Showing posts with label Sepak Bola. Show all posts
Showing posts with label Sepak Bola. Show all posts

6.02.2024

Sebuah Catatan Santai Di Akhir Pekan Tentang Euforia Persib Juara


Sabtu kemarin (1 Juni 2024) ikut merayakan kemenangan Persib dengan berjalan kaki dari rumah jalan kaki sampai Gedong Sate. Sengaja enggak bawa kendaraan, karena tahu bakal ada kemacetan parah dari siang hingga malam hari.

Sepanjang jalan menikmati setiap momen yang tertangkap indera. Mulai para penjual bendera dan atribut yang marema, keceriaan warga, hingga anak-anak muda yang ugal-ugalan di jalan, serta kelakukan-kelakuan random Bobotoh.

Sepanjang yang saya tahu, tak ada kota atau provinsi lain di Indonesia yang begitu mengkultuskan klub sepak bolanya selain di Bandung Raya dan berbagai kota di Jawa Barat. Bahkan nobar pun dilakukan di masjid dan mushola, yang tak pernah dilakukan untuk mendukung timnas. 

===

Pesta sejatinya dimulai sejak hasil imbang lawan Bali United di Bali. Setiap selesai pertandingan berbagai kelompok Bobotoh rajin 'rolling' merayakannya di jalanan kota Bandung. 

Tentu saja, aktivitas itu pasti mengganggu aktivitas warga yang lain. Tapi tak ada yang bisa meredam euforia. Berbagai larangan dan himbauan disampaikan, tapi who cares? Persib memang 'membutakan' mata. Candu.

Puncaknya saat resmi meraih gelar juara Liga Indonesia untuk ke-3 kalinya. Sejak Jumat malam, kantong-kantong massa tumpah ke jalan. Mereka turun ke jalan untuk merayakan kegembiraan, berbagi energi positif, melupakan kepenatan hidup.

Tak ada isu besar yang bisa membuat masyarakat Bandung Raya berkumpul di jalan selain Persib. Dalam ingatan saya, sejak pertama kali ikut merayakan kemenangan Persib di tahun 1986, ya hanya Persib yang bisa memobilisasi massa dengan sukarela, dengan suka cita.

===

Mari kita rayakan kemenangan. Abaikan isu-isu minor yang ada, enggak usah diperdebatkan. Bila harus ada yang dikritik, saya lebih memilih mengkritisi buruknya crowded management saat acara puncak digelar.

Tak terlihat ada petugas kepolisian yang cukup di sekitar panggung utama di Gedong Sate. Tak terlihat ada paramedis, atau petugas damkar. Sound sistem yang buruk dan tidak mengakomodir massa dalam jumlah fantastis di sayap kiri dan kanan panggung utama, Bila terjadi 'sesuatu yang tidak diinginkan', pasti akan sulit untuk melakukan mitigasi dan evakuasi.

Sedangkan yang perlu diapresiasi semisal adanya live streaming melalui PersibTV, big screen di kiri kanan yang membuat konsentrasi massa terbagi tidak hanya ke panggung utama, serta massa yang umumnya berlaku tertib dan santun walau tak ada petugas keamanan di sekitar.

Mari kita nikmati dan rayakan kemenangan PERSIB Bandung .

Ricky N. Sastramihardja

(37-61-) 86-90-94-95-14-24

๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†๐Ÿ†

⭐️⭐️⭐️

12.27.2023

PERSIB DAN TAHUN LAHIR


Bagi saya, para peneliti sejarah Persib pimpinan Prof. Kunto dari FIB Unpad tidak salah. Justru membuka benang merah bagaimana sejarah sepak bola di Bandung berdasarkan catatan sejarah sejaman di masa itu (rekaman media massa/koran).

Permasalahan kemudian adalah bagaimana kemudian user penelitian itu, dalam hal ini, PT. PBB mengambil hasil rekomendasi yang disampaikan para peneliti.

Dalam executive summary yang saya dapatkan, para peneliti memberi 5 rekomendasi waktu, yakni:

1. 11 Juli 1914

2. 5 Januari 1919

3. 19 Mei 1923

4. 22 Oktober 1928

5. 18 Maret 1934

Tidak ada satu pun catatan sejarah yang merujuk pada tanggal 14 Maret 1933.

PT. PBB pun sebagai user nampaknya mengambil rekomendasi kedua, yakni 5 Januari 1919. Asumsi PT PBB memilih rekomendasi itu adalah Persib dianggap sebagai pendiri PSSI pada 11 April 1930.

"Logikanya, kata Kunto, sebagai salah satu pendiri PSSI, Persib seharusnya lahir terlebih dulu dari yang dilahirkannya.

Kunto juga menjelaskan, di antara lima titimangsa (asal usul) yang ditemukan oleh tim peneliti, tanggal 5 Januari 1919 merupakan hasil interpretasi yang paling logis karena didukung oleh fakta sejarah yang kuat (primer). " (Bola. com 18 Desember 2023).

Namun executive summary juga memberi catatan bila pada 5 Januari 1919 itu adalah pembentukan BIVB atau Bandung Inlandsch Voetbal Bond, bukan Persib.

Justru pada rekomendasi ke-5, 18 Maret 1934 lebih masuk akal, karena disebutkan pada pemberitaan di Sipatahoenan dengan judul "BIVB+NIVB = PERSIB."

Hal ini juga pernah disampaikan Atep Kurnia, penulis buku "Maenbal: Sejarah Sepak Bola Bandung (2022)" sebagai berikut:

"Saya pikir, dengan adanya fakta-fakta dari kedua tulisan dalam Sipatahoenan edisi 19 Maret 1934 di atas, tanggal 14 Maret 1933 sebagai titimangsa hari ulang tahun (HUT) Persib yang selama ini diperingati mesti digugurkan dan diganti dengan 18 Maret 1934. Karena jelas, untuk 14 Maret 1933 tidak ada bukti yang memperkuatnya, sementara untuk tanggal 18 Maret 1934 takkan terbantahkan lagi faktanya. 

Hal lainnya, di balik fusi tersebut ada jasa besar Hoesijn Kartasasmita dari NVB yang sebelumnya punya inisiatif untuk menyatukan dua bond sepak bola di Bandung yang hubungannya “putus-sambung” antara 1932 hingga 1933. Meskipun yang akhirnya terpilih sebagai ketua Persib pertama adalah Anwar (St. Pamoentjak) dari PSIB dan Hoesijn sebagai wakil ketua," tulis Atep seperti dimuat di AyoBandung.com 29 Agustus 2022.

Sedangkan Anggalarang, admin @historyofpersib di X, dalam buku elektroniknya "BOEKOE POETIH, PELURUSAN SEJARAH PERSIB BANDUNG" (2023) menulis bila nama Persib akhirnya memang benar-benar mulai digunakan, seperti yang ditulis dalam pemberitaan Sipatahoenan di tanggal 16 April 1934. 

"Karena ketidakpastian ini, maka saya hanya menulis angka tahun 1934 sebagai lahirnya Persib. Jika ada yang mengatakan 18 Maret, boleh-boleh saja. Begitu juga dengan tanggal 25 Maret atau awal April, walaupun belum ditemukan buktinya. Yang pasti bukan tanggal 14 Maret 1933," tulis Anggalarang.

Jadi, jelas 5 Januari 1919 seperti yang diambil PT PBB dari rekomendasi penelitian itu, menurut saya, terlalu jauh. Terlalu memaksakan diri agar cocok dengan logika 'pendiri PSSI'. Walau demikian, tentu saja, seperti halnya sifat sejarah yang cair, yang selalu mengundang diskusi dan interpretasi, apapun hasil riset ini patut diapresiasi. 

Karena memang seharusnya seperti itu di mana manajemen klub juga berperan aktif menyusuri jejak sejarah klubnya. Karena baru kali ini PT. PBB meminta 'fatwa' dari tim peneliti Sejarah dengan reputasi yang tidak diragukan dan teruji.

Bila kemudian menjadi isu liar seperti dualisme Persib atau apapun, tentu saja tetap menarik untuk diikuti. Karena jangan sampai hasil penelitian ini malah menimbulkan semangat dualisme kepemilikan Persib. 

Dan mari kita tunggu hasil diskusi selanjutnya. Apakah akan ada perubahan lagi, mengingat Teddy Tjahjono terlalu gegabah mengambil hasil rekomendasi. Tetapi yang jelas, bukan 14 Maret 1933

Karena menurut Anggalarang, 14 Maret 1933 tidak memiliki landasan resmi. "Satu-satunya keterangan yang menyebutkan bahwa Persib lahir di 14 Maret 1933 adalah berdasarkan keterangan R. Ibrahim Iskandar di “Pasang Surut 40 Tahun Persib” yang dirilis tahun 1973 atau 2 tahun sebelum beliau meninggal dunia."

"Sebenarnya catatan yang lebih tua mengenai “teori 1933” tertulis di koran Preangerbode tanggal 24 Juli 1953, masih dari informasi Ibrahim Iskandar, hanya saja dalam artikel tersebut hanya menyebutkan tahunnya saja tanpa tanggal dan bulan."

Ricky N. Sastramihardja 

27122023

3.30.2023

CURRENT CIRCUMSTANCES-NYA FIFA

 


Bagaimana bisa FIFA mempercayakan event besarnya pada Indonesia yang tidak becus mengelola keamanan sebuah gelaran sepak bola?

Selepas tragedi Kanjuruhan bulan Oktober 2022 silam, tidak ada perbaikan sistem keamanan secara menyeluruh dan komprehensif. Malah banyak terjadi pertandingan usiran dan tanpa penonton. 

Padahal sebagai bentuk transformasi yang disyaratkan FIFA, menurut hemat saya pertandingan liga lokal bisa digunakan sebagai sarana simulasi keamanan jelang Pildun U-20.

Soal respons Indonesia terhadap Israel, sepertinya juga sudah FIFA perkirakan. Karena Israel lolos kualifikasi bulan Juni 2022 silam. FIFA, jelas berstandar ganda, kita tahu itu.

Bila kemudian penolakan terhadap Israel baru meriah di dua bulan jelang pelaksanaan, anggap saja itu sebagai serangan di menit akhir pertandingan. Kegolan di menit-menit injury time pasti bikin nyesek dan enggak setiap pihak bisa menerima dengan lapang dada.

Penolakan tidak hanya dilakukan netizen dan aktivis ANTI ISRAEL saja, tetapi oleh ormas, dan partai politik dengan alasan berpedoman pada konstitusi. Lagi-lagi dalam opini saya, bergabungnya mereka (ormas, parpol, tokoh masyarakat) bagaikan super sub yang mengubah permainan di menit-menit akhir dan banyak menciptakan peluang berbahaya di depan gawang.

Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, adalah pertamakalinya sepanjang sejarah. Itu adalah gol menit akhir pertandingan yang tak sempat dibalaskan saat wasit meniup peluit panjang tanda permainan usai.

Meminjam dugaan yang tayang di akun Twitter Fahmi Agustian, diduga FIFA memang dengan sengaja menyimpan Tragedi Kanjuruhan sebagai kartu truf. FIFA sudah memprediksi kehadiran Israel bakalan ditolak sedangkan FIFA sendiri enggak punya power untuk mencoret Israel. Padahal, di Pildun 2022 Qatar, FIFA berani mencoret Rusia sejak babak kualifikasi.

Itulah 'current circumstances' yang disiratkan dalam press release FIFA 29 Maret 2023 yang menyatakan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Pildun U-20. 

Bila sudah seperti ini, mari kita adukan saja pada angin. Angin yang sama seperti angin yang divonis oleh hakim PN Surabaya sebagai pelaku pembunuhan 135 nyawa di Stadion Kanjuruhan Malang.

Ricky N. Sastramihardja

3.28.2023

TOLAK TIMNAS ISRAEL!


Masih soal Pildun U-20 yang konon terancam batal digelar di Indonesia.

๐ŸตBelain bangsa lain (๐Ÿ‡ต๐Ÿ‡ธ) sampai tega ngorbanin anak bangsa (๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ)!

๐Ÿง”‍♂️ Lah kamu juga kan belain ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฑ?

๐Ÿ’ Banyak bacot Lu, tolol. Jangan campurkan politik dengan sepak bola!

๐Ÿง”‍♂️ Eh kutil ๐Ÿท, FIFA juga campurin sepakbola sama kaum ๐Ÿณ️‍๐ŸŒˆ ๐Ÿ˜‚

๐Ÿท Jangan cuma kritik kasih solusi dong bgsd!

๐Ÿง”‍♂️ Boa edan, ada orang-orang yang dapet duit dari bola, mereka dong yang kasih solusi. Masa minta solusi ke netizen? ๐Ÿคฃ

Disclaimer:
Di Indonesia seperti ini realitasnya, solusi gratis diharapkan datang dari pengkritik bukan dari mereka yang wajib cari solusi dan dapat upah dari situ.

Padahal solusinya FIFA tinggal lakukan sanksi bagi ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฑ, seperti yang mereka lakukan pada Russia di Pildun 2022.

Bagi Indonesia menolak kehadiran
๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฑ adalah sesuai dengan amanah UUD 45, sesuai konstitusi negara yang harusnya dihormati FIFA.

Qatar yang menolak kehadiran kaum ๐Ÿณ️‍๐ŸŒˆ dan simbol-simbolnya sebagai perwujudan konstitusinya, tidak disanksi FIFA. Bahkan perhelatan Pildun 2022 jadi perhelatan terbaik sepanjang masa.

Rumor lain:
Kemungkinan semua venue belum sesuai standar FIFA hingga target waktu yang ditentukan. Hingga ada pihak-pihak yang memanfaatkan penolakan terhadap timnas ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฑ untuk menutupi kebobrokannya.

Bila Indonesia di-banned, apakah akan rugi? Seharusnya tidak rugi-rugi amat karena liga lokal masih bisa berjalan dengan sistem sendiri.

Tak ada pemain asing, jadi bisa memaksimalkan potensi pemain lokal dan menyiapkan sistem yang lebih baik, yang melahirkan pemain-pemain unggulan saat sanksi FIFA selesai.

Enggak perlu cari pemain naturalisasi yang biasanya lebih sering merepotkan dan merugikan mereka sendiri.

Enggak perlu repot dengan pertandingan Internasional. Toh di Piala AFF yang sebetulnya turnamen kelas Tarkam se-Asia Tenggara aja, paling bagus kita cuma dapat runner up.

#TolakTimnasIsrael ๐Ÿ‡ต๐Ÿ‡ธ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ


Ricky N. Sastramihardja

3.17.2023

PERSIB TIDAK LAHIR DI TAHUN 1933, TAPI TAHUN...

 




Persib Bandung ternyata tidaklah dilahirkan tahun 1933! Itu adalah hasil diskusi publik yang dilakukan via Spaces Twitter pada 11 Maret 2023 kemarin.

