Senin, April 14, 2025

CATATAN JELANG MALAM KE-30 ROMADHON: PORSI JUMBO MAKANAN ARAB


Alhamdulillah tidak ada kendala dengan rasa makanan selama di Mekkah. Terbiasa adaptasi dengan berbagai rasa makanan di tanah air, membuat saya tidak terlalu pilih-pilih soal makanan.

Beberapa rasa yang kurang cocok masih bisa 'dikoreksi' dengan saos sambal yang dibawa dari Indonesia. Sayang saya tidak jadi membawa garam gurih karena khawatir diperiksa bea cukai akibat mirip serbuk 'assoy' alias narkoba.

Tapi tentu masalahnya ada di ukuran makanan yang duh Gusti, meni baradag enjum. Beli nasi putih yang mirip nasi uduk seharga 7 riyal, jumlahnya luar biasa. Bisa untuk 4-5x makan. Dimakan berdua dengan teman sekamar pun enggak habis, akhirnya sisanya terpaksa dibuang setelah 2 hari.

Beli sejenis semur daging, diberi 2 lembar roti yang ukurannya juga over size. Sagede-gede telebug sigana mah...

Pernah sesaat setelah tiba di Mekkah, oleh tim Khidmat travel jamaah diberi sajian ayam Albaik. Buset, itu satu kotak Albaik, kayaknya cukup buat 3 orang.

Ada 3 potong ayam, 1 besar banget segede kepalan tangan Mike Tyson, yang dua lagi seukuran ayam krispi di Indonesia. Sajian itu baru habis setelah 3x makan. Itupun sebagian dibuang karena goreng ayam yang sudah dingin rasanya tidak sip.

Heran dengan porsi makanan yang oversize seperti motor Mio balap 200 cc, ternyata menurut ustad pendamping jamaah, orang Arab pun sering kali tak bisa habiskan makanan.

"Mereka (orang Arab) juga gak bisa habiskan porsi nasi sebanyak itu. Kebanyakan sisanya berakhir di tempat sampah."

Tapi berbeda dengan roti, roti pasti akan selalu dimakan habis karena berkaitan dengan masa lalu. Di mana konon nenek moyang mereka pernah mengalami kesulitan mendapat makanan hingga harus mengais remah-remah roti untuk makan.

Ricky N. Sastramihardja

Semula ditulis di akun pribadi di Facebook 29 Maret 2025

Tidak ada komentar: