Indonesia sebagai negara federasi pernah digagas M. Hatta dkk saat rapat PPKI. Juga oleh Amien Rais. Jadi tidak hanya oleh Belanda.
Rabu, Juni 19, 2024
NKRI HARGA MATI HANYA SLOGAN BASI!
Indonesia sebagai negara federasi pernah digagas M. Hatta dkk saat rapat PPKI. Juga oleh Amien Rais. Jadi tidak hanya oleh Belanda.
Senin, Juni 03, 2024
BELAJARLAH DARI 2014 & 2015 WAHAI STAKEHOLDERS!
Pawai kemenangan Real Madrid C.F. yang tertata rapi menyambut gelar juara La Liga dan UCL.
Seharusnya Pawai Kemenangan PERSIB Bandung bisa seperti ini BILA para stakeholders dan organizer mau bekerja lebih keras, lebih cerdas. Jalur disterilisasi, meminimalisir kemacetan. kantung-kantong parkir disiapkan jauh dari episentrum kegiatan, dan petugas berseragam dikerahkan lebih optimal.
Pengalaman 2014 (Juara Liga) dan 2015 (Juara Turnamen Piala Presiden) sama sekali tidak dipakai. Ujungnya sebagian masyarakat ada yang merasa terganggu dengan keceriaan seperti ini. Padahal seharusnya menjadi pesta bersama warga kota.
Bila kemudian cuma menyalahkan Bobotoh atau warga yang hadir, harusnya berkaca lah. Masyarakat itu bisa diatur kok, mereka juga ingin kenyamanan dan keamanan.
Ricky N. Sastramihardja
(37-61-) 86-90-94-95-14-24
🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆
⭐️⭐️⭐️
Minggu, Juni 02, 2024
Sebuah Catatan Santai Di Akhir Pekan Tentang Euforia Persib Juara
Sabtu kemarin (1 Juni 2024) ikut merayakan kemenangan Persib dengan berjalan kaki dari rumah jalan kaki sampai Gedong Sate. Sengaja enggak bawa kendaraan, karena tahu bakal ada kemacetan parah dari siang hingga malam hari.
Sepanjang jalan menikmati setiap momen yang tertangkap indera. Mulai para penjual bendera dan atribut yang marema, keceriaan warga, hingga anak-anak muda yang ugal-ugalan di jalan, serta kelakukan-kelakuan random Bobotoh.
Sepanjang yang saya tahu, tak ada kota atau provinsi lain di Indonesia yang begitu mengkultuskan klub sepak bolanya selain di Bandung Raya dan berbagai kota di Jawa Barat. Bahkan nobar pun dilakukan di masjid dan mushola, yang tak pernah dilakukan untuk mendukung timnas.
===
Pesta sejatinya dimulai sejak hasil imbang lawan Bali United di Bali. Setiap selesai pertandingan berbagai kelompok Bobotoh rajin 'rolling' merayakannya di jalanan kota Bandung.
Tentu saja, aktivitas itu pasti mengganggu aktivitas warga yang lain. Tapi tak ada yang bisa meredam euforia. Berbagai larangan dan himbauan disampaikan, tapi who cares? Persib memang 'membutakan' mata. Candu.
Puncaknya saat resmi meraih gelar juara Liga Indonesia untuk ke-3 kalinya. Sejak Jumat malam, kantong-kantong massa tumpah ke jalan. Mereka turun ke jalan untuk merayakan kegembiraan, berbagi energi positif, melupakan kepenatan hidup.
Tak ada isu besar yang bisa membuat masyarakat Bandung Raya berkumpul di jalan selain Persib. Dalam ingatan saya, sejak pertama kali ikut merayakan kemenangan Persib di tahun 1986, ya hanya Persib yang bisa memobilisasi massa dengan sukarela, dengan suka cita.
===
Mari kita rayakan kemenangan. Abaikan isu-isu minor yang ada, enggak usah diperdebatkan. Bila harus ada yang dikritik, saya lebih memilih mengkritisi buruknya crowded management saat acara puncak digelar.
Tak terlihat ada petugas kepolisian yang cukup di sekitar panggung utama di Gedong Sate. Tak terlihat ada paramedis, atau petugas damkar. Sound sistem yang buruk dan tidak mengakomodir massa dalam jumlah fantastis di sayap kiri dan kanan panggung utama, Bila terjadi 'sesuatu yang tidak diinginkan', pasti akan sulit untuk melakukan mitigasi dan evakuasi.
Sedangkan yang perlu diapresiasi semisal adanya live streaming melalui PersibTV, big screen di kiri kanan yang membuat konsentrasi massa terbagi tidak hanya ke panggung utama, serta massa yang umumnya berlaku tertib dan santun walau tak ada petugas keamanan di sekitar.
Mari kita nikmati dan rayakan kemenangan PERSIB Bandung .
Ricky N. Sastramihardja
(37-61-) 86-90-94-95-14-24
🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆
⭐️⭐️⭐️
Jumat, Mei 10, 2024
MELACAK JEJAK LAUTAN DI KAWASAN BABAKAN JAWA MAJALENGKA
Perjalanan kemarin (Kamis, 9 Mei 2024) adalah mengunjungi Curug Cimeong yang berada di kawasan Gunung Balay Babakan Jawa, Majalengka.
Curug Cimeong yang mengalir di Sungai Citawuan dan kemudian bersatu dengan Sungai Cilutung ini menyimpan banyak informasi geologi yang menarik.
Salah satunya adalah terdapat beberapa burrow atau trace fossil. Yakni jejak binatang laut (sejenis cacing laut) yang terdokumentasikan di permukaan bebatuan yang berserakan sepanjang jalan setapak menuju curug. Jasadnya sudah hancur dan lenyap namun bentuk tubuhnya terekam menjadi burrow.
Temuan ini memperkuat teori bila kawasan Majalengka dengan ketinggian sekitar 100-200 m dpl, di masa jutaan tahun silam sebelumnya adalah berupa lautan. Di beberapa tempat juga terdapat beberapa bongkah batu kapur. Di mana batu kapur ini di masa jutaan tahun silam adalah terumbu karang.
Singkapan batuan di sekitar curug juga menarik, terdapat lapisan batuan sedimen dengan posisi nyaris vertikal. Di mana semula bebatuan ini posisinya adalah horisontal (mendatar). Namun pergerakan energi di kerak bumi membuat bebatuan ini nyaris berdiri tegak.
***
Di wilayah ini juga tersimpan cerita rakyat menarik yang merupakan varian dongeng sasakala Sangkuriang.
Menurut Abah Eda, aktivis Gurmala Majalengka, Sangkuriang konon akan membuat danau di kawasan ini. Ia lalu berusaha untuk membendung Sungai Cilutung untuk mewujudkan permintaan Dayang Sumbi.
Namun Dayang Sumbi tidak tinggal diam, ia berusaha menggagalkan usaha Sangkuriang itu.
Dari kisah itu lahirlah nama Gunung Ajug, yang menurut kisah itu merupakan jelmaan dari ajug atau pelita atau lampu damar, yang kemudian dipadamkan oleh Dayang Sumbi.
Nama Gunung Balay juga diambil dari susunan batu yang disiapkan Sangkuriang untuk ngabalay, membendung sungai dengan tumpukan batu.
Ricky N. Sastramihardja
Selasa, Maret 19, 2024
WASPADA PENIPUAN MENGGUNAKAN AI VOICE CHANGER!
Salah satu trik yang dipakai penipu, adalah memakai foto profil orang yang kita kenal untuk nomor baru. Jadi bila ada seseorang yang kita kenal mau urusan muamalah (baca: minjam uang) pakai nomor baru tanpa konfirmasi sebelumnya, abaikan saja.
Penipu juga sekarang menggunakan teknologi artificial intelligence atau AI voice changer untuk meyakinkan korbannya. AI Voice changer ini mampu meniru dan menduplikasi suara seseorang dengan menggunakan sampel suara dari video, voice recording, atau voice note.