Atep Kurnia, penulis buku "Maen Bal: Sejarah Sepak Bola di Bandung 1900-1950," (Panti Baca Ceria, 2022) bahkan menyebut angka pasti: 18 Maret 1934. Hal tersebut didapatnya dari kliping koran Sunda Sipatahoenan yang terbit setelah tanggal 18 Maret 1934.



Atep menyebut, kelahiran Persib tersebut adalah sebagai fusi penggabungan dua klub sepak bola di Bandung masa itu, PSIB dan NVB (National Voetbal Bond).

Dalam Spaces yang juga dihadiri oleh Endan Suhendra (Wartawan Galamedia, penulis buku "Persib Juara"; 2014), Fery Widyatama (penulis buku "SIVB: Pasang Surut Sepak Bola Surabaya 1926-1942), dan juga Eko Maung, malah terungkap fakta yang menarik.

Bagaimana bisa Persib lahir tahun 1933 atau 1934, sementara ia tercatat sebagai salah satu dari 7 klub pendiri PSSI? Di mana PSSI itu dilahirkan 11 April 1930. 3 tahun sebelum Persib lahir di 14 Maret 1933 atau 18 Maret 1934.

Menurut Eko Maung lagi, seharusnya Persib itu lahir sebelum tahun 1930, di tahun 1920-an. Apakah itu tahun 1923 sesuai akta BIVB (Bandung Indonesisch Voetbal Bond) atau setelahnya.

Untuk jelasnya diskusi itu bisa disimak di dalam recording yang saya simpan di Youtube. Kenapa Youtube? Karena Spaces Twitter hanya bertahan 30 hari saja. Jadi pasti setelah 11 April 2024, recording Spaces di Twitter akan dihapus dari server secara permanen.

Berikut link youtube-nya. perhatikan: durasi video sekitar 2 jam. Audio only.

Ricky N. Sastramihardja



8.26.2022

DI BANDUNG ITU RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....


Musim 2012. Persib dikalahkan Persiba di Stadion Siliwangi. Bobotoh memberikan standing ovation untuk kedua tim yang memang bermain bagus.

Pemain Persiba dan Persib keluar stadion dengan kepala tegak. Peter Butler, pelatih Persiba merasakan apresiasi dan atmosfir luar biasa.

Musim 2013, Persita Tangerang menjamu Persib di Stadion Siliwangi. Persita bermain buruk, persis seperti Bali Utd di GW 6 Liga 1 kemarin: Loba gogoleran.

Hasil imbang, Persita masih beruntung bisa keluar dengan utuh dari Stadion Siliwangi yang dipenuhi Bobotoh. 

Kim Jeffrey Kurniawan, bermain buruk saat Persib dilatih Dejan Antonic. Dibully di medsos, bahkan saat latihan.

Tapi saat Kim Jeffrey gagal membobol gawang Borneo FC di babak knock out Piala Presiden 2017, Bobotoh di stadion mendukung Kim. Membesarkan hatinya dan tetap mendukungnya. Tak ada bully-an atau cacian. 

Bila sepakbola itu ekspresi hati, maka mendukung tim kesayangan langsung di stadion adalah ekspresi paling jujur dari hati yang paling dalam.

Tanpa harus menjadi pembenaran atas kesalahan, marilah saling memahami dan tidak menghakimi. Percayalah, mendukung tim kesayangan di tribun stadion akan sangat berbeda dengan di depan TV. 

Babaledogan emang salah, nyundut flare juga salah berdasar regulasi. Tapi menghakimi mereka dengan jari di medsos malah mengundang pipaseaeun.

Kalau mau nyaram, cobalah langsung caram di stadion... langsung di depan pelakunya.

RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....

๐Ÿ“ท Persita vs Persib, Stadion Siliwangi ISL 2013.

6.22.2022

EVALUASI ATAU ADA YANG MATI LAGI!


Pertandingan Persib vs Persija di ISL 2013 (3 Maret 2013) adalah pertandingan dengan service terbaik dari Panpel Persib. Pertandingan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat itu sungguh nyaman dan aman padahal partai big match.

Screening dilakukan dalam beberapa lapis hingga hanya penonton yang mempunyai tiket bisa duduk di kursi sesuai nomor kursi. Ya, saat itu SJH baru saja dipasangi kursi dengan nomor duduk.

Stadion pun tidak sepenuh biasanya dalam arti tidak semua kursi terisi. Masih ada beberapa kursi kosong di setiap tribun, termasuk di tribun timur. Ini akibat screening berlapis yang dilakukan aparat hingga tiba di ring 1 hanya bobotoh bertiket saja yang bisa masuk area SJH.

Tetapi kenyamanan itu hanya itu saja, hanya sekali itu saja. Lanjut ke pertandingan berikutnya, saat tiba di tribun saya mendapati kursi saya sudah diduduki orang lain.

Ketika saya meminta orang itu untuk pindah, ringan saja dia menjawab. "Da saur bapa anu berseragam oge bebas calik mah di mana wae," tuturnya.

Saat ditanya soal tiket, ia tidak bisa menunjukkannya. Padahal ia datang bersama 4 atau 5 orang keluarganya.

Hingga terakhir saya ke stadion untuk menyaksikan Persib vs Sriwijaya FC di Liga 1 2017 di stadion GBLA, tidak pernah ada lagi tiket dengan nomor kursi. Pemilik tiket harus adu cepat masuk ke tribun berebut dengan bobotoh tak bertiket yang masuk dengan cara menyuap petugas penjaga tiket.

Bila dihubungkan dengan kejadian kemarin dengan membludaknya Bobotoh di GBLA yang menelan korban jiwa, saya yakin kawan-kawan Bobotoh bisa menarik asumsi siapa yang salah, lalai, dan harus bertanggung jawab atas kejadian ini.


Tidak ada asap tanpa api. Tak ada supply bila tidak demand. Tidak akan ada yang menyuap bila tak ada yang bisa disuap. Penyuapan itu akan berhenti bila petugas menolak suap. Juga bila Bobotoh yang suka 'moncor' sadar diri.

Tetapi kesadaran itu tidak akan terwujud bila sistemnya tidak mendukung. Bobotoh yang menyuap akan sulit terjerat hukum berbeda dengan petugas yang mau disuap. Karena jumlahnya banyak dan tidak teridentifikasi. Akan berbeda dengan petugas pelaksana karena penempatan mereka di setiap gerbang pasti ada perintah dari atas dan ada catatan/log booknya. Siapa koordinator regunya, siapa saja yang bertugas, berapa orang aparat sipil, berapa orang aparat kepolisian/TNI.

Dengan kata lain, pelaksanaan sistem berdasar hukum itu adalah top down, dari atas ke bawah. Dari pucuk ke akar rumput, bukan sebaliknya.Akar rumput yang menongak ke atas akan lebih mudah dikondisikan bila pucuk memberi contoh dan teladan. Menerapkan punish and reward dengan adil dan fair. Petugas gerbang bukanlah penjual tiket tapi pemeriksa dan penyobek tiket.

Saya jadi teringat dengan cerita seorang kawan baru yang berasal dari luar kota Bandung di awal bulan Juni ini "Abdi mah Mang, ka Bandung ngahajakeun lalajo Persib najan teu boga tiket. Soalna nyaho cara ngakalanana, 100.000 teh bisa ku 10 urang asup."

