah ekspresi paling jujur dari hati yang paling dalam.

Tanpa harus menjadi pembenaran atas kesalahan, marilah saling memahami dan tidak menghakimi. Percayalah, mendukung tim kesayangan di tribun stadion akan sangat berbeda dengan di depan TV. 

Babaledogan emang salah, nyundut flare juga salah berdasar regulasi. Tapi menghakimi mereka dengan jari di medsos malah mengundang pipaseaeun.

Kalau mau nyaram, cobalah langsung caram di stadion... langsung di depan pelakunya.

RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....

📷 Persita vs Persib, Stadion Siliwangi ISL 2013.

6.22.2022

EVALUASI ATAU ADA YANG MATI LAGI!


Pertandingan Persib vs Persija di ISL 2013 (3 Maret 2013) adalah pertandingan dengan service terbaik dari Panpel Persib. Pertandingan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat itu sungguh nyaman dan aman padahal partai big match.

Screening dilakukan dalam beberapa lapis hingga hanya penonton yang mempunyai tiket bisa duduk di kursi sesuai nomor kursi. Ya, saat itu SJH baru saja dipasangi kursi dengan nomor duduk.

Stadion pun tidak sepenuh biasanya dalam arti tidak semua kursi terisi. Masih ada beberapa kursi kosong di setiap tribun, termasuk di tribun timur. Ini akibat screening berlapis yang dilakukan aparat hingga tiba di ring 1 hanya bobotoh bertiket saja yang bisa masuk area SJH.

Tetapi kenyamanan itu hanya itu saja, hanya sekali itu saja. Lanjut ke pertandingan berikutnya, saat tiba di tribun saya mendapati kursi saya sudah diduduki orang lain.

Ketika saya meminta orang itu untuk pindah, ringan saja dia menjawab. "Da saur bapa anu berseragam oge bebas calik mah di mana wae," tuturnya.

Saat ditanya soal tiket, ia tidak bisa menunjukkannya. Padahal ia datang bersama 4 atau 5 orang keluarganya.

Hingga terakhir saya ke stadion untuk menyaksikan Persib vs Sriwijaya FC di Liga 1 2017 di stadion GBLA, tidak pernah ada lagi tiket dengan nomor kursi. Pemilik tiket harus adu cepat masuk ke tribun berebut dengan bobotoh tak bertiket yang masuk dengan cara menyuap petugas penjaga tiket.

Bila dihubungkan dengan kejadian kemarin dengan membludaknya Bobotoh di GBLA yang menelan korban jiwa, saya yakin kawan-kawan Bobotoh bisa menarik asumsi siapa yang salah, lalai, dan harus bertanggung jawab atas kejadian ini.


Tidak ada asap tanpa api. Tak ada supply bila tidak demand. Tidak akan ada yang menyuap bila tak ada yang bisa disuap. Penyuapan itu akan berhenti bila petugas menolak suap. Juga bila Bobotoh yang suka 'moncor' sadar diri.

Tetapi kesadaran itu tidak akan terwujud bila sistemnya tidak mendukung. Bobotoh yang menyuap akan sulit terjerat hukum berbeda dengan petugas yang mau disuap. Karena jumlahnya banyak dan tidak teridentifikasi. Akan berbeda dengan petugas pelaksana karena penempatan mereka di setiap gerbang pasti ada perintah dari atas dan ada catatan/log booknya. Siapa koordinator regunya, siapa saja yang bertugas, berapa orang aparat sipil, berapa orang aparat kepolisian/TNI.

Dengan kata lain, pelaksanaan sistem berdasar hukum itu adalah top down, dari atas ke bawah. Dari pucuk ke akar rumput, bukan sebaliknya.Akar rumput yang menongak ke atas akan lebih mudah dikondisikan bila pucuk memberi contoh dan teladan. Menerapkan punish and reward dengan adil dan fair. Petugas gerbang bukanlah penjual tiket tapi pemeriksa dan penyobek tiket.

Saya jadi teringat dengan cerita seorang kawan baru yang berasal dari luar kota Bandung di awal bulan Juni ini "Abdi mah Mang, ka Bandung ngahajakeun lalajo Persib najan teu boga tiket. Soalna nyaho cara ngakalanana, 100.000 teh bisa ku 10 urang asup."

Dengan kejadian meninggalnya dua bobotoh bertiket akibat berdesakan di stadion yang over capacity maka seyogyanya Panpel Persib segera melakukan evaluasi menyeluruh. Tidak hanya Panpel dari PT. PBB saja tetapi juga dari aparat-aparat negara yang diperbantukan dan memang berwenang untuk mengatur masalah keamanan dan kenyamanan.

Bila tidak dilakukan perbaikan sistem terutama mentalitas riswah, permasalahan ini akan kembali terulang. Bukan tidak mungkin akan lebih buruk lagi. Sedangkan berdasar UU Keolahragaan tahun 2022 pasal 54 ayat 4-5, Panpel berkewajiban menjaga keamanan dan kenyamanan para penonton olahraga (baca: suporter) yang memiliki tiket.

Masalah utama bukan pada Bobotoh tak bertiket, karena sejak jaman di Siliwangi pun Bobotoh yang tak bertiket sudah ada. Tidak semua berniat menjebol pintu, sebagian besar malah ingin bertemu rekan-rekannya, bersilaturahmi di luar stadion di saat pertandingan berlangsung.

Ricky N. Sastramihardja II

📷 Ricky, Twitter @oydnnx

6.07.2022

MARHABAN YA BAL-BALAN!


Walau sampai saat ini masih belum rilis harga dan kuota tiket, tapi pertandingan perdana 'tarkam' Piala Presiden 2022 antara PERSIB Bandung vs Bali United mengundang antusias Bobotoh.

Maklum, dua tahun tidak nyetadion menjadi kebutuhan tersediri bagi publik sepak bola Bandung. Tidak hanya bobotoh domestik yang berdomisili di Bandung Raya, pertandingan ini juga diincar bobotoh dari luar kota Bandung.

Berkaca dari pertandingan Timnas vs Banglasdesh, sepertinya tiket juga masih akan dijatah. Apalagi status aglomerasi Bandung Raya masih PPKM Level 1.

Semoga panpel pertandingan dan PT. PBB bisa mengelola distribusi tiket dengan baik. Jangan sampai jatuh ke tangan calo yang akan membuat rudet.

Karena pertandingan digelar di GBLA, tentu saja harus disosialisasikan juga ke warga sekitar. Jangan sampai ada akamsi yang minta jatah tiket hingga ribuan dengan dalih untuk warga padahal untuk dijual lagi.

Ini event olah raga profesional, penonton harus membeli tiket untuk membantu ekonomi klub  dan pemain. Jangan jadi bobotoh yang doyan moncor. Penjaga gerbang tiket juga jangan mangpang-mungpung. 

Terserah teknisnya bagaimana, mau tiket konvensional atau elektronik, hal itu tidak penting. Karena yang penting adalah manajemen di lapangan yang harus beres dan meminimalisir kebocoran agar bobotoh yang membeli tiket bisa menikmati haknya dengan layak.

Marhaban Ya Bal-balan!


Ricky N. Sastramihardja

2.14.2022

DERBY MATCH, MAKNA KATA YANG MELUAS AKIBAT RIVALITAS


Semula pertandingan derbi pada sepak bola hanya berlaku untuk pertandingan tim sekota atau satu wilayah yang sama. Namun kadang mengalami perluasan makna, menjadi pertandingan antara dua tim dengan rivaltas yang kental. 

Perluasan makna ini sepertinya akibat 'salah kaprah' media massa dalam memberi judul dalam berita/isi. Walhasil, tak dapat ditolak, istilah derbi kemudian meluas kemana-mana, bahkan pada klub yang tak memiliki akar sejarah rivalitas yang panjang.

Di Indonesia yang memungut istilah derbi dari bahasa Inggris, derby, ketidaktepatan penggunaan istilah ini sering digunakan. Entah karena kata derbi ini memiliki makna konotasi yang lebih luas, yang lebih menguras emosi para pendukung tim sepak bola. Atau mungkin karena ingin terlihat keren karena keinggris-inggrisan.

Misalnya saja ada yang menyebut derby Jatim untuk Persebaya vs Arema, atau Derby Indonesia untuk Persib vs Persija. Padahal bila dikembalikan ke arti kata sesuai kamus/leksikal, tentu saja istilah tersebut tidak tepat.

Bagaimana tidak, klub-klub itu tidak berada di kota yang sama. Juga tidak berada di satu wilayah yang sama, ada kota lain di antara kota-kota yang 'berselisih'. Sepanjang Surabaya - Malang, ada Sidoarjo dan Purwodadi. Dari Jakarta ke Bandung, ada Bogor dan Cianjur atau Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.

Lebih unik lagi menyebut derby Indonesia untuk pertandingan Persib vs Persija. Ini sudah sangat jauh dari kata semula, karena bila memakai istilah derbi Indonesia, maka semua pertandngan di Indonesia adalah derbi.

Satu-satunya alasan yang (dipaksa) masuk akal adalah karena adanya rivalitas panjang antara ke dua klub. Hingga akhirnya kata derbi mengalami perluasan makna, terutama dipakai oleh media-media.

Uniknya, misalnya, istilah derbi Indonesia ini tidak berlaku pada pertandingan Persib vs PSMS Medan. Padahal rivalitas kedua klub ini di masa perserikatan sangat kuat dibanding Persib vs Persija. Juga tidak berlaku pada pertandigan Persebaya vs PSIS. Derbi di Indonesia seolah hanya menjadi milik Persebaya vs Arema dengan istilah derby Jatim, serta Persib vs Persija dengan istilah derby Indonesia.

Bahkan pertandingan Persib vs PSKC Cimahi atau Persib vs Persikab Kabupaten Bandung juga jarang disebut derbi. Selain karena di keduanya jarang bertemu akibat berbeda kasta, juga karena memang tidak ada rivalitas antara kedua klub. Bobotoh pendukung Persib biasanya ya suporter PSKC juga atau suporter Persikab (Lulugu).

Mungkin, bila dikembalikan ke arti kata derbi secara leksikal, maka pertandingan antara Persija vs Persikabo 1973 seharusnya lebih layak disebut derbi, arena kedua klub tersebut ada di wilayah aglomerasi yang sama/bertetangga. Atau misalnya PSIM Yogyakarta vs Persis Solo, karena keduanya berada di wilayah yang sama/bertetangga, juga karena rivalitasnya yang kuat.

Bila merujuk ke makna leksikal, maka derbi di Liga 1 mendatang dipastikan akan terjadi antara Persita Tangerang vs Rans Cilegon FC yang sama-sama berada di wilayah Banten. Atau bila Rans FC jadi bermarkas di Jakarta Utara, maka Persija vs Rans FC yang layak disebut derbi, seperti halnya Persija vs Persitara Jakarta Utara. Itulah derbi yang sebenar-benarnya derbi.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Derby PSKC Cimahi vs Persib Bandung di babak 128 besar Piala Indonesia 2019 di Stadion Wiradadaha, Tasikmalaya.  Persib menang tipis 1-2.




2.12.2022

JEJAK TERSEMBUNYI PASSOS DI PENAMPILAN CEMERLANG TEJA


Teja Paku Alam namanya. Semula kehadirannya disangsikan, maklum pemain kelahiran Painan, Sumatera Barat 28 tahun silam ini direkrut di awal 2020 dari tim yang terdegradasi ke Liga 2, Semen Padang.

Namun Teja sepertinya bisa membalikkan anggapan miring itu.  Dari 19x penampilannya bersama Persib di Liga 1 2021, Teja membuktikan bila ia menjadi rekrutan pemain terbaik Persib Bandung di era rezim Robert Alberts. 

Gawang Persib kebobolan 15x dalam 23 pertandingan dan memasukan 30 gol ke gawang lawan. Minimnya kebobolan Persib ini, selain kontribusi pemain belakang, dipastikan karena penampilan cemerlang Teja.

Berulang kali ia melakukan penyelamatan-penyelamatan penting, bahkan untuk bola-bola yang sulit. Akibatnya Ciro Alves, juru gedor Persikabo 1973, menangis di ujung pertandingan pekan ke-21. Semua tendangan mautnya yang indah, gagal bersarang ke gawang Teja.

Bahkan dari pertandingan pekan ke-24 tadi malam melawan PSS Sleman, Teja layak mendapatkan gelar Man of The Match (MoTM) setelah berulangkali melakukan penyelamatan dari serangan-serangan pemain Sleman. Walau kebobolan satu gol oleh eks rekan satu tim-nya, Wander Luiz, Teja berhasil menjaga kemenangan Persib hingga ujung pertandingan.

Ia juga berhasil menepis tendangan jarak jauh Ramdhani Lestaluhu, yang bila membuahkan hasil, akan mengubah hasil akhir karena terjadi di menit-menit akhir.

Teja menjadi kiper pertama yang meraih gelar pemain bulan Januari 2022 versi TSG/Technical Study Group. Biasanya TSG menganugerahkan gelar individual award pada penyerang atau gelandang. Namun kali ini berbeda, individual award diberikan kepada Teja yang bisa menahan sedikitnya 8 tendangan berbahaya pemain-pemain Persikabo 1973 di pekan ke-21.

Salah satu orang sukses dibalik penampilan cemerlang Teja adalah Gatot Prasetyo. Gatot ini adalah eks kiper Persib yang membawa Persib juara di Liga Indonesia I tahun 1994-1995 silam. Selain itu ada nama tersebunyi di balik jabatan ofisial Video Technical Analyst: Luizinho Passos 

Luizinho Passos ini pelatih kiper Borneo FC yang kemudian direkrut Persib Bandung di bulan September 2021 karena Gatot mengundurkan diri karena alasan pekerjaan (Gatot adalah seorang ASN).

Tangan dingin Passos bisa dilihat jejaknya di penampilan M. Ridho (Kiper Borneo FC/Madura United/Timnas Indonesia) dan Nadeo Argawinata (Kiper Bali United/Timnas Indonesia). Di laman Liga Indonesia Baru, disebutkan Passos adalah ofisial tim dengan tugas Video technical Analysis. Bukan pelatih kiper yang masih dipegang oleh Gatot.

Sedangkan di laman resmi Persib Bandung, Passos adalah pelatih kiper. Sedangkan nama Gatot tidak tercantum.

Berkat asuhan Passos, Teja menemukan potensi tersembunyinya. Tentu bukan tanpa kebobolan. Tercatat dari 19 penampilan ia baru kebobolan 9 gol.

Hingga pekan ke-20 berdasar catatan Skor.id 23 Januari 2022, Teja menjadi kiper dengan jumlah rata-rata penyelamatan tertinggi, yakni mencapai 3,69 per laga.

Bukan tidak mungkin, bila Teja konsisten hingga akhir musim ini, ia akan mendapat gelar penjaga gawang terbaik. Tentu hal ini bisa terwujud bila pemain-pemain Persib lainnya juga bermain sepenuh hati dan mengutamakan koletivitas tim. Karena sejatinya penampilan cemerlang Teja adalah berkat kerja sama seluruh pemain, terutama pemain-pemain belakang yang bertugas menjaga pertahanan.

Ricky N. Sastramihardja 

📷 PERSIB Bandung

1.30.2022

MUTIARA TERPENDAM DI KOTAK HARTA KARUN ABAH OBET

 

Pertandingan pekan ke-21 melawan (PS Tira) Persikabo 1973 menjadi pertandingan yang jangan sampai dilupakan. Bukan karena kemenangan, tetapi karena malam itu anak-anak Maung memperlihatkan determinasi yang luar biasa.

Daftar Susunan Pemain (DSP) yang janggal karena ada 4 kiper yang terdaftar akibat kekurangan pemain. Ada nama-nama pemain lapis dua dan pemain belia yang sebelumnya 'terlupakan' bila mereka ada, serta menghilangnya nama-nama pemain bintang yang tidak bisa bermain akibat terpapar virus korona.

Di DSP juga tidak tercantum nama-nama pemain depan. Dengan formasi 4-3-3, pelatih Robert Alberts nampaknya menerapkan strategi false nine.

Malam itu rasanya akan menjadi malam kekalahan dan malam paling memalukan untuk si pujaan hati, PERSIB Bandung. Semenjak diumumkan 9 pemain terpapar covid hingga DSP dirilis jelang pertandingan, Bobotoh merespon dengan muram dibalut pesimis.

Betapa tidak, dalam 20 pertandingan sebelumnya, dengan pemain-pemain inti Persib seolah kehilangan ruh-nya. Bermain pragmatis, menang, tapi tidak nyaman. Nyaris tanpa chemistry, para pemain seolah bermain hanya untuk dirinya sendiri.

Tetapi setelah pertandingan berjalan, 15 menit pertama memberikan perspektif lain. Para pemain terlihat ngotot, tidak mau didikte lawan. Walau bukan tanpa kesalahan, tetapi mereka tampak gigih dan penuh determinasi. Permainan lebih hidup, variatif dan menjanjikan.

Hingga akhirnya di menit ke-22 Kakang Rudianto, pemain debutan jebolan Akademi Persib yang membuat perbedaan. Sontekan di depan gawang membuat bola muntah yang terlepas dari pelukan kiper Persikabo 1973 membuat skor berubah menjadi 1-0.

Gol perdana untuk Kakang yang baru bergabung di putaran ke-2 menggantikan Indra Mustaffa. Juga gol yang menarik mengingat posisinya adalah pemain belakang/CB.

Gol tunggal ini bertahan hingga pertandingan babak pertama selesai. Kedua tim di babak pertama tidak bisa mengkonversi berbagai peluang menjadi gol.

Di babak ke-2, Persikabo 1973 tampak lebih menekan dan menguasai lapanagan. Tetapi anak-anak Maung tetap lugas dan menjaga keunggulan. Bahkan ada beberapa peluang sempat diciptakan walau tidak berhasil dikonversi menjadi gol.

Teja Paku Alam dan Henhen Herdiana dan para pemain belakang rasanya layak mendapat kredit tersendiri. Mereka bisa  mementahkan serangan-serangan berbahaya pemain Persikabo 1973. 

Khusus untuk Teja, seperti biasa ia bermain gemilang untuk menjaga keperawanan gawangnya. Ciro Alves dibuat bertekuk lutut tak berdaya padahal tendangan-tendangannya ke arah gawang sangat berbahaya dan sangat berpeluang menjadi gol.

Anak-anak Maung yang diisi pemain lapis ke-2 ini tampil dengan penuh semangat, sesuatu yang tak dominan terlihat di 20 pertandingan sebelumnya. 

Memang seharusnya begitu, karena rasanya bila Persib kalah malam itu, Bobotoh tetap akan mengapresiasi pertandingan yang menarik dan penuh determinasi. Seperti yang pernah terjadi saat Persib kalah 2-3 oleh Persiba Balikpapan di Liga Indonesia 2011 silam. 

Pertandingan pekan ke-21 ini seharusnya menjadi tolok ukur, menjadi standar benchmark untuk 13 pertandingan tersisa di Liga 1 2021/2022 bila Persib ingin bertahan di papan atas dan mengejar gelar juara. 

Bukan hal yang tidak mungkin. Tinggal bagaimana Abah Obet bisa membuat tim selalu dalam keadaan kondusif dan chemistry antar pemain terikat satu sama lain.

Tinggal bagaimana Abah Obet mengendalikan ego para pemain berlabel bintang agar bisa tunduk pada skemanya dan fokus pada tujuan utama olahraga: meraih kemenangan.

Sebagai pelatih kawakan seharusnya Abah Obet melakukan itu sejak pertandingan pekan pertama Liga 1. Bukan karena terpaksa oleh keadaan.

Saat tim dihajar pandemi dengan terpaparnya 9 pemain utama, ternyata memperlihatkan mutiara-mutiara terpendam yang selama ini luput dari perhatian. Dipaksa oleh keadaan dan kekurangan pemain, ternyata memaksa Abah Obet membuka ’peti harta karun’ yang sepertinya ia lupakan.

Sejatinya para local boys ini memang harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka pada publik. Karena mereka memang ternyata sangat mampu bersaing dengan pemain asing atau naturalisasi yang berlabel pemain bintang.

Proud of you Boys.

Ricky N. Sastramihardja

📷  Persib Bandung


12.18.2021

PERSIB, PERMAINAN CANTIK DAN SEMANGAT KOMPETISI


Di akhir putaran 1 Liga 1 2021, Persib berada di posisi ke-2 klasemen sementara. Dari 17 kali bertanding, Persib mengumpulkan 34 angka hasil 10x menang, 4x imbang dan 3x kalah.

Posisi di klasemen ini masih belum aman mengingat ada Arema FC di posisi ke-3 yang masih menyisakan 1 pertandingan. Dari 16 pertandingan, Arema FC mengemas 33 angka. Hanya terpaut 1 angka dengan Persib.

Sedangkan dengan Bhayangkara FC yang memuncaki klasemen, hanya berselisih 3 angka saja. Bhayangkara FC mengemas 37 angka dari 17 pertandingan dan dipastikan menjadi juara paruh musim.

Berada di posisi ke-2 klasemen sementara, Persib masih memiliki kesempatan meraih puncak klasemen dan menjuarai liga. Apalagi masih ada 17 pertandingan lagi di putaran ke-2.

Namun apa yang membuat bobotoh seolah tidak puas dengan pencapaian Persib di putaran ke-2? Salah satunya adalah permainan Persib yang buruk. Sehingga 10 kali kemenangan yang diraihnya dirasakan hanya sebagai keberuntungan saja. 

"Persib si gede milik," demikian satir Bobotoh.

***

Bila harus berkaca, Bobotoh sepertinya masih terpesona dengan skuad Persib hasil racikan Mario Gomez di Liga 1 2018. Menjadi  juara di paruh musim dengan permainan yang penuh determinasi. Yang kemudian berakhir di peringkat ke-4 klasemen akhir sebagai buntut  'konspirasi' untuk memuluskan tim ibu kota jadi juara liga.

Gomez berhasil menyulap pemain-pemain Persib bertanding dengan penuh determinasi dengan tiki-taka yang memikat. Bahkan pemain yang tidak dikenal sebelumnya, bermain bak pemain bintang. 

Siap sih yang dulu mengenal Ardi Idrus atau Ghozali Siregar? Ardi berasal dari klub Liga 2 yang baru promosi, PSS Sleman dan Ghozali 'hanya' penghangat bangku cadangan di PSM Makassar.

Di 3 pertandingan perdana Liga 1 2020 bersama Robert Alberts, Persib meraih 3 kemenangan beruntun sebelum liga akhirnya dinyatakan berhenti karena pandemi. Fait accompli.

Tetapi di musim 2021, tiki-taka ala Robert seolah hilang. Seolah menjadi 'teka-teki', bahkan bagi pemainnya sendiri. Salah satunya adalah bagaimana kejadian konyol saat Febri Bow dan Marc Klok membuat tendangan bebas menjadi adegan konyol dan memalukan.

Robert seolah kehilangan magis dalam mengolah pasukan Maung Bandung di 2021. Luiz dan Castillion yang dielu-elukan malah terdepak paling awal karena pelatih tidak bisa memaksimalkan peran keduanya di garda depan.

Kehilangan Omid Nazari juga membuat Persib kehilangan playmaker yang visioner. Beban  itu kini seolah ditanggung Beckham yang masih belia. Duet Klok-Rashid atau Klok-Dado pun seolah tidak berarti. Vizcarra yang diharapkan menjadi game changer, sepertinya seringkali bermain tidak sesuai role-nya.

Kemenangan Persib pun seolah berkat keberuntungan semata. Di pertandingan melawan Persik Kediri yang jauh berada di klasemen bawah,  Persib hanya bisa menang 0-1 itu pun dengan berpayah-payah.