Setelah suara seseorang itu dianggap mirip aslinya, maka secara real time digunakan untuk menelpon, biasanya via VOIP (Voice Over Internet Protocol) seperti yang diterapkan aplikasi Whatsapp.
FYI, aplikasi VOIP Whatsapp sudah bisa digunakan via komputer (laptop/desktop) atau langsung dari ponsel (Android/iOS). Jadi pelaku dengan mudah meniru suara karena terhubung langsung dengan penyedia jasa layanan AI Voice Changer yang secara simultan memanipulasi suara menjadi suara orang yang dikenal korban.
Saran saya untuk urusan bisnis via gawai, sebisanya gunakan video call. Mungpung teknologi deep fake video masih belum sempurna.
Dua, jangan mudah percaya dengan nomor baru orang yang kita kenal. Bila ada dalam satu circle, bisa dikonfirmasi ke rekan yang lain kebenarannya.
Tiga, jangan menerima panggilan telepon atau merespon pesan (WA, Telegram, Michat, dll) dari nomor yang tidak kenali sebelumnya.
Menurut pakar IT, Bang Agung SP para penipu berusaha mencuri sampel suara kita melalui rekaman telepon. Baik itu berpura-pura sebagai sales, marketing, atau apapun.
Empat, gunakan aplikasi Get Contact atau True Caller (atau keduanya) untuk memantau nomor yang menelpon kita. Dua aplikasi itu powerful untuk menyaring dan mengidentifikasi nomor-nomor telepon yang biasa dipakai SPAM atau SCAM.
Dari seluruh saran: tetap WASPADA dengan penipuan macam apapun. Penipu selalu berusaha memancing belas kasihan kita, menghiba agar kita percaya. Terutama yang bermodus 'manawi aya saratus', mama minta pulsa, atau ditangkap polisi.
Ricky N. Sastramihardja
Rabu, Desember 27, 2023
PERSIB DAN TAHUN LAHIR
Bagi saya, para peneliti sejarah Persib pimpinan Prof. Kunto dari FIB Unpad tidak salah. Justru membuka benang merah bagaimana sejarah sepak bola di Bandung berdasarkan catatan sejarah sejaman di masa itu (rekaman media massa/koran).
Permasalahan kemudian adalah bagaimana kemudian user penelitian itu, dalam hal ini, PT. PBB mengambil hasil rekomendasi yang disampaikan para peneliti.
Dalam executive summary yang saya dapatkan, para peneliti memberi 5 rekomendasi waktu, yakni:
1. 11 Juli 1914
2. 5 Januari 1919
3. 19 Mei 1923
4. 22 Oktober 1928
5. 18 Maret 1934
Tidak ada satu pun catatan sejarah yang merujuk pada tanggal 14 Maret 1933.
PT. PBB pun sebagai user nampaknya mengambil rekomendasi kedua, yakni 5 Januari 1919. Asumsi PT PBB memilih rekomendasi itu adalah Persib dianggap sebagai pendiri PSSI pada 11 April 1930.
"Logikanya, kata Kunto, sebagai salah satu pendiri PSSI, Persib seharusnya lahir terlebih dulu dari yang dilahirkannya.
Kunto juga menjelaskan, di antara lima titimangsa (asal usul) yang ditemukan oleh tim peneliti, tanggal 5 Januari 1919 merupakan hasil interpretasi yang paling logis karena didukung oleh fakta sejarah yang kuat (primer). " (Bola. com 18 Desember 2023).
Namun executive summary juga memberi catatan bila pada 5 Januari 1919 itu adalah pembentukan BIVB atau Bandung Inlandsch Voetbal Bond, bukan Persib.
Justru pada rekomendasi ke-5, 18 Maret 1934 lebih masuk akal, karena disebutkan pada pemberitaan di Sipatahoenan dengan judul "BIVB+NIVB = PERSIB."
Hal ini juga pernah disampaikan Atep Kurnia, penulis buku "Maenbal: Sejarah Sepak Bola Bandung (2022)" sebagai berikut:
"Saya pikir, dengan adanya fakta-fakta dari kedua tulisan dalam Sipatahoenan edisi 19 Maret 1934 di atas, tanggal 14 Maret 1933 sebagai titimangsa hari ulang tahun (HUT) Persib yang selama ini diperingati mesti digugurkan dan diganti dengan 18 Maret 1934. Karena jelas, untuk 14 Maret 1933 tidak ada bukti yang memperkuatnya, sementara untuk tanggal 18 Maret 1934 takkan terbantahkan lagi faktanya.
Hal lainnya, di balik fusi tersebut ada jasa besar Hoesijn Kartasasmita dari NVB yang sebelumnya punya inisiatif untuk menyatukan dua bond sepak bola di Bandung yang hubungannya “putus-sambung” antara 1932 hingga 1933. Meskipun yang akhirnya terpilih sebagai ketua Persib pertama adalah Anwar (St. Pamoentjak) dari PSIB dan Hoesijn sebagai wakil ketua," tulis Atep seperti dimuat di AyoBandung.com 29 Agustus 2022.
Sedangkan Anggalarang, admin @historyofpersib di X, dalam buku elektroniknya "BOEKOE POETIH, PELURUSAN SEJARAH PERSIB BANDUNG" (2023) menulis bila nama Persib akhirnya memang benar-benar mulai digunakan, seperti yang ditulis dalam pemberitaan Sipatahoenan di tanggal 16 April 1934.
"Karena ketidakpastian ini, maka saya hanya menulis angka tahun 1934 sebagai lahirnya Persib. Jika ada yang mengatakan 18 Maret, boleh-boleh saja. Begitu juga dengan tanggal 25 Maret atau awal April, walaupun belum ditemukan buktinya. Yang pasti bukan tanggal 14 Maret 1933," tulis Anggalarang.
Jadi, jelas 5 Januari 1919 seperti yang diambil PT PBB dari rekomendasi penelitian itu, menurut saya, terlalu jauh. Terlalu memaksakan diri agar cocok dengan logika 'pendiri PSSI'. Walau demikian, tentu saja, seperti halnya sifat sejarah yang cair, yang selalu mengundang diskusi dan interpretasi, apapun hasil riset ini patut diapresiasi.
Karena memang seharusnya seperti itu di mana manajemen klub juga berperan aktif menyusuri jejak sejarah klubnya. Karena baru kali ini PT. PBB meminta 'fatwa' dari tim peneliti Sejarah dengan reputasi yang tidak diragukan dan teruji.
Bila kemudian menjadi isu liar seperti dualisme Persib atau apapun, tentu saja tetap menarik untuk diikuti. Karena jangan sampai hasil penelitian ini malah menimbulkan semangat dualisme kepemilikan Persib.
Dan mari kita tunggu hasil diskusi selanjutnya. Apakah akan ada perubahan lagi, mengingat Teddy Tjahjono terlalu gegabah mengambil hasil rekomendasi. Tetapi yang jelas, bukan 14 Maret 1933
Karena menurut Anggalarang, 14 Maret 1933 tidak memiliki landasan resmi. "Satu-satunya keterangan yang menyebutkan bahwa Persib lahir di 14 Maret 1933 adalah berdasarkan keterangan R. Ibrahim Iskandar di “Pasang Surut 40 Tahun Persib” yang dirilis tahun 1973 atau 2 tahun sebelum beliau meninggal dunia."
"Sebenarnya catatan yang lebih tua mengenai “teori 1933” tertulis di koran Preangerbode tanggal 24 Juli 1953, masih dari informasi Ibrahim Iskandar, hanya saja dalam artikel tersebut hanya menyebutkan tahunnya saja tanpa tanggal dan bulan."
Ricky N. Sastramihardja
27122023
Selasa, Desember 12, 2023
🔻ACTION CAM, 'SENJATA' BERBAHAYA MUJAHIDIN PALESTINA🔻
Action cam, menjadi salah satu 'senjata' para Mujahidin di Gaza, Palestina. Action cam yang beratnya tidak lebih dari 100 gr (termasuk housing waterproof/underwater), menjadi alat rekam aksi-aksi para mujahidin.