Dengan kejadian meninggalnya dua bobotoh bertiket akibat berdesakan di stadion yang over capacity maka seyogyanya Panpel Persib segera melakukan evaluasi menyeluruh. Tidak hanya Panpel dari PT. PBB saja tetapi juga dari aparat-aparat negara yang diperbantukan dan memang berwenang untuk mengatur masalah keamanan dan kenyamanan.

Bila tidak dilakukan perbaikan sistem terutama mentalitas riswah, permasalahan ini akan kembali terulang. Bukan tidak mungkin akan lebih buruk lagi. Sedangkan berdasar UU Keolahragaan tahun 2022 pasal 54 ayat 4-5, Panpel berkewajiban menjaga keamanan dan kenyamanan para penonton olahraga (baca: suporter) yang memiliki tiket.

Masalah utama bukan pada Bobotoh tak bertiket, karena sejak jaman di Siliwangi pun Bobotoh yang tak bertiket sudah ada. Tidak semua berniat menjebol pintu, sebagian besar malah ingin bertemu rekan-rekannya, bersilaturahmi di luar stadion di saat pertandingan berlangsung.

Ricky N. Sastramihardja II

๐Ÿ“ท Ricky, Twitter @oydnnx

6.07.2022

MARHABAN YA BAL-BALAN!


Walau sampai saat ini masih belum rilis harga dan kuota tiket, tapi pertandingan perdana 'tarkam' Piala Presiden 2022 antara PERSIB Bandung vs Bali United mengundang antusias Bobotoh.

Maklum, dua tahun tidak nyetadion menjadi kebutuhan tersediri bagi publik sepak bola Bandung. Tidak hanya bobotoh domestik yang berdomisili di Bandung Raya, pertandingan ini juga diincar bobotoh dari luar kota Bandung.

Berkaca dari pertandingan Timnas vs Banglasdesh, sepertinya tiket juga masih akan dijatah. Apalagi status aglomerasi Bandung Raya masih PPKM Level 1.

Semoga panpel pertandingan dan PT. PBB bisa mengelola distribusi tiket dengan baik. Jangan sampai jatuh ke tangan calo yang akan membuat rudet.

Karena pertandingan digelar di GBLA, tentu saja harus disosialisasikan juga ke warga sekitar. Jangan sampai ada akamsi yang minta jatah tiket hingga ribuan dengan dalih untuk warga padahal untuk dijual lagi.

Ini event olah raga profesional, penonton harus membeli tiket untuk membantu ekonomi klub  dan pemain. Jangan jadi bobotoh yang doyan moncor. Penjaga gerbang tiket juga jangan mangpang-mungpung. 

Terserah teknisnya bagaimana, mau tiket konvensional atau elektronik, hal itu tidak penting. Karena yang penting adalah manajemen di lapangan yang harus beres dan meminimalisir kebocoran agar bobotoh yang membeli tiket bisa menikmati haknya dengan layak.

Marhaban Ya Bal-balan!


Ricky N. Sastramihardja

10.18.2021

OBITUARI: MENGENANG HENDRA, PLAYMAKER PERSIB BERGELAR DOKTER



"Jadi pemain sepakbola itu harus pintar, dari kepintaran dan pemahamannyalah dampak besar bagi tim akan terasa. Mengatur permainan dari lapangan tengah adalah titik terluas dalam permainan.” - A. Himendra Wargahadibrata dari twit Viking Unpad.

Beberapa saat sebelum Persib Bandung berulangtahun yang ke-87 di tahun 2020, tersiar berita wafatnya salah seorang eks pemainnya: A. Himendra Wargahadibrata. Eks pemain yang akrab dengan sapaan Hendra ini wafat Kamis, 13 Februari 2020 dalam usia 77 tahun.

Wafatnya Hendra menukil penggalan kisah hidupnya yang jarang diketahui publik. Hendra yang bermain untuk Persib Bandung pada tahun 1967-1972 adalah seorang dokter, juga rektor.

Di masa mudanya, lelaki kelahiran Purwakarta 11 Februari 1943 ini lebih memilih melanjutkan studi dokternya di Unpad daripada bergabung dengan Timnas Junior. Bergabung di klub UNI Bandung tahun 1961, posturnya yang tinggi disertai dengan kecepatan drible yang bagus, 'licik' -pandai diving- dan licin membuatnya langsung mengisi pos inti penyerang tengah UNI.

Bermain kompak bersama Pietje Timisela (kiri dalam) dan Hengky Timisela (kanan dalam). Setahun kemudian, pelatih Persib, Tomasowa memintanya untuk jajaran skuad Persib Bandung.

Lelaki yang biasa disapa Hendra ini juga sempat bergabung di Timnas Junior di bawah asuhan Tony Pogacknick dan Djamiat. Ia dipersiapkan untuk pertandingan internasional Asean Games (1962), Merdeka Games dan Ganefo (1964).

Setelah bergabung Timnas Junior ia memilih melanjutkan studi kedokterannya yang tertunda. Namun ia bergabung dengan Persib Bandung di tahun 1967 hingga 1973..

Hendra 'pensiun' di Persib di usia 30 tahun dan memilih menjadi dokter. Persib menjadi satu-satunya klub yang ia perkuat hingga kelak kemudian sempat menjadi dokter tim dan Dewan Pembina Persib Bandung.

Tidak banyak atlet yang kemudian menjadi dokter. Dunia mengenal Socrates, pesepakbola Brazil yang setelah gantung sepatu bergelar medical doctor. Atau pelatih Timnas Islandia, Hallgrimson yang berprofesi juga sebagai dokter gigi.

Tentunya hal ini bisa menjadi penyemangat bagi para orangtua yang anaknya berprestasi sebagai atlet. Karena atlet juga bisa berprofesi dan berprestasi di bidang akademis.

Gelar Prof.dr. SpAn KIC KNA (spesialis anestesi), menjabat Pembantu Rektor III dan kemudian Rektor Universitas Padjadjaran (1998-2007) menunjukkan bila atlet juga punya daya saing dan prestasi di akademik. 

Mungkin Hendra satu-satunya eks pesepakbola semi profesional di dunia yang memiliki gelar itu (di kurun 1967-1973, Persib adalah klub amatir semi profesional karena Liga Sepakbola Profesional baru ada tahun 1990an/Galatama).

Selamat jalan Profesor. Pileuleuyan. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Allohumagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.

Ricky N. Sastramihardja

-diracik dari berbagai sumber

- Dimuat di akun facebook pribadi https://www.facebook.com/ricky.nsas.3/posts/792830271223768
juga di "Kompilasi 97 Tahun Persib Bandung", e-book format digital yang diterbitkan oleh akun twitter @historyofpersib menjelang ulang tahun Persib ke-97 Maret 2020.

e-book dapat diunduh di sini: Kompilasi Tulisan 87 Tahun Persib Bandung.pdf - Google Drive

๐Ÿ™‍♂️ Himendra A. Wargahadibrata ๐Ÿ“ท Kang Opee


BAGAIMANA STATISTIK MEMBERIKAN GAMBARAN PERTANDINGAN YANG 'TAK TERLIHAT' DI LAYAR KACA


Statistik sepak bola, sebetulnya tidak terlalu penting juga bagi para penggemar sepak bola. Selain hanya berisi angka-angka, statistik juga cukup 'mengganggu' kegembiraan, ketegangan, dan emosi menikmati suatu pertandingan.

Betulkah begitu? Bisa ya bisa tidak, bahkan bagi para entusias hingga fanatik. Statistik memang berguna, tapi jelas akan sangat teknikal, di mana tidak semua penggemar sepak bola memperhatikan statistik. Terlebih bagi mereka yang tidak bermain sepak bola (kompetisi atau rekreasi), atau bahkan bermain video game sepak bola.

