Action cam, menjadi salah satu 'senjata' para Mujahidin di Gaza, Palestina. Action cam yang beratnya tidak lebih dari 100 gr (termasuk housing waterproof/underwater), menjadi alat rekam aksi-aksi para mujahidin.
Bila biasanya kita menyaksikan para atlet 'extreme game' menggunakan action cam untuk merekam aksi akrobatik ekstrim di atas skateboard, BMX, MTB, trail, base jumper, dll. Tapi di penghujung 2023 aksi yang direkam lebih ekstrim: meledakkan tank.
Kelebihannya selain ringan, action cam ini memiliki banyak aksesoris yang bisa digunakan. Mulai body strap, chest strap, head strap, hingga underwater housing. Action cam ini bisa dipasang di banyak tempat, termasuk dipasang di drone, dijadikan dash cam mobil, atau dipasang di stang motor.
Lensanya yang super wide hingga mencakup 170° membuat cakupan pandang yang super luas walau mengorbankan garis-garis lurus menjadi cembung atau cekung, atau melengkung.
Dilihat dari kualitas gambar dan warna, action cam yang dipakai para mujahidin nampaknya dari berbagai merk. Mulai yang kelas murah buatan Cina hingga sekelas Go Pro yang sejak awal mempopulerkan kamera ini.
Selain menggunakan action cam, tentu saja sebagian gambar direkam menggunakan ponsel. Kamera ponsel umumnya dipakai untuk merekam aksi dalam sudut pandang orang ke tiga (3rd person), sedangkan action cam umumnya dipakai untuk merekam aksi dari sudut pandang orang pertama (1st person). Dalam berbagai rekaman yang disebar, setiap aksi setidaknya direkam dua kamera: action cam dan kamera ponsel/kamera biasa.
Yang menarik adalah membayangkan saat para mujahidin 'setor gambar' ke komandannya masing-masing dengan menggunakan SD/TF card. Mesin propaganda yang tak kalah penting adalah para video editor. Bagaimana mereka mengambil data dari setiap mujahidin, menyimpannya, mengeditnya, dan lalu mengunggahnya kepada publik melalui media sosial.
Bila dilihat dari hasil editingnya, besar kemungkinan editing dilakukan menggunakan laptop. Terutama untuk mengimbuhkan tanda segitiga merah yang menjadi ciri khas Mujahidin dan membuat sorotan/highlight sasaran yang akan dihantam oleh RPG 7 berpeluru roket Al Yaasin 105.
Propaganda para mujahidin ini tentu saja sangat berhasil untuk menarik simpati dunia. Menunjukkan pada dunia keberanian mereka di medan tempur hanya bersenjatakan artileri ringan melawan artileri berat seperti tank merkava, APC, dan lain sebagainya.
Sebagai catatan, action cam atau helmet cam mulai lazim digunakan oleh militer di seluruh dunia. Tentu dengan tujuan bermacam-macam, tidak sekedar merekam. Mungkin ada juga yang digunakan untuk streaming dari combatan di medan tempur sebagai pengganti mata bagi para jendral di markas besar saat mengatur strategi.
Action cam ini juga membuka mata dunia, betapa cerdasnya para petinggi militer mujahidin dalam mengatur taktik. Rekaman yang disebar juga dipastikan membuat tentara Isarel ketar-ketir. Bayangkan zero distance combat alias point blank, bertempur dengan jarak super dekat alias nol meter.
Mujahidin Gaza dengan berani meledakkan sebuah tank canggih, Merkava III/ IV, tanpa terdeteksi oleh sensor-sensor canggih dan kamera 360 yang merupakan bagian penginderaan tank.
Di Gaza, action cam sudah mencapai titik level aksi paling ekstrem yang bisa kita lihat. Lupakan action cam yang dipasang di motor/mobil Travis Pastrana, atau dashboard mobilnya Fitra Eri atau Ridwan HR. Action cam di tangan mujahidin Gaza, adalah senjata mematikan yang menghancurkan mesin propaganda jutaan dolar Israel: hasbara.
Ricky N. Sastramihardja
No comments:
Post a Comment