Bila biasanya kita menyaksikan para atlet 'extreme game' menggunakan action cam untuk merekam aksi akrobatik ekstrim di atas skateboard, BMX, MTB, trail, base jumper, dll. Tapi di penghujung 2023 aksi yang direkam lebih ekstrim: meledakkan tank.
Kelebihannya selain ringan, action cam ini memiliki banyak aksesoris yang bisa digunakan. Mulai body strap, chest strap, head strap, hingga underwater housing. Action cam ini bisa dipasang di banyak tempat, termasuk dipasang di drone, dijadikan dash cam mobil, atau dipasang di stang motor.
Lensanya yang super wide hingga mencakup 170° membuat cakupan pandang yang super luas walau mengorbankan garis-garis lurus menjadi cembung atau cekung, atau melengkung.
Dilihat dari kualitas gambar dan warna, action cam yang dipakai para mujahidin nampaknya dari berbagai merk. Mulai yang kelas murah buatan Cina hingga sekelas Go Pro yang sejak awal mempopulerkan kamera ini.
Selain menggunakan action cam, tentu saja sebagian gambar direkam menggunakan ponsel. Kamera ponsel umumnya dipakai untuk merekam aksi dalam sudut pandang orang ke tiga (3rd person), sedangkan action cam umumnya dipakai untuk merekam aksi dari sudut pandang orang pertama (1st person). Dalam berbagai rekaman yang disebar, setiap aksi setidaknya direkam dua kamera: action cam dan kamera ponsel/kamera biasa.
Yang menarik adalah membayangkan saat para mujahidin 'setor gambar' ke komandannya masing-masing dengan menggunakan SD/TF card. Mesin propaganda yang tak kalah penting adalah para video editor. Bagaimana mereka mengambil data dari setiap mujahidin, menyimpannya, mengeditnya, dan lalu mengunggahnya kepada publik melalui media sosial.
Bila dilihat dari hasil editingnya, besar kemungkinan editing dilakukan menggunakan laptop. Terutama untuk mengimbuhkan tanda segitiga merah yang menjadi ciri khas Mujahidin dan membuat sorotan/highlight sasaran yang akan dihantam oleh RPG 7 berpeluru roket Al Yaasin 105.
Propaganda para mujahidin ini tentu saja sangat berhasil untuk menarik simpati dunia. Menunjukkan pada dunia keberanian mereka di medan tempur hanya bersenjatakan artileri ringan melawan artileri berat seperti tank merkava, APC, dan lain sebagainya.
Sebagai catatan, action cam atau helmet cam mulai lazim digunakan oleh militer di seluruh dunia. Tentu dengan tujuan bermacam-macam, tidak sekedar merekam. Mungkin ada juga yang digunakan untuk streaming dari combatan di medan tempur sebagai pengganti mata bagi para jendral di markas besar saat mengatur strategi.
Action cam ini juga membuka mata dunia, betapa cerdasnya para petinggi militer mujahidin dalam mengatur taktik. Rekaman yang disebar juga dipastikan membuat tentara Isarel ketar-ketir. Bayangkan zero distance combat alias point blank, bertempur dengan jarak super dekat alias nol meter.
Mujahidin Gaza dengan berani meledakkan sebuah tank canggih, Merkava III/ IV, tanpa terdeteksi oleh sensor-sensor canggih dan kamera 360 yang merupakan bagian penginderaan tank.
Di Gaza, action cam sudah mencapai titik level aksi paling ekstrem yang bisa kita lihat. Lupakan action cam yang dipasang di motor/mobil Travis Pastrana, atau dashboard mobilnya Fitra Eri atau Ridwan HR. Action cam di tangan mujahidin Gaza, adalah senjata mematikan yang menghancurkan mesin propaganda jutaan dolar Israel: hasbara.
Ricky N. Sastramihardja
Senin, Desember 11, 2023
NUSIYA MULYA, RAJA PAJAJARAN TERAHIR
Selasa, September 19, 2023
Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis)
Kuntul Kerbau (cattle egret, Bubulcus ibis) yang masih dapat dijumpai di pesawahan di Kota Bandung.
Dengan semakin menyempitnya lahan persawahan di Kota Bandung, kemunculan kuntul kerbau (atau kuntul sawah?) ini sebetulnya menjadi atraksi alam yang menarik yang bisa disaksikan warga kota.
Tidak ada yang tahu sampai kapan mereka (sawah dan ekosistemnya ) akan bertahan di Kota Bandung. Sementara pemilik sawah juga tampaknya sudah ingin menjual lahan sawahnya untuk dikonversi menjadi pemukiman, pabrik, atau entah apa lagi.
Foto ini saya ambil tadi pagi di pesawahan sekitar Jalan Rumah Sakit - Cinambo Ujung Berung (19/9/2023).
Berdasarkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (2017), kuntul kerbau termasuk satwa dilindungi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ketetapan tersebut diatur lebih lanjut dalam lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Ricky N. Sastramihardja
Jumat, September 08, 2023
Ary Juliyant: Lagu dan Pertunjukan Yang Tak Pernah Sama, Walau Serupa
Suatu waktu di pertemuan pertama dengan Ary Juliyant di pentasnya setahun silam di Gedung Putih Taman Pramuka (25 September 2022). Tour gerilya-nya yang ke-12 dengan tajuk "Bunyi, Rupa, dan Semesta" ini membawa penyanyi yang bermukim di Mataram Lombok NTB itu kembali ke Bandung diantaranya untuk adalah membawakan dua lagu yang paling populer: "Giri Sancang Sendiri" dan "Overhang" dari album Gairsh Boys yang rilis secara indie di tahun 90an.
Sedikit asing rasanya, pada saat itu, mendengar lagu yang pertama kali saya dengar sering di-cover Abah Donny sambil gitaran di Kampus Sastra 30 tahun lalu silam atau saat berkemah di Oray Tapa. Sedikit lain.
Begitu saya mencoba mencari lagu tersebut di Youtube, juga Spotify, tambah merasa aneh: dua lagu tersebut tidak pernah dibawakan dengan cara yang sama.
Pengalaman ini berlanjut pula dari beberapa pertunjukan ke pertunjukan Ary Juliyant di Bandung yang berhasil saya dokumentasikan hingga tadi malam, Kamis 7 September 2023.
***
Dari beberapa lagu lawas yang pernah saya dengarkan: "Giri Sancang Sendiri, Overhang, Pernah Ada Sang Braga Stone", hingga anthem "Blues Kumaha Aing" yang ikonik dan menjadi semacam lagu wajib yang mengajak audiens untuk sing a long, tidak pernah sama dari pertunjukan ke pertunjukan, dari tur ke tur, dari panggung ke panggung.
Juga beberapa lagu baru yang diujidengar pada penggemar di Layar.an Cafe dan IjiSociopetal Space: "Kerontang Malang Melintang" dan "Puncak Tak Bergeming". Dari dua pertunjukan yang digelar malam dan hari berbeda, dua lagu tersebut dibawakan dengan cara yang tidak sama, berbeda.
Suatu waktu pernah saya berbincang dengan Ary di sore hari sambil menikmati gorengan. "Kang mengapa setiap pertunjukan selalu berbeda? Bahkan saya merasa 'aneh' dengan lagu Giri Sancang Sendiri dan Overhang, karena berbeda dengan yang saya dengar melalui versi Abah Donny?"
Ary Juliyant tidak menjawab dengan tegas, namun ia menyebut bila setiap lagu memiliki cara untuk disampaikan ke pendengar. Diimprovisasi dan disesuaikan dengan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya saat itu.
"Giri Sancang Sendiri dan Overhang versi Abah Donny ya itu hasil interpretasi Abah. Saya juga memberikan interpretasi ulang terhadap (lagu-lagu saya) di setiap pertunjukkan." Demikian kurang lebih penjelasan Ary dalam perbincangan santai sore itu di sela hujan bulan November 2022 silam.
Dengan demikian memang menjadi menarik bila mengapresiasi karya Ary Juliyant adalah bukan hanya mendengar versi rekaman -live record atau studio- yang beredar via kaset atau vesi digital (Youtube, Spotify, atau platform lain). Tetapi juga dengan menyaksikan pertunjukkannya secara langsung.
***
Ary yang seringkali tampil solo perform, memainkan berbgai alat musik yang dibawanya. Gitar, banjo, harmonika, tamborin, bahkan irish flute. Kolaborasinya dengan musisi lain, Abah Donny, Ammy Kurniawan, atau bahkan dengan rekan-rekannya di Gairsh Boys (Trihadi dan Jim Moniung) seringkali berlangsung spontan.
Para musisi yang menjadi rekan bermainnya di panggung seringkali tidak tahu akan membawakan lagu apa. Bahkan beberapa diantaranya yang baru mereka dengar saat di panggung. Improvisasi, kata itu memang layak disematkan di setiap pertunjukkan Ary Juliyant, menjadi ciri khas yang penuh elemen kejutan, tidak hanya bagi musisi yang menemaninya bermain, juga para pendengarnya.
Apalagi salah satu kelebihan lain dari sisi musikalitas adalah seringnya Ary menggunakan teknik 'scatting' seperti yang sering dilakukan George Benson atau Mus Mujiono. Dalam definisi Wikipedia, scatting yang berasal dari musik Jazz adalah improvisasi vokal dengan 'vocable' tanpa kata, suku kata omong kosong atau tanpa kata-kata sama sekali.
Dalam scatting singing, penyanyi berimprovisasi menjadi melodi dan ritme menggunakan suara sebagai instrumen musik. Berbeda dari vokal, yang menggunakan lirik yang dapat dikenali yang dinyanyikan untuk solo instrumental yang sudah ada sebelumnya.
Seingat saya tidak banyak musisi Indonesia yang menggunakan teknik scatting singing ini, apalagi dalam live perform mereka. Hanya dua yang bisa saya sebut: Mus Mujiono dan Ary Juliyant. Mungkin masih ada yang lainnya yang saya tidak tahu.
Seorang Ferry Curtis yang juga musisi, yang tadi malam berkesempatan hadir di pertunjukan Ary Juliyant yang masih bersinggungan dengan tur terbaru Troubadour's Trail 2023, menulis di akun instagramnya:
"Pertunjukan semalam keren, gradasi pertunjukannya terasa sekali.Masing-masing penampil menyajikan karya yang berbeda, mereka mewakili karya sesuai dengan jaman, cara pandang, lingkungan perkawanan di mana mereka hidup dan dilahirkan. Cara bagaimana mereka mengungkapkan isi dan gagasan, pemanggungan, dan gaya penyampaian pun semuanya menjadi khas dari masing-masing penyaji".
Ferry menuntaskan dengan pujiannya pada Ary sebagai sesi pertunjukan yang tanpa sekat. "Suasana tambah malam terus tambah hidup, guyub, atraktif, komunikatif, akrab disertai guyonan antara penyaji dan penonton tanpa sekat."
Ciri khas, ya cara Ary berimprovisasi dengan karya-karyanya, cara berkolaborasi dengan rekan-rekan musisi, juga dengan audiensnya adalah hal yang unik disamping karya-karyanya itu sendiri. Makanya menjadi penting untuk menyaksikan pertunjukan Ary Juliyant secara langsung/live adalah karena setiap pertunjukan, tidak pernah sama. Selalu unik, bahkan selalu ada hal yang baru di karya-karya lamanya.
Hal ini tentu sulit dilakukan pada pertunjukan musik populer yang diinisiasi industri rekaman dan industri pertunjukkan yang komersial. Di mana ada standarisasi bermusik, partitur, repertoar, jadwal dan playlist yang harus disajikan. Yang setiap lagunya harus dibawakan mendekati versi rekaman dan minim improvisasi.
Pertunjukan Ary Juliyant yang hangat dan tentu saja selalu menarik untuk ditunggu dari pertunjukan ke pertunjukkan karena selalu ada element of suprise-nya.
Ricky N. Sastramihardja
09092023
Selasa, Juli 25, 2023
SHIFTING CUSTOMER SEGMENTATION SIB?
Apa yang sedang dilakukan Persib Bandung per hari ini di akhir Juli 2023 adalah shifting customer segmentation alias mengganti pelanggan.
Itu bentuk kecurigaan saya dari semenjak sebelum Liga 1 2023 bergulir yang semakin hari semakin menemui kebenarannya.
Asumsi saya, bila Persib mempunyai pelanggan (baca: bobotoh) yang santun dan tidak fanatik sebanyak 9 juta orang, buat apa 800.000 bobotoh fanatik yang malah 'katanya' merugikan tim?
Data 9,8 juta bobotoh itu saya ambil dari jumlah followers Persib di Facebook per hari ini yang mencapai 9,8 juta orang followers. Daripada ngurus 800 ribu Bobotoh yang 'riweuh', bikin Persib didenda Komdis, berantem, nyundut flare, ngechant uwa-e##, dan unjang-anjing di stadion, mending 9 juta yang nurut, balageur, walau enggak pernah ke stadion.
Ke depannya, Persib seperti akan menyingkirkan komunitas-komunitas Bobotoh yang loyal dan fanatik, 'konsumen' yang jatuh cinta banget sama Persib tapi lebih sering dikecewakan (dan mengecewakan).
Percaya atau tidak, terbukti atau tidak, tapi gejalanya terlihat jelas. Apalagi ketidakhadiran komunitas di stadion juga seolah tidak dipedulikan oleh Persib. Walau anggota komunitas ini berani membayar mahal tiket yang dulu seringkali jatuh ke calo, Persib lebih memilih segmen bobotoh baru (sebut saja Fansib), yang bisa diatur, dengan memberikan banyak diskon dan kemudahan seperti di screen capture tertera.
Buat saya, diskon dan tiket gratis ini lebih seperti ke penghinaan terhadap bobotoh yang fanatik daripada solusi mencari bobotoh segmen baru. Buktinya? di pertandingan kandang kemarin, jumlah penonton hanya 6489 orang saja padahal tiket sudah digratiskan, didiskon, dibagikan pada ibu-ibu pengajian, RW hingga partai....
Kitu meureun nya Koh @teddy.tjahjono ? #Persib #Bobotoh #LoveHateRelationShip #Fansib
Ricky N. Sastramihardja
Rabu, Juli 12, 2023
30 TAHUN VPC DI ANTARA LOVE HATE RELATIONSHIP
Bagi banyak urang Sunda yang merantau hingga ke luar pulau, bahkan ke luar negeri, Viking Persib Club tidak sekedar komunitas bobotoh pecinta Persib Bandung. Lebih dari itu, VPC adalah pemersatu, penghimpun, tempat berbagi, silaturahmi.
Bahkan tidak hanya bagi urang Sunda saja. Tapi siapapun pecinta Persib Bandung yang mengembara ke luar Tatar Sunda.
Bila kemudian ada friksi antara VPC dengan manajemen PT. PBB sebagai pengelola Persib, itu adalah bagian dari relasi cinta dan benci. Suatu hal yang alamiah bila semakin dekat maka semakin sering terjadi friksi.
Namun framing jahat yang kemudian 'naplok' di antara kritik keras VPC kepada PT. PBB adalah stadion menjadi tidak aman bagi keluarga karena ada komunitas Bobotoh (VPC, Bomber, The Bombs, Ultras, dll). Juga framing jahat yang menyebut komunitas itu tidak pernah membeli tiket.
Framing-framing itu disebar melalui komentar di instagram atau facebook atau reply-an di Twitter. Yang lebih menyakitkan, beberapa diantaranya malah berharap VPC bubar. "Biar diganti oleh komunitas yang lebih baik," demikian kira-kira komentar yang saya baca di sebuah postingan di IG.
====
Padahal, sepengetahuan saya, tidak ada organisasi yang bisa menyatukan urang Sunda di perantauan sehebat VPC. Memang ada paguyuban-paguyuban warga Sunda yang lebih general, tetapi Viking lebih terdengar suaranya.
Saya melihat keseruan Viking Batam yang dikomandani Pak Nopianto Ok dan Pak Yanhard Rjp dkk yang begitu solid. Saya yakin tidak semuanya urang Sunda, tetapi saya yakin banyak urang Sunda, setidaknya mereka yang lahir besar di Tatar Sunda dan kemudian mengembara ke Batam bergabung di Viking Batam.
Di Bontang saya disambut hangat kang Fajar Kharisma dkk, urang Ciamis yang sudah menjadi orang Bontang. Di Balikpapan ada kang Deden Arif Kurniawan dkk, walau selama saya di Balikpapan belum pernah jumpa (baheula can aya medsos tea).
Belum lagi di luar negeri: Jepang, UAE, Saudi Arabia, dll, urang-urang Sunda yang mengembara menghalau stigma urang Sunda itu 'malas' dan enggan mengembara.
Di Palembang, urang Sunda yang jegud menampung ribuan anggota Viking, Bomber saat final ISL 2014. Juga berkat bantuan Viking Palembang dan Sumbagsel serta sekitarnya.
Saat mengelola dua media pepersiban (suarabobotoh.com/maenbal.com, dan Bobotoh.id di 2013-2020), saya bertemu dan mendapat banyak cerita urang Sunda di perantauan yang sangat terwakili dengan kehadiran Viking di wilayah tinggalnya.
====
VPC menjadi representasi organisasi masyarakat Sunda yang ada di perantauan. Bahkan di Jakarta, Viking Jakarta bahkan menjadi yayasan yang aktif menjalim silaturahmi warga Sunda di wilayah yang dulunya menjadi bagian dari kerajaan Sunda - Galuh/Pajajaran.
Memang anggota VPC itu hanya sekitar 200.000 orang atau hanya sepersekian persen dari kurleb 11 juta Bobotoh (data dari followers Persib di FB) atau 6,7 juta Bobotoh di IG. Tapi jangan ditanya soal militansi. Kang Aip Bornkill mungkin bisa cerita banyak soal berhari-hari di perjalanan darat dan laut menuju Medan untuk mendukung Persib saat dijamu PSMS.
Jadi, stop framing jahat yang menunggangi love hate relation ship VPC dengan manajemen PT. PBB. Bukan kali ini saja kok VPC mengkritik Persib. Maneh we nu belegug jeung kurang loba ulin.
Selamat milangkala ka-30 VPC 17 Juli 1993-17 Juli 2023.
Keep roaring hard in the terraces!
Ricky N. Sastramihardja
Kamis, Maret 30, 2023
CURRENT CIRCUMSTANCES-NYA FIFA
Bagaimana bisa FIFA mempercayakan event besarnya pada Indonesia yang tidak becus mengelola keamanan sebuah gelaran sepak bola?
Selepas tragedi Kanjuruhan bulan Oktober 2022 silam, tidak ada perbaikan sistem keamanan secara menyeluruh dan komprehensif. Malah banyak terjadi pertandingan usiran dan tanpa penonton.
Padahal sebagai bentuk transformasi yang disyaratkan FIFA, menurut hemat saya pertandingan liga lokal bisa digunakan sebagai sarana simulasi keamanan jelang Pildun U-20.
Soal respons Indonesia terhadap Israel, sepertinya juga sudah FIFA perkirakan. Karena Israel lolos kualifikasi bulan Juni 2022 silam. FIFA, jelas berstandar ganda, kita tahu itu.
Bila kemudian penolakan terhadap Israel baru meriah di dua bulan jelang pelaksanaan, anggap saja itu sebagai serangan di menit akhir pertandingan. Kegolan di menit-menit injury time pasti bikin nyesek dan enggak setiap pihak bisa menerima dengan lapang dada.
Penolakan tidak hanya dilakukan netizen dan aktivis ANTI ISRAEL saja, tetapi oleh ormas, dan partai politik dengan alasan berpedoman pada konstitusi. Lagi-lagi dalam opini saya, bergabungnya mereka (ormas, parpol, tokoh masyarakat) bagaikan super sub yang mengubah permainan di menit-menit akhir dan banyak menciptakan peluang berbahaya di depan gawang.
Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, adalah pertamakalinya sepanjang sejarah. Itu adalah gol menit akhir pertandingan yang tak sempat dibalaskan saat wasit meniup peluit panjang tanda permainan usai.
Itulah 'current circumstances' yang disiratkan dalam press release FIFA 29 Maret 2023 yang menyatakan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Pildun U-20.
Bila sudah seperti ini, mari kita adukan saja pada angin. Angin yang sama seperti angin yang divonis oleh hakim PN Surabaya sebagai pelaku pembunuhan 135 nyawa di Stadion Kanjuruhan Malang.
Ricky N. Sastramihardja
Selasa, Maret 28, 2023
TOLAK TIMNAS ISRAEL!
Masih soal Pildun U-20 yang konon terancam batal digelar di Indonesia.
🐵Belain bangsa lain (🇵🇸) sampai tega ngorbanin anak bangsa (🇮🇩)!
🧔♂️ Lah kamu juga kan belain 🇮🇱?
🐒 Banyak bacot Lu, tolol. Jangan campurkan politik dengan sepak bola!
🧔♂️ Eh kutil 🐷, FIFA juga campurin sepakbola sama kaum 🏳️🌈 😂
🐷 Jangan cuma kritik kasih solusi dong bgsd!
🧔♂️ Boa edan, ada orang-orang yang dapet duit dari bola, mereka dong yang kasih solusi. Masa minta solusi ke netizen? 🤣
Disclaimer:
Di Indonesia seperti ini realitasnya, solusi gratis diharapkan datang dari pengkritik bukan dari mereka yang wajib cari solusi dan dapat upah dari situ.
Padahal solusinya FIFA tinggal lakukan sanksi bagi 🇮🇱, seperti yang mereka lakukan pada Russia di Pildun 2022.
Bagi Indonesia menolak kehadiran 🇮🇱 adalah sesuai dengan amanah UUD 45, sesuai konstitusi negara yang harusnya dihormati FIFA.
Qatar yang menolak kehadiran kaum 🏳️🌈 dan simbol-simbolnya sebagai perwujudan konstitusinya, tidak disanksi FIFA. Bahkan perhelatan Pildun 2022 jadi perhelatan terbaik sepanjang masa.
Rumor lain:
Kemungkinan semua venue belum sesuai standar FIFA hingga target waktu yang ditentukan. Hingga ada pihak-pihak yang memanfaatkan penolakan terhadap timnas 🇮🇱 untuk menutupi kebobrokannya.
Bila Indonesia di-banned, apakah akan rugi? Seharusnya tidak rugi-rugi amat karena liga lokal masih bisa berjalan dengan sistem sendiri.
Tak ada pemain asing, jadi bisa memaksimalkan potensi pemain lokal dan menyiapkan sistem yang lebih baik, yang melahirkan pemain-pemain unggulan saat sanksi FIFA selesai.
Enggak perlu cari pemain naturalisasi yang biasanya lebih sering merepotkan dan merugikan mereka sendiri.
Enggak perlu repot dengan pertandingan Internasional. Toh di Piala AFF yang sebetulnya turnamen kelas Tarkam se-Asia Tenggara aja, paling bagus kita cuma dapat runner up.
#TolakTimnasIsrael 🇵🇸🇮🇩
Ricky N. Sastramihardja
Jumat, Maret 17, 2023
PERSIB TIDAK LAHIR DI TAHUN 1933, TAPI TAHUN...
PERNYATAAN SIKAP ALIANSI PECINTA ALAM JAWA BARAT
Kami Aliansi Pecinta Alam Jawa Barat Menyatakan Sikap:
1. Mengecam segala bentuk pelanggaran kawasan hutan lindung di Jawa Barat dan Indonesia.
2. Mengecam seluruh aktivitas pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan di Kawasan Rancaupas dan sekitarnya
3. Mendesak Perhutani untuk melarang seluruh aktivitas offroad di hutan lindung di Jawa Barat
4. Mendesak dan menuntut pertanggungjawaban panitia, pengelola, dan para pihak terkait kerusakan di Rancaupas, untuk segera melakukan rehabilitasi.
5. Mendesak Aparat Penegak Hukum melakukan Tindakan hukum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan sikap Aliansi Pencinta Alam Jawa Barat, dengan ini kami menuntut segera sikap resmi dari Perhutani terkait tuntutan di atas, dalam waktu 2x 24 jam.
Bandung, 9 Maret 2023
Aliansi Pencinta Alam Jawa Barat.
SELAMATKAN RANCA UPAS!
Leuweung Tengah Ranca Upas, Desember 2011. |
Salah satu spot terbaik di kawasan yang kini rusak akibat salah kelola. Sulit membayangkan kondisinya per hari ini setelah beberapa hari lalu (5 Maret 2023) digilas oleh ratusan bahkan mungkin ribuan motor trail.
Hutan hening yang kaya unsur hara, yang selalu basah, lembab dan dingin ini adalah tempat belajar bagi siapapun yang ingin mewariskan lingkungan yang baik pada generasi mendatang.
Salah satu hutan dengan rawa-rawa yang langka di ketinggian > 1700 mdpl yang kaya keanekaragaman hayati.
Setelah rusak ekosistemnya dan konon katanya akan direhabilitasi, tapi tampaknya akan makan waktu belasan hingga puluhan tahun untuk kembali ke kondisi alami seperti sebelum digilas kuda-kuda besi.
Masih ingat saat itu, saya sempat berdebat kecil dengan seorang senior yang keukeuh membawa motor trailnya ke dalam hutan. Ybs tidak menerima alasan saya melarangnya berkendara ke dalam hutan. Sama seperti saya yang tidak menerima alasannya untuk memasukan motornya ke area camp pendidikan.
Setelah belasan tahun, saya semakin yakin apa yang saya lakukan adalah tindakan yang benar. Karena pelanggaran besar kemarin yang berakibat kerusakan fatal, biasanya dimulai oleh pelanggaran kecil yang awalnya dianggap sepele.
Selamatkan Ranca Upas dan Kawasan Lindung di Jawa Barat.
Cagar Alam Harga Mati.
Ricky N. Sastramihardja
💙💛
📸 Wawan Wau
Minggu, Februari 05, 2023
GUNUNG PADANG ADALAH PIRAMIDA KUNO DARI PERADABAN YANG HILANG. AH MASA?
Wacana Gunung Padang adalah piramida tersembunyi kembali menarik perhatian netizen Indonesia. Salah satunya dipantik oleh tayangan "Ancient Apocalypse" yang tayang di Netflix, di mana seorang jurnalis bule, Graham Hancock, merilis tayangan-tayangan spekulasi tentang peradaban manusia yang hilang.
Bagi teman-teman yang baru saja menyimak wacana ini, jangan dulu terkagum-kagum, serta berharap banyak asumsi itu benar adanya. Karena wacana itu sebetulnya sudah lama sekali beredar di masyarakat.
Saya pertama kali mendengar asumsi bila Gunung Padang=piramid, sejak awal 90-an di ruang diskusi terbatas. Kemudian di awal 2000-an, wacana tersebut kembali menggeliat di masyarakat yang baru saja melek internet. Terutama setelah Kaskus dan Facebook menjadi keseharian netizen.
Tidak hanya Gunung Padang di Cianjur yang menjadi 'tersangka'. Gunung Sadahurip, Garut dan Gunung Lalakon, Soreang juga sempat dituduh sebagai persembunyian piramid yang konon sudah ada sejak 25.000 tahun sebelum masehi.
Bayangkan, 25.000 tahun! Padahal peradaban Sumeria yang dianggap peradaban tertua saja, baru mulai 4000 tahun SM. Peradaban Sumeria memenuhi kriteria disebut peradaban karena secara umum sebuah budaya harus mencapai beberapa keunggulan, terutama urbanisme yang meliputi kota, irigasi, dan tulisan. Dari kriteria itu, peradaban Bangsa Sumeria telah memenuhinya.
Nah balik lagi ke Gunung Padang (juga Sadahurip, dan Lalakon), apalah benar ada peradaban maju 25.000 tahun lalu di Tatar Sunda hingga bisa membangun sebuah piramida yang lebih tua dari Piramida Giza yang diperkirakan berumur 4.500 tahun lalu?
Piramida Giza sendiri konon dibangun oleh lebih dari 20.000 orang. Temuan arkelogis misalnya, menyebut banyak artefak dan ekofak di sekitar Giza sebagai bukti di situ pernah ada sekelompok besar manusia hidup dan tinggal di saat membangun piramida tertua tersebut.
Apakah ada arfefak dan ekofak ditemukan pula di sekitar Gunung Padang? Sejauh ini belum ada satu pun bukti yang berhasil diungkap ke publik untuk memperkuat asumsi dan interpretasi tersebut.
Spekulasi-spekulasi yang berkembang pun kemudian dimanfaatkan sekelompok orang untuk pemurtadan dan melecehkan agama Islam. Apalagi sekelompok orang yang bernaung di sebuah kelompok, sebut saja TS, yang dulu wara-wiri di Kaskus atau Facebook. Intinya, mereka mengagung-agungkan 'leluhur' Nusantara sebagai bangsa yang maju dan hebat dan menganggap kemunduran Nusantara adalah karena masuknya peradaban Islam.
Kelompok ini pula, yang sepengetahuan saya dari berbagai diskusi selama ini, menolak fakta sejarah Islamisasi Sunda yang masif di tahun 1500-an setelah Kerajaan Sunda Galuh/Pajajaran membubarkan diri. Di mana tidak bisa dipungkiri, suka atau tidak suka, kekuasaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung, merupakan salah satu tolok ukur Islamisasi masyarakat Sunda.
Padahal, semasa Pajajaran berdiri pun kerajaan bercorak Islam sudah hidup berdampingan, yakni Kerajaan Sumedang Larang.
Kembali menyoal asumsi Gunung Padang sebagai piramida, tentu saja tanpa harus menjadi skeptis, kita tunggu hasil penelitiannya dirilis ke publik. Walau memang tampaknya asumsi dan spekulasi yang berkembang pun sudah menjadi bola liar karena ada banyak pihak yang kemudian mengklaim asumsi itu sebagai kebenaran.
Kalau saya sih merasa aneh saja dengan motif 'karuhun' membangun piramida di Tatar Sunda. Ngapain? Rek naon? Di wilayah yang bergunung-gunung kok membangun piramida. Karena bila melihat di Mesir, Piramida terletak di wilayah dataran rendah, dataran yang cenderung rata sehingga kemunculan piramida boleh lah diinterpretasikan sebagai keinginan manusia pada saat itu untuk mendekati tuhan atau dewa-dewa dalam keyakinannya.
Di kita kan sudah banyak gunung? Ngapain bangun piramid? Yang ada dan menjadi fakta adalah 'karuhun' atau nenek moyang Sunda, membangun makam di puncak-puncak gunung alih-alih membangun piramida. Contohnya saja makam di Puncak Gunung Geulis, Jatinangor dan Gunung Manglayang. Lebih ralistis dan ekonomis.
Tetapi memang tidak dapat dipungkiri bila situs Gunung Padang adalah situs megalitikum di mana pada masa lalu dijadikan tempat ibadah karuhun Sunda. Di mana batu-batu yang terletak di sana besar kemungkinan dibawa dan diletakkan di sana untuk keperluan peribadatan, namun batu-batuan itu murni merupakan bebatuan hasil proses alamiah.
Ricky N. Sastramihardja
📷 Slide dari diskusi di Museum Geologi 3 Februari 2012
Selasa, September 13, 2022
PAHITNYA SEJARAH KOPI HARUS BERGANTI
Deungkleung, déngdék
Buah kopi raranggeuyan
Ingkeun anu déwék,
Ulah pati diheureuyan
Sejarah kopi di awal masuknya ke Tatar Sunda di jaman Cultuure Steelsel (tanam paksa) di tahun 1830-an meninggalkan duka sejarah yang mendalam.
Kopi Priangan, yang dikenal sebagai Java Coffee, laku keras di pasar dunia. Mengalahkan kopi Mokha dari Yaman. Keuntungan besar diraup Kerajaan Belanda, tapi kesengsaraan mendalam dialami masyarakat Priangan, terutama di wilayah Cianjur.
"Dari tanam paksa, Kerajaan Belanda bisa meraup untung hingga 832 juta gulden (setara dengan USD 75,5 miliar hari ini)," ujar sejarawan Peter Carey, seperti dirilis Merdeka.com 7 Juli 2022.
M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menyebut disebut keuntungan sistem tanam paksa menjadikan perekonomian dalam negeri Belanda kembali stabil: utang-utang luar negeri Belanda terlunasi, pajak-pajak diturunkan, kubu-kubu pertahanan dibangun, terusan-terusan diciptakan, dan jalan-jalan kereta api negara dibangun.
"Hal yang sebaliknya terjadi pada masyarakat Jawa yang diperas: penyakit dan kelaparan bertambah merajalela dan kaum miskin melonjak tinggi jumlahnya di desa-desa Jawa)," ungkapnya.
Jawa yang dimaksud Ricklefs adalah Priangan. Tatar Sunda. Di mana kemudian lahir gerakan Politik Balas Budi yang diinisiasi Douwes Dekker atau Multatuli.
Kini, semenjak 2008 masyarakat terutama di pegunungan di sekitar Bandung Raya, kembali menanam kopi. Umumnya masih jenis kopi Arabica Java Preanger, kopi yang ditanam nenek moyang dulu.
Dari wilayah Layangsari (Manglayang - Palintang - Palasari, Bandung Timur) entah berapa ratus ton buah kopi basah (ceri) yang bisa dikumpulkan pengepul dari petani kopi di wilayah itu saja.
Belum dari tempat lain di wilayah Bandung Selatan.
Semoga 'booming' kopi kembali terjadi seperti di abad ke-18 namun membuat petani dan siapapun yang berada di lingkaran industri kopi, makmur dan sejahtera.
Bila di abad ke-18 kopi bisa membuat kerajaan Belanda kaya raya, insya Alloh di abad ke-21 ini bisa membuat warga Tatar Sunda kaya raya.
Ricky N. Sastramihardja
Jumat, Agustus 26, 2022
DI BANDUNG ITU RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....
Musim 2012. Persib dikalahkan Persiba di Stadion Siliwangi. Bobotoh memberikan standing ovation untuk kedua tim yang memang bermain bagus.
Pemain Persiba dan Persib keluar stadion dengan kepala tegak. Peter Butler, pelatih Persiba merasakan apresiasi dan atmosfir luar biasa.
Musim 2013, Persita Tangerang menjamu Persib di Stadion Siliwangi. Persita bermain buruk, persis seperti Bali Utd di GW 6 Liga 1 kemarin: Loba gogoleran.
Hasil imbang, Persita masih beruntung bisa keluar dengan utuh dari Stadion Siliwangi yang dipenuhi Bobotoh.
Kim Jeffrey Kurniawan, bermain buruk saat Persib dilatih Dejan Antonic. Dibully di medsos, bahkan saat latihan.
Tapi saat Kim Jeffrey gagal membobol gawang Borneo FC di babak knock out Piala Presiden 2017, Bobotoh di stadion mendukung Kim. Membesarkan hatinya dan tetap mendukungnya. Tak ada bully-an atau cacian.
Bila sepakbola itu ekspresi hati, maka mendukung tim kesayangan langsung di stadion adalah ekspresi paling jujur dari hati yang paling dalam.
Tanpa harus menjadi pembenaran atas kesalahan, marilah saling memahami dan tidak menghakimi. Percayalah, mendukung tim kesayangan di tribun stadion akan sangat berbeda dengan di depan TV.
Babaledogan emang salah, nyundut flare juga salah berdasar regulasi. Tapi menghakimi mereka dengan jari di medsos malah mengundang pipaseaeun.
Kalau mau nyaram, cobalah langsung caram di stadion... langsung di depan pelakunya.
RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....
📷 Persita vs Persib, Stadion Siliwangi ISL 2013.
Sabtu, Agustus 20, 2022
500 TAHUN PADRAO SURAWISESA
LEAP OF FAITH
Ternyata menjadi spectator bisa lebih tertekan dibanding sang actor. Sebuah pelukan menjadi pelepas ketegangan sekaligus apresiasi paling jujur, paling spontan, serta kebahagiaan tak terhingga.
Teringat tulisan di baju kaos Sonudemos hari itu: Merdeka harus merdesa.
Sejatinya, kemerdekaan adalah leap of faith. Lompatan kepercayaan. Seperti halnya seorang base jumper yang melompat dari ketinggian tebing dengan bermodalkan kepercayaan diri yang kuat (dan tentunya skill serta peralatan yang layak).
Kemerdekaan adalah leap of faith. Tapi menuju merdesa, adalah jalan panjang yang masih harus dilakukan dan diperjuangkan sepanjang usia. Setelah merdeka kita harus menjadi pelaku, menjadi actor, bukan sekedar spectator. Agar kemerdekaan bisa kita nikmati dengan kemerdesaan.
Merdeka Indonesiaku. Jayalah bangsaku.
#HUTRI77 #DirgahayuIndonesia #BerkibarlahMerahPutihku
Ricky N. Sastramihardja
Rabu, Juni 22, 2022
EVALUASI ATAU ADA YANG MATI LAGI!
Pertandingan Persib vs Persija di ISL 2013 (3 Maret 2013) adalah pertandingan dengan service terbaik dari Panpel Persib. Pertandingan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat itu sungguh nyaman dan aman padahal partai big match.
Screening dilakukan dalam beberapa lapis hingga hanya penonton yang mempunyai tiket bisa duduk di kursi sesuai nomor kursi. Ya, saat itu SJH baru saja dipasangi kursi dengan nomor duduk.
Stadion pun tidak sepenuh biasanya dalam arti tidak semua kursi terisi. Masih ada beberapa kursi kosong di setiap tribun, termasuk di tribun timur. Ini akibat screening berlapis yang dilakukan aparat hingga tiba di ring 1 hanya bobotoh bertiket saja yang bisa masuk area SJH.
Tetapi kenyamanan itu hanya itu saja, hanya sekali itu saja. Lanjut ke pertandingan berikutnya, saat tiba di tribun saya mendapati kursi saya sudah diduduki orang lain.
Ketika saya meminta orang itu untuk pindah, ringan saja dia menjawab. "Da saur bapa anu berseragam oge bebas calik mah di mana wae," tuturnya.
Saat ditanya soal tiket, ia tidak bisa menunjukkannya. Padahal ia datang bersama 4 atau 5 orang keluarganya.
Hingga terakhir saya ke stadion untuk menyaksikan Persib vs Sriwijaya FC di Liga 1 2017 di stadion GBLA, tidak pernah ada lagi tiket dengan nomor kursi. Pemilik tiket harus adu cepat masuk ke tribun berebut dengan bobotoh tak bertiket yang masuk dengan cara menyuap petugas penjaga tiket.
Bila dihubungkan dengan kejadian kemarin dengan membludaknya Bobotoh di GBLA yang menelan korban jiwa, saya yakin kawan-kawan Bobotoh bisa menarik asumsi siapa yang salah, lalai, dan harus bertanggung jawab atas kejadian ini.
Tidak ada asap tanpa api. Tak ada supply bila tidak demand. Tidak akan ada yang menyuap bila tak ada yang bisa disuap. Penyuapan itu akan berhenti bila petugas menolak suap. Juga bila Bobotoh yang suka 'moncor' sadar diri.
Tetapi kesadaran itu tidak akan terwujud bila sistemnya tidak mendukung. Bobotoh yang menyuap akan sulit terjerat hukum berbeda dengan petugas yang mau disuap. Karena jumlahnya banyak dan tidak teridentifikasi. Akan berbeda dengan petugas pelaksana karena penempatan mereka di setiap gerbang pasti ada perintah dari atas dan ada catatan/log booknya. Siapa koordinator regunya, siapa saja yang bertugas, berapa orang aparat sipil, berapa orang aparat kepolisian/TNI.