Bobotoh tetap tidak puas dengan posisi ke-2, juga terutama karena permainan buruk Persib. Apalagi di tahun 2001, Persib alami 3 kekalahan beruntun dari Persija Jakarta (Final 2 leg Piala Menpora dan pertandingan putaran 1 liga. Hal tersebut membuat Bobotoh 'terluka' dan merasa sangat tidak puas.

***

Selain kemenangan, Bobotoh juga menuntut PERSIB Bandung untuk bermain cantik. Bahkan bermain cantik walau kalah, bisa diapresiasi dengan layak oleh Bobotoh.

Pada pertandingan kandang melawan Persiba di stadion Siliwangi di ISL 2012, Persib kalah 2-3 oleh tim asuhan Peter Butler tersebut. Alih-alih mendapat ejekan atau protes keras Bobotoh, ke dua tim mendapat standing applause di akhir pertandingan.

Kedua tim bermain dengan determinasi tinggi, menghibur, atraktif, menarik, dan sportif. Bahkan Peter Butler menyebut bila ia merasakan atmosfir Stadion Siliwangi seperti di Liga Inggris.

Lalu bisakah Persib kembali bermain memuaskan di putaran ke-2? Apalagi ada pergantian amunisi dengan masuknya David da Silva dan Bruno Cantanhede sebagai bomber menggantikan Wander Luiz dan Geoffrey Castillion.

Seharusnya begitu. Bila ingin meraih gelar juara liga 2021, Persib harus menjawab kritik keras Bobotoh dengan permainan penuh determinasi yang diikuti dengan kemenangan.

Tentu saja namanya kompetisi harus ada semangat untuk memenangkan pertandingan dan mengalahkan lawannya. Bila tidak ingin menang, sebaiknya jangan ikut kompetisi. Ikut saja karnaval atau sirkus.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Beckham dan Rashid, foto dari laman Persib Bandung.

10.18.2021

OBITUARI: MENGENANG HENDRA, PLAYMAKER PERSIB BERGELAR DOKTER



"Jadi pemain sepakbola itu harus pintar, dari kepintaran dan pemahamannyalah dampak besar bagi tim akan terasa. Mengatur permainan dari lapangan tengah adalah titik terluas dalam permainan.” - A. Himendra Wargahadibrata dari twit Viking Unpad.

Beberapa saat sebelum Persib Bandung berulangtahun yang ke-87 di tahun 2020, tersiar berita wafatnya salah seorang eks pemainnya: A. Himendra Wargahadibrata. Eks pemain yang akrab dengan sapaan Hendra ini wafat Kamis, 13 Februari 2020 dalam usia 77 tahun.

Wafatnya Hendra menukil penggalan kisah hidupnya yang jarang diketahui publik. Hendra yang bermain untuk Persib Bandung pada tahun 1967-1972 adalah seorang dokter, juga rektor.

Di masa mudanya, lelaki kelahiran Purwakarta 11 Februari 1943 ini lebih memilih melanjutkan studi dokternya di Unpad daripada bergabung dengan Timnas Junior. Bergabung di klub UNI Bandung tahun 1961, posturnya yang tinggi disertai dengan kecepatan drible yang bagus, 'licik' -pandai diving- dan licin membuatnya langsung mengisi pos inti penyerang tengah UNI.

Bermain kompak bersama Pietje Timisela (kiri dalam) dan Hengky Timisela (kanan dalam). Setahun kemudian, pelatih Persib, Tomasowa memintanya untuk jajaran skuad Persib Bandung.

Lelaki yang biasa disapa Hendra ini juga sempat bergabung di Timnas Junior di bawah asuhan Tony Pogacknick dan Djamiat. Ia dipersiapkan untuk pertandingan internasional Asean Games (1962), Merdeka Games dan Ganefo (1964).

Setelah bergabung Timnas Junior ia memilih melanjutkan studi kedokterannya yang tertunda. Namun ia bergabung dengan Persib Bandung di tahun 1967 hingga 1973..

Hendra 'pensiun' di Persib di usia 30 tahun dan memilih menjadi dokter. Persib menjadi satu-satunya klub yang ia perkuat hingga kelak kemudian sempat menjadi dokter tim dan Dewan Pembina Persib Bandung.

Tidak banyak atlet yang kemudian menjadi dokter. Dunia mengenal Socrates, pesepakbola Brazil yang setelah gantung sepatu bergelar medical doctor. Atau pelatih Timnas Islandia, Hallgrimson yang berprofesi juga sebagai dokter gigi.

Tentunya hal ini bisa menjadi penyemangat bagi para orangtua yang anaknya berprestasi sebagai atlet. Karena atlet juga bisa berprofesi dan berprestasi di bidang akademis.

Gelar Prof.dr. SpAn KIC KNA (spesialis anestesi), menjabat Pembantu Rektor III dan kemudian Rektor Universitas Padjadjaran (1998-2007) menunjukkan bila atlet juga punya daya saing dan prestasi di akademik. 

Mungkin Hendra satu-satunya eks pesepakbola semi profesional di dunia yang memiliki gelar itu (di kurun 1967-1973, Persib adalah klub amatir semi profesional karena Liga Sepakbola Profesional baru ada tahun 1990an/Galatama).

Selamat jalan Profesor. Pileuleuyan. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Allohumagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.

Ricky N. Sastramihardja

-diracik dari berbagai sumber

- Dimuat di akun facebook pribadi https://www.facebook.com/ricky.nsas.3/posts/792830271223768
juga di "Kompilasi 97 Tahun Persib Bandung", e-book format digital yang diterbitkan oleh akun twitter @historyofpersib menjelang ulang tahun Persib ke-97 Maret 2020.

e-book dapat diunduh di sini: Kompilasi Tulisan 87 Tahun Persib Bandung.pdf - Google Drive

🙍‍♂️ Himendra A. Wargahadibrata 📷 Kang Opee


BAGAIMANA STATISTIK MEMBERIKAN GAMBARAN PERTANDINGAN YANG 'TAK TERLIHAT' DI LAYAR KACA


Statistik sepak bola, sebetulnya tidak terlalu penting juga bagi para penggemar sepak bola. Selain hanya berisi angka-angka, statistik juga cukup 'mengganggu' kegembiraan, ketegangan, dan emosi menikmati suatu pertandingan.