Mungkin, mungkin mereka yang suka bemain sepak bola, terutama yang kompetitif atau bermain video game sepak bola menaruh perhatian pada statistik. Tetapi yang tidak salah satu atau dua-duanya, bisa jadi kurang memperhatikan statistik.

Tetapi tim jelas membutuhkan statistik untuk raport dan evaluasi. Menilai seberapa efektif strategi, menilai seberapa tinggi daya juang tim dan pemain, juga lainnya.

Misalnya saja menilai Henhen Herdiana, pemain belakang Persib Bandung dalam pertandingan melawan Bhayangkara FC di akhir pekan lalu (Sabtu, 16/10/2021).  Dalam statistik yang dirilis lapangbola.com, Henhen mencatatkan 2 kali tekel, 5x intersep, memenangkan semua duel udara melawan pemain lawan (100%) dan menggiring bola tanpa kesalahan sepanjang pertandingan (100%). 

Data singkat itu menunjukkan kerja keras Henhen untuk membalas kepercayaan yang diberikan pelatih kepadanya.Tidak hanya kerja keras, tetapi juga kerja cerdas dan efektif. 

Statistik juga memberi gambaran apakah permainan berjalan seimbang, atau ada salah satu yang lebih dominan dan agresif sementara lawannya defensif dan efektif. Fakta lain, dominasi dan agresifitas bukan menjadi penentu kemenangan. 

Masih kita lihat statistik pertandingan yang sama dari pencatat statistik yang sama. Bhayangkara FC yang bernafsu mempertahankan posisi puncak klasemen dan menjauh dari pesaingnya, tercatat lebih banyak menguasai bola. Pada babak pertama penguasaan bola Bhayangkara FC adalah 63% berbanding 27% dibanding Persib Bandung. Wow!

Persib yang memiliki masalah dengan ketajaman strikernya memilih bermain efektif dan defensif. Namun walau 'hanya' menguasai bola 27% tetapi bisa memenangkan pertandingan dengan skor 0-2. Hanya ada dua kesempatan shot on targets dan keduanya menjadi angka dibanding Bhayangkara dengan 3 shot on targets tetapi bisa dimentahkan oleh pemain-pemain Persib.

Minimnya shot on targets atau shot off targets kedua tim juga seharusnya bisa memberikan kita suasana lain pertandingan: alotnya pertandingan di lini tengah. Bahkan bisa dikatakan duel lini tengah lah yang menjadi penentu pertandingan dan mempengaruhi kesigapan para pemain belakang. 

Sedangkan dari 7 pertandingan yang sudah dijalani, statistik dari ligaindonesiabaru.com mencatat Persib sudah melakukan tembakan ke arah gawang sebanyak 71 kali dengan 26 kali shot on targets. Artinya ada 45 tendangan yang meleset alias off targets. Sedangkan dari 26 kali tendangan on targets, 8 bisa dikonversi menjadi gol.

Lagi-lagi memberi gambaran bila Persib Bandung memang bermasalah dengan pemain depan. Dan itu sepertinya membuat Abah Obet harus 'ngetrukkeun pangabisa' menguras pikirannya untuk membuat strategi yang sesuai untuk Persib.

Ricky N. Sastramihardja

๐Ÿ™‍♂️Selebrasi Henhen & Febri Bow ๐Ÿ“ท PERSIB Bandung

#Persib #PersibBandung #Bobotoh #BobotohPersib #Liga12021 #MaungBandung #PersibDay

https://www.facebook.com/photo?fbid=1213526702487454&set=a.2515499

10.15.2021

JELANG SERIES 2, BISAKAH ABAH OBET MANFAATKAN FAKTOR NONTEKNIS?


Dalam sepak bola ada dikenal istilah faktor teknis dan faktor nonteknis. Sederhananya, faktor teknis adalah hal-hal yang berhubungan dengan permainan. Misalnya skill individu, skill tim, kondisi lapangan, aturan permainan, dan lainnya. 

Faktor nonteknis bisa dikatakan kebalikannya, misalnya faktor mental pemain, komunikasi dalam tim, suasana di dressing room, dan hal-hal lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan permainan.

Menyimak 4 pertandingan Persib Bandung di Series 1 Liga 1 2021 yang berakhir imbang (vs PSM Makasar 1-1, Persikabo vs 0-0, vs Borneo 0-0, dan Bali United vs 2-2), dari kacamata awam para penggemar, secara teknis tidak ada masalah dengan kemampuan teknis. Baik tim maupun individu.

Walau hasil imbang 4 kali berturut-turut tetapi dari pertandingan yang satu ke pertandingan lain, terlihat ada peningkatan. Lebih menarik walau tentu saja kata 'menarik' di sini subjektif karena tidak menyertakan statistik pertandingan.

Bila menarik dan meningkat, lalu kenapa susah menang? Kenapa susah membobol gawang lawan? Bahkan 5 dari 5 gol yang disarangkan ke gawang lawan dari 6 pertandingan berasal dari pemain tengah? Klok, Rashid, dan Beckhan Putra adalah pemain tengah, bukan striker.

Diduga ada faktor nonteknis yang berkecamuk di tengah tubuh tim Maung Bandung. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi penampilan dan hasil pertandingan, apalagi bila menimpa pemain yang bertugas untuk mencetak gol/striker.

Menurut Si Konon Katanya, disinyalir ada salah seorang striker yang sedang terganggu kondisi mental akibat masalah dan kehidupan pribadinya. Tentunya sangat berat bila berhubungan dengan keluarga, istri, anak, orang tua atau kekasih. 

Tentu saja faktor nonteknis ini (seharusnya) menjadi perhatian tim pelatih, terutama pelatih kepala, Robert 'Abah Obet' Alberts. Ia harus bisa mencari solusi dengan segala cara agar timnya kembali produktif dan memetik kemenangan demi kemenangan.

Series 2 yang dipusatkan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta serta akan digelar mulai sore ini, 15 Oktober sampai 6 November 2021 akan menjadi ajang pembuktian bagi Abah Obet. Apakah ia bisa melebur dan memadupadankan alasan-alasan nonteknis atau tidak?

Seharusnya sih iya bisa, karena Series 2 akan 'memaksa' para pemain tinggal dalam satu atap yang memungkinkan mereka berkomunikasi dengan sesamanya lebih baik. Lebih intensif, lebih hangat, lebih akrab  daripada saat bermain di Series 1

Karena dalam banyak contoh  dari terbangunnya chemistry antar pemain yang saling akrab tidak saja saat berlatih dan bertanding, tetapi juga di luar lapangan akan sangat mempengaruhi hasil di pertandingan.

Bisakah Abah Obet memanfaatkan faktor nonteknis ini untuk mendongkrak performa Si Maung? Pertandingan pekan ke-7 melawan pemuncak klasemen Bhayangkara FC esok hari, Sabtu 16 Oktober 2021, akan menjadi standar Bobotoh menilai kemajuan Persib Bandung.

Ricky N. Sastramihardja

๐Ÿ“ท Persib Bandung

#Persib #PersibBandung #PersibDay #Bobotoh #BobotohPersib #MaungBandung #RickyNSas

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1211436199363171&set=a.251549972018470

10.10.2021

MENGHITUNG PENGHASILAN PERSIB DARI MEDIA SOSIAL


Berapa pendapatan PERSIB Bandung dari media sosial, dalam hal ini Youtube, melalui konten yang dimonetisasi? Melalui laman Socialblade kita bisa mendapat perkiraan berapa rupiah yang didapat Persib Bandung dalam setahun. 

