12.02.2014

Ngadu Muncang


Seorang anak sedang 'nakolan' buah muncang yang diambilnya dari sebatang pohon kemiri di kaki Gunung Geulis, Jatinangor Sumedang. Buah muncang yang sudah terkupas kulit dan dagingnya, kemudian diambil bijinya. Biji muncang tersebut kemudian dipakai dalam permainan 'ngadu muncang'.

Permainan ngadu muncang (kemiri, candlenut, Aleurites moluccana) adalah permainan tradisonal urang Sunda yang hingga dewasa ini masih banyak ditemui di berbagai pelosok Jawa Barat. Dimainkan oleh anak-anak sebagai permainan, dan oleh orang dewasa kerap dijadikan media perjudian.

9.11.2014

Sarang Burung Puyuh di Gn. Geulis

Sambil ngarengkol di dalam tenda menahan dingin kemarau yang menembus hingga sleeping bag, Puncak Gunung Geulis saat itu dinginnya minta ampun. Terdengar di sekeliling, dari dalam semak dan ilalang seperti ini, suara burung puyuh berciak-ciak.

Suprise. Ternyata semak dan ilalang di sekitar tenda dan bivak adalah sarang, mungkin, burung puyuh. Saya tidak melihat penampakan mereka selain suaranya saja yang berciak-ciak dari terbit matahari sampai kami sarapan dan berbenah untuk meninggalkan shelter.

Suatu keajaiban alam yang baru ini saya rasakan. Pengalaman yang mengasyikan yang sulit dinilai dengan uang.


9.09.2014

Nanjak (lagi) ke Gn. Geulis Jatinangor

Lanskap Tj. Sari dan sekitarnya dari Puncak Gn. Geulis, Jatinangor (1281 m dpl). Di kejauhan tampak Gunung Tampomas (Sumedang, 1684 m dpl). Gunung terdekat dengan Gn. Geulis adalah Gn. Bukit Jarian (1173 m dpl).

Gn. Geulis ini cukup assoy juga. Jaman kuliah dulu di tahun 1992-1997, puncak  gunung ini masih lenglang, terbuka. Tak banyak tetumbuhan. Tapi setelah lebih dari 15 tahun, mulai ketinggian sekitar 900 m cukup banyak pepohonan yang tumbuh di lereng hingga ke puncaknya. Terutama didominasi oleh pohon Lamtoro dan pohon bambu. Di puncaknya pun semak belukar dan rerumputan tumbuh tinggi. Tingginya semak belukar dan rerumputan membuat kami kesulitan untuk mendapatkan pemandangan langsung ke arah Bandung, Cicalengka, Tj. Sari dan sekitarnya.


8.28.2014

Pemandangan interaktif dari Danau Kawah Gunung Galunggung

Pemandangan interaktif dari Danau Kawah Gunung Galunggung.

Coba tekan "click to view" untuk merasakan sensasi berada di dalam Danau Kawah Gunung Galunggung. 

Pemandangan interaktif Puncak Manglayang 360°

Pemandangan interaktif Puncak Manglayang 360° . Coba tekan "click to view" untuk 'merasakan' keadaan di puncak Gunung Manglayang (1824 m dpl), Sumedang Jawa Barat.


8.25.2014

Berkah Galunggung



Gunung Galunggung meletus pada tahun 1982. Tetapi sampai hari ini limpahan material vulkanik-nya masih bisa dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi bagi warga sekitar. Seolah tak habis padahal sudah lebih dari 25 tahun ditambang dan dimanfaatkan manusia.


8.22.2014

Nanjak (Lagi) Ke Manglayang

Kabita ku juragan Bobby Victorio Novarro, Rabu kemarin saya nanjak ke Manglayang via jalur barat/Palintang. Rencananya sendiri, akhirnya berdua bareng GugĂșn Kurniawan.

Dalam ekspetasi, jalur menuju puncak utama dari dinding Barat masih seperti tahun 2010. Saat itu saya dan Donnie D'daam Arie mudun dari puncak Manglayang setelah nanjak dari jalur Baru Beureum.

Ternyata empat tahun berselang di bulan yang sama, Agustus, jalan setapak menuju puncak Manglayang dari Barat sudah menghilang. Beruntung kami menemukan jalur rintisan baru, yang sepertinya belum lama dibuat. Mungkin baru sekitar dua - tiga minggu. Itupun setelah sebelumnya jalur itu diabaikan karena saya pikir merupakan jalur pencari kayu/pemburu.

Setelah mengikuti tag berwarna merah yang dipasang di pepohonan dan semak belukar, akhirnya kami mencapai puncak Manglayang pada sekitar 16.55. Itupun dengan susah payah mengingat kemiringan mencapai 45-60° serta energi kami yang sudah terkuras setelah sebelumnya sempat salah mengambil jalur selama dua jam.

Tiba di puncak puncak pun kami tidak bisa ke pelataran utama (yang ada makamnya). Lagi-lagi karena 'bala', sudah tertup semak belukar. Jalan setapak yang kami ikuti setibanya di puncak akhirnya berbelok ke kiri ke arah Baru Beureum. Tadinya saya ingin mengajak Ugun ke pelataran utama walau harus menerabas semak, tapi karena waktu semakin samporet dan menuju gelap niat itu dibatalkan.



Kami pun turun dari puncak sekitar 17.15 agar tidak terjebak gelap di kemiringan  dinding barat Manglayang.

Manglayang memang tidak terlalu tinggi, hanya 1824 M dpl (berdasar Peta Rupabumi Indonesia lembar 1209-312 Ujung Berung), tapi dari jalur manapun, tanjakannya cukup menantang. Di Manglayang, kita akan merasakan bagaimana betapa dekatnya lutut kita dengan mulut saat menanjak. Cocok banget buat trial bagi teman-teman sebelum mencapai puncak gunung lain yang lebih tinggi.

Selamat buat Ugun yang sukses muncak di  Manglayang pertama kalinya. Ulah kapok ya, engke deui mah disapatu. Ulah disendal :D