Betulkah begitu? Bisa ya bisa tidak, bahkan bagi para entusias hingga fanatik. Statistik memang berguna, tapi jelas akan sangat teknikal, di mana tidak semua penggemar sepak bola memperhatikan statistik. Terlebih bagi mereka yang tidak bermain sepak bola (kompetisi atau rekreasi), atau bahkan bermain video game sepak bola.

Mungkin, mungkin mereka yang suka bemain sepak bola, terutama yang kompetitif atau bermain video game sepak bola menaruh perhatian pada statistik. Tetapi yang tidak salah satu atau dua-duanya, bisa jadi kurang memperhatikan statistik.

Tetapi tim jelas membutuhkan statistik untuk raport dan evaluasi. Menilai seberapa efektif strategi, menilai seberapa tinggi daya juang tim dan pemain, juga lainnya.

Misalnya saja menilai Henhen Herdiana, pemain belakang Persib Bandung dalam pertandingan melawan Bhayangkara FC di akhir pekan lalu (Sabtu, 16/10/2021).  Dalam statistik yang dirilis lapangbola.com, Henhen mencatatkan 2 kali tekel, 5x intersep, memenangkan semua duel udara melawan pemain lawan (100%) dan menggiring bola tanpa kesalahan sepanjang pertandingan (100%). 

Data singkat itu menunjukkan kerja keras Henhen untuk membalas kepercayaan yang diberikan pelatih kepadanya.Tidak hanya kerja keras, tetapi juga kerja cerdas dan efektif. 

Statistik juga memberi gambaran apakah permainan berjalan seimbang, atau ada salah satu yang lebih dominan dan agresif sementara lawannya defensif dan efektif. Fakta lain, dominasi dan agresifitas bukan menjadi penentu kemenangan. 

Masih kita lihat statistik pertandingan yang sama dari pencatat statistik yang sama. Bhayangkara FC yang bernafsu mempertahankan posisi puncak klasemen dan menjauh dari pesaingnya, tercatat lebih banyak menguasai bola. Pada babak pertama penguasaan bola Bhayangkara FC adalah 63% berbanding 27% dibanding Persib Bandung. Wow!

Persib yang memiliki masalah dengan ketajaman strikernya memilih bermain efektif dan defensif. Namun walau 'hanya' menguasai bola 27% tetapi bisa memenangkan pertandingan dengan skor 0-2. Hanya ada dua kesempatan shot on targets dan keduanya menjadi angka dibanding Bhayangkara dengan 3 shot on targets tetapi bisa dimentahkan oleh pemain-pemain Persib.

Minimnya shot on targets atau shot off targets kedua tim juga seharusnya bisa memberikan kita suasana lain pertandingan: alotnya pertandingan di lini tengah. Bahkan bisa dikatakan duel lini tengah lah yang menjadi penentu pertandingan dan mempengaruhi kesigapan para pemain belakang. 

Sedangkan dari 7 pertandingan yang sudah dijalani, statistik dari ligaindonesiabaru.com mencatat Persib sudah melakukan tembakan ke arah gawang sebanyak 71 kali dengan 26 kali shot on targets. Artinya ada 45 tendangan yang meleset alias off targets. Sedangkan dari 26 kali tendangan on targets, 8 bisa dikonversi menjadi gol.

Lagi-lagi memberi gambaran bila Persib Bandung memang bermasalah dengan pemain depan. Dan itu sepertinya membuat Abah Obet harus 'ngetrukkeun pangabisa' menguras pikirannya untuk membuat strategi yang sesuai untuk Persib.

Ricky N. Sastramihardja

🙍‍♂️Selebrasi Henhen & Febri Bow 📷 PERSIB Bandung

#Persib #PersibBandung #Bobotoh #BobotohPersib #Liga12021 #MaungBandung #PersibDay

https://www.facebook.com/photo?fbid=1213526702487454&set=a.2515499

10.10.2021

MENGHITUNG PENGHASILAN PERSIB DARI MEDIA SOSIAL


Berapa pendapatan PERSIB Bandung dari media sosial, dalam hal ini Youtube, melalui konten yang dimonetisasi? Melalui laman Socialblade kita bisa mendapat perkiraan berapa rupiah yang didapat Persib Bandung dalam setahun. 

Dengan 1,19 juta subscribers (pelanggan) dan total views 108.909.593 views dari 1230 video yang mereka upload, setidaknya Persib mendapat penghasilan tahunan antara USD 18.300 hingga USD 292.700 (260 juta - 4,17 miliar). Masih dari Socialblade, adapun per bulan Persib setidaknya mendapat 21,3 juta rupiah hingga 347 juta dengan kurs per hari ini, 10 Oktober 2021 pukul 19:30 WIB yakni 1 USD = 14.256.85 Rupiah.

Tentu saja itu hanyalah estimasi Socialblade yang menghitung berdasar komponen views dan durasi, juga komponen lainnya. Bila ada komponen endorse atau iklan yang disertakan dalam video, seperti grafis atau dalam istilah Youtube, paid content, tentu akan keluar nilai yang berbeda. Bisa lebih besar.

Belum lagi pendapatan via video Facebook, yang ini saya kurang faham cara hitung dan cara mendapatkan prakiraan datanya, di mana setiap video yang ditayangkan akun FP Persib Bandung sudah mengundang iklan. Atau mungkin melalui Instagram atau Twitter.

Okay kita ambil bukan angka optimis, kita ambil pertengahan: 2 miliar per tahun untuk Persib hanya dari Youtube saja. Angka yang lumayan, walau pasti belum menutup keseluruhan biaya tahunan Persib. Tentu jangan dibandingkan dengan penghasilan Youtuber terkenal macam Atta Halilintar atau Deddy Corbuzier, mereka bisa meraup miliaran per bulan hanya dari Youtube.