Dengan 1,19 juta subscribers (pelanggan) dan total views 108.909.593 views dari 1230 video yang mereka upload, setidaknya Persib mendapat penghasilan tahunan antara USD 18.300 hingga USD 292.700 (260 juta - 4,17 miliar). Masih dari Socialblade, adapun per bulan Persib setidaknya mendapat 21,3 juta rupiah hingga 347 juta dengan kurs per hari ini, 10 Oktober 2021 pukul 19:30 WIB yakni 1 USD = 14.256.85 Rupiah.

Tentu saja itu hanyalah estimasi Socialblade yang menghitung berdasar komponen views dan durasi, juga komponen lainnya. Bila ada komponen endorse atau iklan yang disertakan dalam video, seperti grafis atau dalam istilah Youtube, paid content, tentu akan keluar nilai yang berbeda. Bisa lebih besar.

Belum lagi pendapatan via video Facebook, yang ini saya kurang faham cara hitung dan cara mendapatkan prakiraan datanya, di mana setiap video yang ditayangkan akun FP Persib Bandung sudah mengundang iklan. Atau mungkin melalui Instagram atau Twitter.

Okay kita ambil bukan angka optimis, kita ambil pertengahan: 2 miliar per tahun untuk Persib hanya dari Youtube saja. Angka yang lumayan, walau pasti belum menutup keseluruhan biaya tahunan Persib. Tentu jangan dibandingkan dengan penghasilan Youtuber terkenal macam Atta Halilintar atau Deddy Corbuzier, mereka bisa meraup miliaran per bulan hanya dari Youtube.

Tapi dibanding klub lain, katakanlah Persebaya Surabaya atau PSS Sleman, maka angka yang didapat Persib berkali lipat lebih besar dari yang didapat dua klub itu.

Akun official Persebaya di Youtube, misalnya, 'hanya' mendapat USD 6.500-104.200 per tahun atau USD 543 hingga 8700 per bulan. Sedangkan PSS Sleman hanya mendapat USD 0,31 - 5 per bulan atau USD 4-59 per tahun. Persija Jakarta? USD 620 - 9900 per bulan atau USD 7400 - 119.000 per tahun.

Konten media sosial bukanlah satu-satunya penghasilan Persib. Persib juga mendapat pendapatan dari hak siar dari setiap pertandingan yang digelar official broadcaster. Entah berapa nilainya. 

Namun yang jelas, semakin banyak penonton di televisi, maka semakin besar pula pundi-pundi Persib. Untuk satu musim, bisa lebih besar dari pendapatan via Youtube yang 'hanya' maksimal 4 miliar rupiah.

Ricky N. Sastramihardja

๐Ÿ™‍♂️ Unjuk Rasa Bobotoh Depan Grha Persib, Jalan Sulanjana sore tadi 10/10/2021 ๐Ÿ“ท Twitter @officialvpc







9.28.2021

CARA BOBOTOH MEMANG BEDA....


Cara Bobotoh menyikapi Persib memang beda. Bandung sebagai ibu kota Persib, adalah kota yang aman damai sejuk dan santai. Sesekali terjadi perkelahian anak muda, tapi tawuran sama sekali bukan gaya hidup warganya.

Tapi ketika sudah menyentuh dengan yang namanya Persib, reaksi bisa berubah 180°. Bobotoh enggak mau klubnya nunggak gaji pemain, makanya saat prestasi klub jeblok, tidak mengirim karangan bunga. Tapi molotov seperti dampak kegagalan di Piala 'Koaci' Menpora.

Di Liga 1 2021, hattrick hasil imbang disikapi dengan sama keras. Di Cikarang bis pemain dicegat dan dianjing-anjingi oleh bobotoh. Sampai Bandung juga sama dianjing-anjingi di Fly Over Paspati.

Sungguh krans bunga memang hanya cocok sebagai simbol duka cita bagi klub yang nunggak gaji. Di Persib, pemain-pelatih-offisial hidup nyaman. Wajar bila bobotoh menuntut kemenangan dan kemenangan. No excuse.

๐Ÿ“น Pencegatan Bis Persib 28/9/2021dinihari di Fly Over Paspati. Twitter anwarsanusi137

9.25.2021

BOBOTOH, PERSIB, DAN HUKUM GOSSEN


Seperti halnya tidak berlaku bagi pemadat/pecandu narkoba, pemabuk, dan penjudi, hukum Gossen sepertinya tidak berlaku juga pada 'konsumen' klub sepak bola. Karena di titik paling ekstrim, suporter tidak akan pernah merasa puas dengan pencapaian klubnya.

Bila hari ini menang, maka besok-besok harus lebih sering menang lagi. Bila hari ini menang 1-0, besok harus menang 10-0. Suporter klub sepak bola akan selalu meminta lebih, walau pada prakteknya tidak akan pernah terpenuhi.

Sebagai produk jasa, olah raga kompetitif seperti sepak bola hanya memiliki 3 opsi hasil: menang atau imbang atau kalah. Bahkan di kompetisi liga hasil imbang pun dianggap sebagai kekalahan karena hasil yang diraih sangat minimal (1 angka) dibanding menang (3 angka).

Maka ketidakpuasan akibat tidak terpenuhinya hukum Gossen akan membuat klub sebagai produsen harus rela menerima masukan, kritikan, cacian, bahkan hujatan dari para penggemarnya.

Ketidakpuasan itu disampaikan dengan cara yang paling santun hingga paling ekstrim. Kebetulan Bobotoh seringkali memberi pesan ekstrim terkait produk 'butut' bernama Persib yang sering mereka 'konsumsi'.

Sekedar memaki di media sosial, demonstrasi, atau mencegat bus pemain usai pertandingan adalah bentuk ketidakpuasan yang lazim. Yang paling ekstrim adalah melempari kantor manajemen dengan bom molotov pun pernah.

Pesan yang keras ini bertolak belakang dengan stereotip pandangan budaya orang Sunda itu 'someah' santun. Kalau sudah urusan prestasi 'butut' sepak bola bernama Persib, 'someah' pun menjadi kata tabu.

Mengapa? Karena sebagai konsumen, Bobotoh tidak bisa pindah dari produk 'butut' bernama Persib ke klub lain yang mungkin saat ini lebih kinclong.

Suporter fanatik sepak bola itu lahir, hidup, mati hanya dengan satu klub. Poligami dengan klub lain di liga atau di kompetisi yang sama adalah hal tabu, pamali. Bahkan mungkin didekatkan ke pengertian musryik: mempersekutukan.

Kritik ekstrim ini tujuannya hanya satu: mendongkrak prestasi klub secara ekstrem pula (baca: optimal).

Maka bila Persib ingin mempertahankan loyalisnya, prestasi dan kemenangan menjadi kewajiban. Para loyalis ini tidak akan pernah meninggalkan klub walau harus PO BOX alias dipoyok dilebok.

Moyok (mengejek) adalah tanda cinta, tanda loyalitas paling jujur. Maka walau butut, Persib tetap ngangenin bagi para loyalisnya.

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1198450563995068&set=a.251549972018470


9.21.2021

LAYAKKAH ESTEBAN 'PISKARDUT' MENGENAKAN NOMOR 10?


