Tentu saja, apa yang dilansir Ayu Utami benar, bila "...Banyak pria yang enggan menolak poligami sebab pada gilirannya mungkin mereka membutuhkannya. Banyak muslim, pria dan wanita, yang takut melarang kawin ganda dengan alasan itu menyalahi Islam. Bukankah Nabi Muhammad memiliki beberapa istri? Melarang poligami artinya menyalahkan cara hidup Nabi...".
Sebagai seorang lelaki, yang sudah beristri dan beranak-pinak, saya sangat menyetujui dengan argumen Ayu Utami di atas. Masalahnya jelas, menikah dengan satu istri sudah jelas enak. Apalagi dengan dua atau tiga atau mungkin empat istri. Enak bila secara biologis kita mampu berbuat adil. Misalnya bergiliran satu istri dalam satu hari. Dalam empat hari berisrti bisa menggauli empat istri.
Dibanding misalnya, harus 'poligami' di lokalisasi seperti yang banyak dilakukan lelaki, atau 'poligami' dengan berbagai macam selir dan harim yang tidak jelas akad nikahnya, Poligami Aa Gym yang mencontoh teladan Rasulullah SAW tentu lebih terpuji. Dalam catatan sejarah yang sahih, Rasulullah SAW tercatat menjauhi dan tidak pernah melakukan zinah. Tapi, sampai hari ini, masih banyak saja yang mengaku umatnya (laki dan perempuan) melakukan zinah. dekat-dekat saja deh, kasus Maria Eva dan Yahya Zaini. Atu mungkin ada di antara kita atay teman kita yang sempat atau masih melakukan zinah dengan berbagai macam alasan?
Pemahaman pertama yang harus difahami adalah " Haram ya Haram. Halal ya Halal. Subhat ya Subhat, dst". Jangan lantas diubah dan ditafsirkan macam-macam. Apalagi dengan argumen-argumen yang tidak jelas dasar pemikirannya. Bila poligami dihalalkan. mengapa harus dilarang? Mengapa harus diharamkan? Bila zinah itu haram, tak ada alasan untukj menghalalkan.
Pemahaman kedua adalah, mengapa selalu saja ada pertentangan dan kontroversi terhadap apa yang dipercayai oleh orang lain? Artis-artis Hollywood ada yang mempercayai Scientific Religius. Agama ilmu pengetahuan, yang menyatakan bahwa manusia kelak akan dibawa ke luar angkasa oleh para penyelmatnya yang kita kenal sekarang dengan UFO. Para ahli biologi banyak yang menganut Darwinisme, yang berasalkan pada teori Darwin tentang evolusi. Kaum Nasarani percaya bahawa Isa Al Masih adalah gembala dan penyelamatnya. Bahkan para pastor katolik rela menjalankan kehidupan selibat (tidak menikah) karena mengikuti ajaran Isa Al MAsih yang juga tidak pernah menikah selama hidupnya. Kaum komunis sangat mempercayai pendapat dan fatwa-fatwa Karl Marx dan Engels tentang kesetaraan kelas dan komunisme. Ayatullah Khameini, Sadam Hussein, Osama bin Laden dan Al Qaeda percaya bahwa Amerika serikat adalah negara dajjal yang harus diperangi dengan berbagai cara.
Semua bermula dari apa yang dipercaya. Bukan dari yang tidak dipercaya. Kaum feminis percaya bila harus ada kesetaraan dengan laki-laki dalam berbagai bentuk. Tapi di banyak pihak banyak kaum perempuan percaya bahwa uang suami adalah uang istri, dan uang istri adalah uang istri. Kaum pologamis percaya bahwa poligami adalah cara untuk memberikan keadilan dan meredam perzinahan, tapi banyak juga yang sudah poligami, eh masih zinah juga...
jadi masalahnya: adalah apau yang kita percaya. Bukan yang tidak kita percaya.
Bahkan, kata siapa perbudakan sudah hilang? Quran tidak melarang perbudakan, tetapi Quran menganjurkan memerdekaan budak. Nike, Adidas, Reebok, Sony, Microsoft, bla-bla-bla adalah penganut paham perbudakan. Percaya dengan upah buruh rendah untuk meningkatkan keuntungan pribadi. Mungkin juga perusahaan tempat kita bekerja. Di Indonsia, perbudakan dilegalkan negara untuk keperluan kapitalisme. Bila tidak, tentu saja kaum buruh outsource tidak akan mengeluh. Bekerja untuk perusahaan A atas nama Perusahaan B. Legalisasi perbudakan.
Masalahnya? Apa yang kita percaya...
Saya percaya apa yang Aa Gym lakukan adalah pada tempatnya. Masalahnya saya melakukan poligami atau tidak, itu soal lain... Jadi, jangan menghujat poligami. Karena sama dengan menghujat Nabi SAW. Menghujat Nabi SAW berarti meragukan kapabilitas Al Quran. Meragukan kapabilitas al Quran, ya sudah ganti chanell saja...
No comments:
Post a Comment