Tapi dibanding klub lain, katakanlah Persebaya Surabaya atau PSS Sleman, maka angka yang didapat Persib berkali lipat lebih besar dari yang didapat dua klub itu.

Akun official Persebaya di Youtube, misalnya, 'hanya' mendapat USD 6.500-104.200 per tahun atau USD 543 hingga 8700 per bulan. Sedangkan PSS Sleman hanya mendapat USD 0,31 - 5 per bulan atau USD 4-59 per tahun. Persija Jakarta? USD 620 - 9900 per bulan atau USD 7400 - 119.000 per tahun.

Konten media sosial bukanlah satu-satunya penghasilan Persib. Persib juga mendapat pendapatan dari hak siar dari setiap pertandingan yang digelar official broadcaster. Entah berapa nilainya. 

Namun yang jelas, semakin banyak penonton di televisi, maka semakin besar pula pundi-pundi Persib. Untuk satu musim, bisa lebih besar dari pendapatan via Youtube yang 'hanya' maksimal 4 miliar rupiah.

Ricky N. Sastramihardja

🙍‍♂️ Unjuk Rasa Bobotoh Depan Grha Persib, Jalan Sulanjana sore tadi 10/10/2021 📷 Twitter @officialvpc







9.25.2021

BOBOTOH, PERSIB, DAN HUKUM GOSSEN


Seperti halnya tidak berlaku bagi pemadat/pecandu narkoba, pemabuk, dan penjudi, hukum Gossen sepertinya tidak berlaku juga pada 'konsumen' klub sepak bola. Karena di titik paling ekstrim, suporter tidak akan pernah merasa puas dengan pencapaian klubnya.

Bila hari ini menang, maka besok-besok harus lebih sering menang lagi. Bila hari ini menang 1-0, besok harus menang 10-0. Suporter klub sepak bola akan selalu meminta lebih, walau pada prakteknya tidak akan pernah terpenuhi.

Sebagai produk jasa, olah raga kompetitif seperti sepak bola hanya memiliki 3 opsi hasil: menang atau imbang atau kalah. Bahkan di kompetisi liga hasil imbang pun dianggap sebagai kekalahan karena hasil yang diraih sangat minimal (1 angka) dibanding menang (3 angka).

Maka ketidakpuasan akibat tidak terpenuhinya hukum Gossen akan membuat klub sebagai produsen harus rela menerima masukan, kritikan, cacian, bahkan hujatan dari para penggemarnya.

Ketidakpuasan itu disampaikan dengan cara yang paling santun hingga paling ekstrim. Kebetulan Bobotoh seringkali memberi pesan ekstrim terkait produk 'butut' bernama Persib yang sering mereka 'konsumsi'.

Sekedar memaki di media sosial, demonstrasi, atau mencegat bus pemain usai pertandingan adalah bentuk ketidakpuasan yang lazim. Yang paling ekstrim adalah melempari kantor manajemen dengan bom molotov pun pernah.

Pesan yang keras ini bertolak belakang dengan stereotip pandangan budaya orang Sunda itu 'someah' santun. Kalau sudah urusan prestasi 'butut' sepak bola bernama Persib, 'someah' pun menjadi kata tabu.

Mengapa? Karena sebagai konsumen, Bobotoh tidak bisa pindah dari produk 'butut' bernama Persib ke klub lain yang mungkin saat ini lebih kinclong.

Suporter fanatik sepak bola itu lahir, hidup, mati hanya dengan satu klub. Poligami dengan klub lain di liga atau di kompetisi yang sama adalah hal tabu, pamali. Bahkan mungkin didekatkan ke pengertian musryik: mempersekutukan.

Kritik ekstrim ini tujuannya hanya satu: mendongkrak prestasi klub secara ekstrem pula (baca: optimal).

Maka bila Persib ingin mempertahankan loyalisnya, prestasi dan kemenangan menjadi kewajiban. Para loyalis ini tidak akan pernah meninggalkan klub walau harus PO BOX alias dipoyok dilebok.

Moyok (mengejek) adalah tanda cinta, tanda loyalitas paling jujur. Maka walau butut, Persib tetap ngangenin bagi para loyalisnya.

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1198450563995068&set=a.251549972018470


9.21.2021

LAYAKKAH ESTEBAN 'PISKARDUT' MENGENAKAN NOMOR 10?


Pesepakbola dengan nomor punggung 10, selalu identik dengan pemain jago. Publik sepakbola Bandung mengenang Ajat Sudrajat sebagai pengguna nomor 10 di Persib yang melegenda.

Tidak banyak pesepakbola lokal di Persib yang bernomor 10: ada Dadang Kurnia dan Imam Riyadi. Nama terakhir adalah nama pesepakbola lokal pengguna nomor punggung 10.

Sisanya adalah pemain 'interlokal' dan pemain asing: Tobar, Konate Makan, Ikenwa, Hilthon Moreira, Sergio van Dijk. (Ahmad Fadhil Abidin, infobdg.com 7/10/2016).

"Nomor punggung 10 dianggap memiliki tanda penghormatan karena selalu digunakan oleh para pemain yang dianggap paling istimewa di antara para pemain lainnya. Bahkan dalam sebuah klub, pemain dengan nomor punggung 10 sebagai pemain penting dan utama dalam mencetak gol.

Banyak pemain sepak bola terbaik dunia yang mempengaruhi penggunaan nomor punggung 10 ini seperti Pele dan Diego Maradona. Keduanya sukses menjadi pesepak bola terbaik di generasinya. Keduanya juga berhasil membawa kejayaan sepak bola untuk negara mereka hingga dikenang sebagai legenda sepak bola yang menggunakan nomor punggung 10," tulis Rauhanda Riyantama di bolatimes, 9/7/2021.

Esteban mengenakan nomor 10 di Persib Bandung sejak musim Liga 1 2020-2021 (ia direkrut musim 2019 dengan nomor punggung 9). Pergantian nomor punggung 9 ke 10 juga cukup mengejutkan mengingat nomor 10 sebelumnya digunakan Ezechiel 'Ndouassel yang kemudian berlabuh di Bhayangkara FC.