Pesepakbola dengan nomor punggung 10, selalu identik dengan pemain jago. Publik sepakbola Bandung mengenang Ajat Sudrajat sebagai pengguna nomor 10 di Persib yang melegenda.

Tidak banyak pesepakbola lokal di Persib yang bernomor 10: ada Dadang Kurnia dan Imam Riyadi. Nama terakhir adalah nama pesepakbola lokal pengguna nomor punggung 10.

Sisanya adalah pemain 'interlokal' dan pemain asing: Tobar, Konate Makan, Ikenwa, Hilthon Moreira, Sergio van Dijk. (Ahmad Fadhil Abidin, infobdg.com 7/10/2016).

"Nomor punggung 10 dianggap memiliki tanda penghormatan karena selalu digunakan oleh para pemain yang dianggap paling istimewa di antara para pemain lainnya. Bahkan dalam sebuah klub, pemain dengan nomor punggung 10 sebagai pemain penting dan utama dalam mencetak gol.

Banyak pemain sepak bola terbaik dunia yang mempengaruhi penggunaan nomor punggung 10 ini seperti Pele dan Diego Maradona. Keduanya sukses menjadi pesepak bola terbaik di generasinya. Keduanya juga berhasil membawa kejayaan sepak bola untuk negara mereka hingga dikenang sebagai legenda sepak bola yang menggunakan nomor punggung 10," tulis Rauhanda Riyantama di bolatimes, 9/7/2021.

Esteban mengenakan nomor 10 di Persib Bandung sejak musim Liga 1 2020-2021 (ia direkrut musim 2019 dengan nomor punggung 9). Pergantian nomor punggung 9 ke 10 juga cukup mengejutkan mengingat nomor 10 sebelumnya digunakan Ezechiel 'Ndouassel yang kemudian berlabuh di Bhayangkara FC.

Kiprah Esteban dengan nomor punggung 10 masih harus dibuktikan. Seperti disebutkan di awal, nomor 10 ini nomor 'keramat' di dunia sepak bola. Identik dengan pemain jagoan, identik dengan pemain pembobol gawang lawan.

Di Piala Menpora 2021 Esteban menyumbang beberapa gol. Dua ke gawang Barito Putera, 1 ke gawang Persita. Tetapi itu adalah pertandingan 'tarkam' pra-musim. Di Liga 1 2021, Esteban masih belum terlihat kontribusinya mengingat liga baru berjalan 3 pertandingan.

Tentu saja publik Bobotoh berharap Esteban 'Piskardut' ini segera kembali padu dengan tim dan memberikan kontribusi, baik gol maupun asis. Agar angka 10 sebagai nomor 'keramat' kembali pada khittahnya: pesepakbola jagoan, bukan pesepakbola bully-an.

Kita tunggu gol dan kontribusi Esteban di pertandingan pekan ke-4 melawan Borneo 'Perseba Bangkalan' FC di akhir pekan ini. 

๐Ÿ™‍♂️Esteban Vizcara ๐Ÿ“ท PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo?fbid=1195912564248868&set=a.251549972018470

MANDULNYA PARA STRIKER PERSIB


Tiga pertandingan perdana Liga 1 2021 sudah dijalani Persib Si Maung Bandung. 2  kali menang, 1 kali imbang dengan 5 memasukkan dan 3 kemasukan.

Tidak terlalu buruk, tetapi tidak bisa dibilang baik. 

Masalahnya adalah dalam 3 pertandingan, 5 gol dicetak oleh pemain tengah. Marc Klok, Rashid, dan Beckham Putra. Tiga striker Persib masih 'mandul' untuk membobol gawang lawan. Bahkan bisa dikata minim peluang.

Wander Luiz, Ezra Walian, dan Castillion semuanya sudah mendapat menit bermain lebih dari cukup untuk pembuktian ketajaman. Mungkin mereka masih perlu waktu lagi, namun sampai pertandingan ke berapa?

Jangan bahas kondisi pandemi, karena semua tim mengalaminya. Masalah kebugaran juga sudah disiasati regulasi dengan penggantian pemain sebanyak 5x.

Semakin mengerucut pada alasan teknis: strategi. Apakah pelatih kurang piawai meracik tim dan strategi, atau pemain tidak bisa mengerti skema? 

Berbeda dengan tiga pertandingan Liga 1 2020 di mana Wander Luiz dan Castillion memberi banyak kontribusi. Permainan mereka ciamik, hasilnya pun mantap sampai akhirnya liga dihentikan karena wabah.

Artinya membantah dengan jelas bila pelatih tidak punya strategi jitu atau pemain tidak mampu mengunyah strategi pelatih. Alasan-alasan teknis menjadi tidak berlaku.

Jadi alasan  apa yang membuat striker Persib masih mandul. Masih tidak mampu menjebol gawang lawan? Alasan non-teknis? 

๐Ÿ™‍♂️ Geoffrey Castillion ๐Ÿ“ท PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1194315051075286&set=a.246666702506797

9.16.2021

WELCOME BACK, DEN. COME BACK STRONGER!


"Saya masih bisa bermain?", ujar Deden sambil meringis menahan sakit saat ditandu dibawa ke rumah sakit terdekat. Ia menderita patah tulang fibula dan tibia setelah berbenturan 'disikat' pemain Persija Jakarta, Bruno Matos pada pertandingan tandang di GBK, Jakarta di Liga 1 2019.

Wajar saat itu Deden mengkhawatirkan karir dan masa depannya mengingat cedera yang dialaminya cukup parah. Namun berkat terapi dan pengobatan yang dijalaninya, serta tentu saja berkat izin Alloh SWT ia masih bisa kembali berkarir di lapang hijau.

Berhentinya liga karena wabah juga memberi Deden kesempatan untuk pemulihan lebih lama. Secara teknis, ia sudah dinyatakan pulih menjelang awal Liga 1 2020. Tetapi penghentian liga membuat Deden bisa lebih leluasa mengelola trauma pasca cedera.

Tak disangka, pada dua pertandingan perdana Liga 1 2021, Abah Obet memasang Deden untuk bermain penuh. Deden, seperti biasa, tampil penuh percaya diri walau sudah lama tidak bermain di pertandingan resmi. Selama kurang lebih dua tahun Deden absen untuk memulihkan cedera parah yang dialaminya. 

Walau hanya clean sheet pada pertandingan perdana, tetapi penampilan Deden cukup menjanjikan. Apalagi Persib punya 3 kiper lain: Teja Paku Alam, I Made Wirawan, dan M. Aqil Savik dengan kemampuan yang nyaris sama.

Kembalinya M. Natshir 'Deden' Mahbuby dipastikan membuat seksi pertahanan lebih 'ampeg', lebih 'kekar'. Abah Obet punya 4 kiper yang berkualitas yang bisa bermain kapan saja.

Welcome back, Den. Come back stronger!

๐Ÿ™‍♂️ Deden Natshir ๐Ÿ“ท PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1192724531234338&set=a.251549972018470

9.15.2021

JENDRAL BECKHAM PUTRA


Beberapa pandit menyebut anak muda ini mirip Yusuf Bachtiar, sang Jendral Lapangan Tengah. Beberapa lainnya menyebut perannya mirip Andrea Pirlo, playmaker Italia.

Fisiknya memang belum sebagus senior atau kakaknya, Zola, yang kini main untuk Persela. Ia lebih sering diturunkan sebagai pemain pengganti.

Tetapi visi permainannya jelas, akurasi umpannya bagus. Dalam dua pertandingan ia nyaris membobol gawang lawan dari jarak jauh.

