4.20.2016
INDONESIA SI BUTA DI TENGAH DUNIA DENGAN SEBELAH MATA
Pemain bintang sekelas Robin van Persie dengan penghasilan 10 juta Poundsterling per tahun (sekitar 205,3 Miliar) masih mengkhawatirkan posisinya di Timnas Belanda. Selama dua musim bermain untuk Manchester United, van Persie banyak kehilangan menit bermain. Ia lebih banyak duduk di bangku cadangan menyaksikan rekan-rekannya bertanding.
Sepakbola, tidak melulu penghasilan yang fantastis. Tidak juga hanya sekedar pengabdian kepada klub yang membesarkannya. Seorang pemain sepakbola mengharapkan lebih dari sekedar materi, tetapi juga eksistensi. Eksistensi pemain sepakbola adalah saat ia dipanggil oleh negara untuk menjadi bagian kesebelasan besar yang bernama timnas.
Kita saksikan bagaimana anak-anak muda yang bergabung di Timnas U-23 meneteskan air mata saat pertandingan perdana Timnas Indonesia melawan Myanmar pada ajang SEA GAMES 2015. Di tengah perseteruan dahsyat antara negara melawan PSSI, di tengah sanksi FIFA pada PSSI, mereka menjadi satria pinilih dengan tugas maha berat. Seperti Guruminda yang ditugaskan Sunan Ambu ke dunia untuk mencari Layang Salaka Domas.
Air mata yang menetes adalah simbol kebanggan dan harga diri mereka sebagai pemain sepakbola terhadap negara tempat mereka lahir dan dibesarkan. Air mata yang menetes itu adalah bukti betapa merela mencintai negara ini. Indonesia memang kalah 2-4 oleh Myanmar, tetapi air mata yang menetes adalah bukti tak terbantahkan bahwa mereka juga bangga masih berlaga pada pertandingan Internasional di saat dunia menutup mata, telinga, dan tangannya pada Indonesia.
Sanksi FIFA yang dijatuhkan tanggal 29 Mei 2015 masih belum dicabut karena negara masih bersikukuh untuk membekukan PSSI. Sampai hari ini sebagai dampak Pembekuan PSSI yang berujung dengan jatuhnya sanksi FIFA, belum tampak ada tindakan lebih lanjut yang dilakukan negara. Negara masih sibuk memberikan pernyataan di media daripada membuktikan pernyataannya itu. Belum ada satupun anggota komplotan mafia sepakbola yang selama ini dianggap merongrong Sepakbola Indonesia, yang berhasil dibuktikan dan mereka tangkap.
Sementara klub-klub mulai membubarkan timnya untuk menghindari kerugian materi yang lebih besar. Setelah Persipura Jayapura resmi dibubarkan, santer terdengar wacana bahwa PERSIB Bandung pun akan membubarkan pasukan yang sejatinya dipersiapkan untuk Liga Indonesia dan AFC. Seiring berhentinya Liga Indonesia dan kekalahan PERSIB pada pertandingan melawan Kitchee FC, praktis tidak ada pertandingan yang bisa diikuti lagi.
Selain itu, tuntutan Bobotoh yang disuarakan tanggal 4 Juni 2015 yang baru lalu kepada Menpora dan PSSI untuk berdamai dan segera memutar roda kompetisi lagi, sampai hari ini belum terdengar ‘kelemeng’ nya. Belum terdengar apa dan bagaimana reaksi pihak-pihak terkait akan nasib persepakbolaan ke depan.
Tanpa kompetisi maka tidak ada pertandingan resmi. Tanpa pertandingan resmi, maka tidak ada ada tim. Tanpa tim tidak ada kompetisi berjenjang para pemain berlomba-lomba mencapai tempat di Timnas. Bahkan Timnas pun rasanya nyaris tidak diperlukan karena Indonesia dikucilkan dari pergaulan sepakbola Internasional nyaris di semua bidang yang berhubungan dengan sepakbola.
Selain Timnas U-23 yang masih berlaga di SEA GAMES, Indonesia tidak diperkenankan mengikuti event sepakbola internasional atau regional. Tidak hanya Timnas Senior, tetapi sanksi FIFA juga berdampak pada tim sepakbola wanita, anak-anak, tim futsal, apapun.
Karena pada hakekatnya sanksi FIFA adalah pengucilan. Sekarang Indonesia bagaikan hidup dalam ruangan isolasi yang terpencil, terkucil, dan terpinggirkan. Kita memang masih bisa bermain sepakbola, tetapi hanya bisa bermain sepakbola untuk diri kita sendiri. Kita memang masih punya kaki untuk bermain bola, tetapi FIFA dengan sanksi-nya telah menutup mata, mengikat tangan, menyumbat telinga, dan membungkam mulut kita. Indonesia adalah si buta yang terlunta-lunta di tengah dunia yang hanya memiliki sebelah mata.
RICKY N. SASTRAMIHARDJA
Editor in chief Maenbal.co
@RickyNSas
dimuat sebagai editorial di maenbal.co
http://maenbal.co/13874/suara-redaksi/indonesia-si-buta-di-tengah-dunia-dengan-sebelah-mata/
No comments:
Post a Comment