Dengan kata lain, pelaksanaan sistem berdasar hukum itu adalah top down, dari atas ke bawah. Dari pucuk ke akar rumput, bukan sebaliknya.Akar rumput yang menongak ke atas akan lebih mudah dikondisikan bila pucuk memberi contoh dan teladan. Menerapkan punish and reward dengan adil dan fair. Petugas gerbang bukanlah penjual tiket tapi pemeriksa dan penyobek tiket.
Saya jadi teringat dengan cerita seorang kawan baru yang berasal dari luar kota Bandung di awal bulan Juni ini "Abdi mah Mang, ka Bandung ngahajakeun lalajo Persib najan teu boga tiket. Soalna nyaho cara ngakalanana, 100.000 teh bisa ku 10 urang asup."
Dengan kejadian meninggalnya dua bobotoh bertiket akibat berdesakan di stadion yang over capacity maka seyogyanya Panpel Persib segera melakukan evaluasi menyeluruh. Tidak hanya Panpel dari PT. PBB saja tetapi juga dari aparat-aparat negara yang diperbantukan dan memang berwenang untuk mengatur masalah keamanan dan kenyamanan.
Bila tidak dilakukan perbaikan sistem terutama mentalitas riswah, permasalahan ini akan kembali terulang. Bukan tidak mungkin akan lebih buruk lagi. Sedangkan berdasar UU Keolahragaan tahun 2022 pasal 54 ayat 4-5, Panpel berkewajiban menjaga keamanan dan kenyamanan para penonton olahraga (baca: suporter) yang memiliki tiket.
Masalah utama bukan pada Bobotoh tak bertiket, karena sejak jaman di Siliwangi pun Bobotoh yang tak bertiket sudah ada. Tidak semua berniat menjebol pintu, sebagian besar malah ingin bertemu rekan-rekannya, bersilaturahmi di luar stadion di saat pertandingan berlangsung.
Ricky N. Sastramihardja II
📷 Ricky, Twitter @oydnnx
Selasa, Juni 07, 2022
MARHABAN YA BAL-BALAN!
Walau sampai saat ini masih belum rilis harga dan kuota tiket, tapi pertandingan perdana 'tarkam' Piala Presiden 2022 antara PERSIB Bandung vs Bali United mengundang antusias Bobotoh.
Maklum, dua tahun tidak nyetadion menjadi kebutuhan tersediri bagi publik sepak bola Bandung. Tidak hanya bobotoh domestik yang berdomisili di Bandung Raya, pertandingan ini juga diincar bobotoh dari luar kota Bandung.
Berkaca dari pertandingan Timnas vs Banglasdesh, sepertinya tiket juga masih akan dijatah. Apalagi status aglomerasi Bandung Raya masih PPKM Level 1.
Semoga panpel pertandingan dan PT. PBB bisa mengelola distribusi tiket dengan baik. Jangan sampai jatuh ke tangan calo yang akan membuat rudet.
Karena pertandingan digelar di GBLA, tentu saja harus disosialisasikan juga ke warga sekitar. Jangan sampai ada akamsi yang minta jatah tiket hingga ribuan dengan dalih untuk warga padahal untuk dijual lagi.
Ini event olah raga profesional, penonton harus membeli tiket untuk membantu ekonomi klub dan pemain. Jangan jadi bobotoh yang doyan moncor. Penjaga gerbang tiket juga jangan mangpang-mungpung.
Terserah teknisnya bagaimana, mau tiket konvensional atau elektronik, hal itu tidak penting. Karena yang penting adalah manajemen di lapangan yang harus beres dan meminimalisir kebocoran agar bobotoh yang membeli tiket bisa menikmati haknya dengan layak.
Marhaban Ya Bal-balan!
Ricky N. Sastramihardja
Senin, Februari 14, 2022
DERBY MATCH, MAKNA KATA YANG MELUAS AKIBAT RIVALITAS
Semula pertandingan derbi pada sepak bola hanya berlaku untuk pertandingan tim sekota atau satu wilayah yang sama. Namun kadang mengalami perluasan makna, menjadi pertandingan antara dua tim dengan rivaltas yang kental.
Perluasan makna ini sepertinya akibat 'salah kaprah' media massa dalam memberi judul dalam berita/isi. Walhasil, tak dapat ditolak, istilah derbi kemudian meluas kemana-mana, bahkan pada klub yang tak memiliki akar sejarah rivalitas yang panjang.
Di Indonesia yang memungut istilah derbi dari bahasa Inggris, derby, ketidaktepatan penggunaan istilah ini sering digunakan. Entah karena kata derbi ini memiliki makna konotasi yang lebih luas, yang lebih menguras emosi para pendukung tim sepak bola. Atau mungkin karena ingin terlihat keren karena keinggris-inggrisan.
Misalnya saja ada yang menyebut derby Jatim untuk Persebaya vs Arema, atau Derby Indonesia untuk Persib vs Persija. Padahal bila dikembalikan ke arti kata sesuai kamus/leksikal, tentu saja istilah tersebut tidak tepat.
Bagaimana tidak, klub-klub itu tidak berada di kota yang sama. Juga tidak berada di satu wilayah yang sama, ada kota lain di antara kota-kota yang 'berselisih'. Sepanjang Surabaya - Malang, ada Sidoarjo dan Purwodadi. Dari Jakarta ke Bandung, ada Bogor dan Cianjur atau Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.
Lebih unik lagi menyebut derby Indonesia untuk pertandingan Persib vs Persija. Ini sudah sangat jauh dari kata semula, karena bila memakai istilah derbi Indonesia, maka semua pertandngan di Indonesia adalah derbi.
Satu-satunya alasan yang (dipaksa) masuk akal adalah karena adanya rivalitas panjang antara ke dua klub. Hingga akhirnya kata derbi mengalami perluasan makna, terutama dipakai oleh media-media.
Uniknya, misalnya, istilah derbi Indonesia ini tidak berlaku pada pertandingan Persib vs PSMS Medan. Padahal rivalitas kedua klub ini di masa perserikatan sangat kuat dibanding Persib vs Persija. Juga tidak berlaku pada pertandigan Persebaya vs PSIS. Derbi di Indonesia seolah hanya menjadi milik Persebaya vs Arema dengan istilah derby Jatim, serta Persib vs Persija dengan istilah derby Indonesia.
Bahkan pertandingan Persib vs PSKC Cimahi atau Persib vs Persikab Kabupaten Bandung juga jarang disebut derbi. Selain karena di keduanya jarang bertemu akibat berbeda kasta, juga karena memang tidak ada rivalitas antara kedua klub. Bobotoh pendukung Persib biasanya ya suporter PSKC juga atau suporter Persikab (Lulugu).
Mungkin, bila dikembalikan ke arti kata derbi secara leksikal, maka pertandingan antara Persija vs Persikabo 1973 seharusnya lebih layak disebut derbi, arena kedua klub tersebut ada di wilayah aglomerasi yang sama/bertetangga. Atau misalnya PSIM Yogyakarta vs Persis Solo, karena keduanya berada di wilayah yang sama/bertetangga, juga karena rivalitasnya yang kuat.
Bila merujuk ke makna leksikal, maka derbi di Liga 1 mendatang dipastikan akan terjadi antara Persita Tangerang vs Rans Cilegon FC yang sama-sama berada di wilayah Banten. Atau bila Rans FC jadi bermarkas di Jakarta Utara, maka Persija vs Rans FC yang layak disebut derbi, seperti halnya Persija vs Persitara Jakarta Utara. Itulah derbi yang sebenar-benarnya derbi.
Ricky N. Sastramihardja
📷 Derby PSKC Cimahi vs Persib Bandung di babak 128 besar Piala Indonesia 2019 di Stadion Wiradadaha, Tasikmalaya. Persib menang tipis 1-2.