Dalam dua pertandingan Liga 1 2021, E7am menjadi game changer. Mungkin ia bisa dicoba menjadi starter seperti di Piala Menpora saat Persib menghadapi PS Sleman atau Bali United.

๐Ÿ™‍♂️ Beckham Putra ๐Ÿ“ท Persib

https://www.facebook.com/21164211233/photos/a.10152260418271234/10158981593856234/

COME ON MO RASHID!


Mencetak dua gol (brace) di pertandingan melawan Persita Tangerang, pemain bernomor 74 ini memilih melakukan sujud syukur sebagai selebrasi.

"Bagaimana bisa saya melakukan selebrasi (gol) bila di Palestina sana masih banyak orang yang ditangkap dan ditahan penjajah," kurang lebih demikian pernyataan Mohammed Rashid melalui akun instagram pribadinya beberapa saat setelah pertandingan (11/9/2021).*

Gelandang berdarah Palestina ini baru bermain di Indonesia bersama PERSIB Bandung. Pertandingan melawan Persita di Stadion Wibawa Mukti Kab. Bekasi adalah pertandingan resmi yang ke-2 di Liga 1 2021-2022.

Dengan dua gol yang diborongnya, skillnya yang moncer, membuat Bobotoh harus segera menghilangkan bayang-bayang mantan: Konate Makan (Mali) atau Omid Nazari (Filipina).

Kehadiran Rashid di skuad Persib Bandung juga tidak sekedar memanfaatkan momentum persahabatan Indonesia-Palestina. Tetapi memang berperan untuk meningkatkan kualitas tim yang berburu gelar juara di Liga 1 2021-2022.

Come On Jason 'Rashid' Statham. We're always stay behind you!

๐Ÿ“ท Screen capture Indosiar/Vidio.com

*postingan terkait sudah dihapus pemilik akun. Tapi ada screen shotnya, da. Kalem.

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1190702104769914&set=a.246666702506797

7.07.2016

SEPAK BOLA DAN BUAH KURMA



Suatu ketika Rasulullah mendapati penduduk Madinah sedang mengawinkan benih kurma dengan penyerbukan. Melihat ini Rasulullah lalu mengomentari apa yang dilakukan oleh penduduk Madinah tersebut dan bertanya mengapa benih kurma itu mesti dikawinkan segala. Mengapa tidak dibiarkan begitu saja secara alamiah. Penduduk Madinah yang petani kurma itu sangat menghormati Nabi Muhammad sebagai pemimpin panutannya. Ia lalu mengikuti saran Rasulullah dan berhenti mengawinkan kurmanya. Kemudian ternyata produksi kurmanya menurun karenanya.

Panennya berkurang karena mengikuti saran Rasulullah. Para petani kurma kemudian melaporkan panen kurma yang menurun itu kepada Rasulullah. Rasulullah kemudian sadar akan keterbatasan pengetahuannya tentang menanam kurma. Maka keluarlah sabda Rasulullah: "Wa Antum A’lamu bi Amri Dunya-kum" (Kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu).


Ketika Nabi saw memberikan nasihat tentang cara mengawinkan pohon kurma supaya berbuah, ini bisa dianggap bahwa beliau sudah memasukkan otoritas agama untuk urusan duniawi yang di mana beliau tidak mendapatkan wahyu atau kewenangan untuk itu. Untuk manusia setingkat Nabi apa pun perkataannya, sikapnya, dan bahkan diamnya pun bisa dianggap sebagai hukum, aturan, dan ketentuan. Tapi ternyata dalam masalah menanam kurma ini pendapat beliau keliru. Pohon kurma itu malah menjadi mandul.

Maka para petani kurma itu mengadu lagi kepada Nabi SAW, meminta pertanggungjawaban beliau. Beliau menyadari kesalahan waktu itu dan dengan rendah hati berkata, “Kalau itu berkaitan dengan urusan agama ikutilah aku, tapi kalau itu berkaitan dengan urusan dunia kamu.

Rasulullah mengakui keterbatasannya. Bila tidak diwahyukan, untuk urusan dunia di jaman beliau pun beliau bukanlah orang yang paling tahu.



Seorang pemimpin tentu saja harus megetahui banyak hal yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya. Baik itu populasi, geografis, demografis, juga kebiasaan-kebiaasaan yang ada. Termasuk di dalamnya hukum-hukum dan peraturan yang tidak tertulis yang berlaku dalam dasar kesepakatan bersama.

Mari kita bayangkan bila seorang pemimpin yang kita hormati, mengajak pemimpin lainnya, dan juga pemimpin lainnya untuk berdiskusi dan memutuskan hal yang sebetulnya tidak mereka ketahui secara jelas. Hal yang seharusnya menghadirkan pihak lain yang dapat menjadi referensi, saran, dan rujukan, tetapi TIDAK dilakukannya. Maka akan seperti yang kanjeng Nabi SAW alami di atas.

Padahal tentu kita tahu, yakin Nabi SAW adalah sebaik-baiknya pemimpin, sebaik-baiknya insan Alloh SWT, sesempurna-sempurnanya mahluk. Tetapi Rosululloh juga tidak luput dari kekhilafan saat memutuskan apa yang memang bukan menjadi pengetahuan beliau. Shollu 'alla nabi.

Apalagi kita, manusia yang derajat moral, ahlak, pengetahuan dan iman tidak seujung kuku Nabi SAW. Kita adalah gudangnya salah, gudangnya khilaf, gudangnya ketidaktahuan.

Tentu hadits di atas bukan untuk membuat kita melakukan pembenaran-pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan. Atau mengelak dari keharusan berbuat terbaikdan terbenar. Tetapi kita dituntut untuk menyerahkan segala sesuatu pada ahlinya. Pada orang-orang yang mengerti.

Jangan sampai karena terikat janji lalu berusaha menepati dan kemudian mencederai pihak lain. Mungkin kita ditakdirkan memimpin sebuah kota yang aktif dan dinamis. Mungkin kita berwenang mengelola sebuah kota. Tetapi urusan sepak bola, klab, supporter, dan hal lain yang berkaitan dengan hal lainnya, tanyalah pada mereka.

Apalagi kemudian memberikan janji pada kelompok lain yang jelas-jelas memusuhi warga kotanya. Mengundang dan menjamu kelompok orang yang justru akan merugikan dirinya dan warga yang dipimpinnya. Kejadian di GBK adalah bukti nyata bahwa mereka yang diundang bukanlah orang yang layak datang.

Saya jadi teringat talatah para karuhun Sunda yang isinya mengiyakan perkataan Rosul SAW dengan 'wa antum a’lamu bi amri dunya-kum': tadaga carita hangsa. gajendra carita banem. matsyanem carita sagarem. puspanem carita bangbarem. (artinya: telaga dikisahkan angsa. gajah mengisahkan hutan.ikan mengisahkan laut. bunga dikisahkan kumbang.)

Bila ingin tahu tentang taman yang jernih, danau berair sejuk, tanyalah angsa; bila ingin tahu isi laut, tanyalah ikan; bila ingin tahu isi hutan, tanyalah gajah; bila ingin tahu harum dan manisnya bunga, tanyalah kumbang. Semuanya dapat diartikan agar tidak salah memilih tempat bertanya. Pun Sapun.

Ricky N. Sastramihardja
Bobotoh Persib Bandung, pecinta kopi, fotografi, dan suka main dengan kucing

dimuat di Bobotoh.id 25 Juni 2016
http://bobotoh.id/2016/06/buah-kurma-sepak-bola/