Kiprah Esteban dengan nomor punggung 10 masih harus dibuktikan. Seperti disebutkan di awal, nomor 10 ini nomor 'keramat' di dunia sepak bola. Identik dengan pemain jagoan, identik dengan pemain pembobol gawang lawan.

Di Piala Menpora 2021 Esteban menyumbang beberapa gol. Dua ke gawang Barito Putera, 1 ke gawang Persita. Tetapi itu adalah pertandingan 'tarkam' pra-musim. Di Liga 1 2021, Esteban masih belum terlihat kontribusinya mengingat liga baru berjalan 3 pertandingan.

Tentu saja publik Bobotoh berharap Esteban 'Piskardut' ini segera kembali padu dengan tim dan memberikan kontribusi, baik gol maupun asis. Agar angka 10 sebagai nomor 'keramat' kembali pada khittahnya: pesepakbola jagoan, bukan pesepakbola bully-an.

Kita tunggu gol dan kontribusi Esteban di pertandingan pekan ke-4 melawan Borneo 'Perseba Bangkalan' FC di akhir pekan ini. 

🙍‍♂️Esteban Vizcara 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo?fbid=1195912564248868&set=a.251549972018470

MANDULNYA PARA STRIKER PERSIB


Tiga pertandingan perdana Liga 1 2021 sudah dijalani Persib Si Maung Bandung. 2  kali menang, 1 kali imbang dengan 5 memasukkan dan 3 kemasukan.

Tidak terlalu buruk, tetapi tidak bisa dibilang baik. 

Masalahnya adalah dalam 3 pertandingan, 5 gol dicetak oleh pemain tengah. Marc Klok, Rashid, dan Beckham Putra. Tiga striker Persib masih 'mandul' untuk membobol gawang lawan. Bahkan bisa dikata minim peluang.

Wander Luiz, Ezra Walian, dan Castillion semuanya sudah mendapat menit bermain lebih dari cukup untuk pembuktian ketajaman. Mungkin mereka masih perlu waktu lagi, namun sampai pertandingan ke berapa?

Jangan bahas kondisi pandemi, karena semua tim mengalaminya. Masalah kebugaran juga sudah disiasati regulasi dengan penggantian pemain sebanyak 5x.

Semakin mengerucut pada alasan teknis: strategi. Apakah pelatih kurang piawai meracik tim dan strategi, atau pemain tidak bisa mengerti skema? 

Berbeda dengan tiga pertandingan Liga 1 2020 di mana Wander Luiz dan Castillion memberi banyak kontribusi. Permainan mereka ciamik, hasilnya pun mantap sampai akhirnya liga dihentikan karena wabah.

Artinya membantah dengan jelas bila pelatih tidak punya strategi jitu atau pemain tidak mampu mengunyah strategi pelatih. Alasan-alasan teknis menjadi tidak berlaku.

Jadi alasan  apa yang membuat striker Persib masih mandul. Masih tidak mampu menjebol gawang lawan? Alasan non-teknis? 

🙍‍♂️ Geoffrey Castillion 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1194315051075286&set=a.246666702506797

9.16.2021

WELCOME BACK, DEN. COME BACK STRONGER!


"Saya masih bisa bermain?", ujar Deden sambil meringis menahan sakit saat ditandu dibawa ke rumah sakit terdekat. Ia menderita patah tulang fibula dan tibia setelah berbenturan 'disikat' pemain Persija Jakarta, Bruno Matos pada pertandingan tandang di GBK, Jakarta di Liga 1 2019.

Wajar saat itu Deden mengkhawatirkan karir dan masa depannya mengingat cedera yang dialaminya cukup parah. Namun berkat terapi dan pengobatan yang dijalaninya, serta tentu saja berkat izin Alloh SWT ia masih bisa kembali berkarir di lapang hijau.

Berhentinya liga karena wabah juga memberi Deden kesempatan untuk pemulihan lebih lama. Secara teknis, ia sudah dinyatakan pulih menjelang awal Liga 1 2020. Tetapi penghentian liga membuat Deden bisa lebih leluasa mengelola trauma pasca cedera.

Tak disangka, pada dua pertandingan perdana Liga 1 2021, Abah Obet memasang Deden untuk bermain penuh. Deden, seperti biasa, tampil penuh percaya diri walau sudah lama tidak bermain di pertandingan resmi. Selama kurang lebih dua tahun Deden absen untuk memulihkan cedera parah yang dialaminya. 

Walau hanya clean sheet pada pertandingan perdana, tetapi penampilan Deden cukup menjanjikan. Apalagi Persib punya 3 kiper lain: Teja Paku Alam, I Made Wirawan, dan M. Aqil Savik dengan kemampuan yang nyaris sama.

Kembalinya M. Natshir 'Deden' Mahbuby dipastikan membuat seksi pertahanan lebih 'ampeg', lebih 'kekar'. Abah Obet punya 4 kiper yang berkualitas yang bisa bermain kapan saja.

Welcome back, Den. Come back stronger!

🙍‍♂️ Deden Natshir 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1192724531234338&set=a.251549972018470

9.15.2021

JENDRAL BECKHAM PUTRA


Beberapa pandit menyebut anak muda ini mirip Yusuf Bachtiar, sang Jendral Lapangan Tengah. Beberapa lainnya menyebut perannya mirip Andrea Pirlo, playmaker Italia.

Fisiknya memang belum sebagus senior atau kakaknya, Zola, yang kini main untuk Persela. Ia lebih sering diturunkan sebagai pemain pengganti.

Tetapi visi permainannya jelas, akurasi umpannya bagus. Dalam dua pertandingan ia nyaris membobol gawang lawan dari jarak jauh.

Dalam dua pertandingan Liga 1 2021, E7am menjadi game changer. Mungkin ia bisa dicoba menjadi starter seperti di Piala Menpora saat Persib menghadapi PS Sleman atau Bali United.

🙍‍♂️ Beckham Putra 📷 Persib

https://www.facebook.com/21164211233/photos/a.10152260418271234/10158981593856234/