Betapa tidak, Deu Jek yang biasanya kami 'chant' di stadion SJH/Siliwangi, hari itu ada tepat di hadapan para Bobotoh. Naluri agresi dan adrenalin pun mengalir deras membuat konsentrasi untuk menonton bola (dan memotret) menjadi terpecah.
Apalagi para Bobotoh baru bisa masuk sekitar pukul 16.00 atau setelah pertandingan berjalan 30 menit. Ternyata di saat kami masuk, pertandingan tengah berhenti di menit ke-17 akibat adanya kerusuhan antara Deu Jek vs Bobotoh/Viking.
Menurut berita yang beredar (dan saya ketahui setelah pulang), kerusuhan di 15 menit babak pertama itu terjadi setelah Bobotoh masuk ke Tribun Selatan (yang menurut perjanjian diperuntukan untuk Bobotoh). Di Tribun Selatan, para Bobotoh melepaskan dan mengambil spanduk/banner Deu Jek yang terpasang di Tribun Selatan. Terjadi kerusuhan akibat Deu Jek marah dan mengejar Bobotoh yang jumlahnya masih sedikit.
Bobotoh membakar Syal Deu Jek di MIS, 280813 |
Di saat mereka mengejar itulah rombongan Bobotoh dari Bandung baru bisa masuk. Kedatangan kami pun disambut dengan beberapa lemparan batu dan lemparan petasan oleh Deu Jek dari Tribun Selatan ke parkiran.Sepertinya mengetahui kami datang, akhirnya Deu Jeuk kocar-kacir kembali ke Tribun Timur. Selain itu pihak Polres Sleman juga, katanya, melepaskan gas air mata ke kerumunan Deu Jek yang merangsek dari arah Tribun Selatan.
Tapi di luar semua yang terjadi di dalam lapangan, Saya sangat menikmati perjalanan ke Sleman ini. Ini adalah 'away day' pertama ke luar kota dengan tajuk pertandingan 'el classico'. Saya cenderung memaksakan diri untuk mengikuti tour berbahaya ini karena ingin memuntaskan proyek fotografi saya untuk www.matabobotoh.blogspot.com yang saya awali di tahun 2011.
Match Steward mengamankan Red Flare yang dilemparkan Deu Jek ke tengah lapangan setelah pertandingan usai. Menjelang babak ke-2 Deu Jek melakukan hal yang sama. |
Tapi syukurlah, tidak terjadi kerusuhan yang lebih besar. Sampai pertandingan berakhir dengan skor 1-1 tidak ada 'open fight'. Ada beberapa gangguan dari deu Jek maupun Bobotoh, tetapi lebih condong pada terror mental untuk pemain. Di akhir pertandingan, kami masih menunggu 'saat itu' terjadi dan tidak mau keluar tribun walau sudah dihimbau oleh pihak kepolisian. Akhirnya kami baru bubar setelah perwakilan dari BCSx PSS Sleman/Slemania meminta kami untuk bubar.
Sungguh suatu pengalaman yang menyenangkan, mendebarkan, dan rasanya membuat 15 tahun lebih muda. Akan diingat dan diceritakan sepanjang masa pada anak cucu kelak bahwa Bobotoh berulangkali berani 'membirukan' stadion yang dikelola Persija pada pertandingan 'home' mereka. Sedangkan Deu Jek belum pernah menyentuh lagi stadion Siliwangi atau SJH semenjak tahun 1999. Di mana pada saat itu di terjadi kerusuhan antara Bobotoh vs Deu Jek di Stadion Siliwangi Bandung.
BAGIMU PERSIB, JIWA RAGA KAMI