Kamis, Februari 20, 2025

CERITA DARI PERTANDINGAN PERSIB DI PEKAN KE-23 LIGA 1 2024/2025


Pertandingan melawan Persija Jakarta selalu menyimpan banyak cerita. Pertandingan antara Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta memang usai dalam 2x45 menit. Tetapi ceritanya akan bertahan setidaknya hingga pertandingan berikutnya.

Seperti halnya pertandingan putaran ke-2 Liga 1 2024-2025 yang digelar di Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi, 16 Februari 2025 kemarin. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor imbang 2-2 (2-0) untuk kedua kesebelasan. Tambahan poin satu angka dari laga tandang membuat Persib semakin nyaman berada di puncak klasemen sementara hingga pekan ke-23. 

Sedangkan Persija Jakarta tertahan di posisi ke-4 setelah di pertandingan lain, Persebaya Surabaya menang tipis 1-0 (0-0) dari PSBS Biak. Sedangkan Dewa United yang di lima pekan sebelumnya meraih kemenangan, tumbang oleh Madura United yang berada di zona degradasi dengan 3-1 (2-0).

Sisa 11 pertandingan membuat Persib Bandung harus semakin bekerja keras dan berfikir cerdas bila ingin mempertahankan gelar juara liga. Badai cedera dipastikan harus dikelola dengan baik oleh coach Bojan Hodak. Dipastikan ia dan staf harus memutar otak untuk memilah dan memilih pemain-pemainnya yang akan akan tampil di 11 pertandingan berikutnya.

***

Lalu apa cerita di balik pertandingan panas Persija vs Persib? Tidak lain adalah adanya tindak kekerasan yang dilakukan 'Begalmania' Jakmania terhadap Bobotoh yang dikabarkan tertangkap menyusup ke dalam stadion. Penyusupan yang dilakukan Bobotoh ini sebetulnya tidak mengherankan karena Stadion Patriot yang digunakan Persija untuk menjamu Persib adalah salah satu kantong Bobotoh Persib di luar Bandung.

Bekasi adalah salah satu kota di Bodetabek yang memiliki jumlah Bobotoh yang banyak.Sehingga bila dikatakan sebagai penyusup rasanya kurang tepat. Sebab Bekasi adalah kota mereka, Stadion Patriot adalah stadion mereka. Menyusup di rumah sendiri akibat regulasi larangan suporter mendukung klub di pertandingan tandang. Apalagi pertandingan dengan tingat rivalitas suporter yang panas, di luar nurul dan di luar prediksi BMKG.

Selain tindak kekerasan di dalam stadion, tindak kekerasan juga terjadi di luar stadion. Sebut saja Asep Abdul Rohman (28 tahun) yang dikeroyok oleh pendukung Persija. Padahal saat itu lelaki asal Sukabumi itu sedang mencari nafkah dengan berjualan tahu Sumedang di sekitaran stadion. Selain menderita luka-luka, Asep juga kehilangan harta bendanya yang dirampok oleh pelaku pengeroyokan.

Hal ini menunjukan sikap rasis yang dilakuan para suporter Persija karena menyangkutpautkan dagangan kuliner khas etnis Sunda dengan dukungan terhadap klub sepak bola. Sudah menjadi rahasia umum bila pendukung Persija umumnya rasis terhadap urang Sunda yang memang hampir 100 % menjadi pendukung Persib Bandung.

Di Stasion Jatinegara, Iwan seorang lelaki paruh baya dikeroyok sejumlah supporter Persija karena ia mengenakan jersey Persib di hari pertandingan itu. Dalam video yang tersebar di media sosial, Iwan berlari menghindari kejaran Begalmania namun tak uruang tertangkap dan dikeroyok. Untung saja petugas keamanan di Stasion Jatinegara sigap melindungi pria berkebutuhan khusus tuna rungu dan tuna wicara itu hingga nyawanya terselamatkan.

Sungguh suatu perilaku yang tidak bisa ditolerir melakukan tindak kekerasan pada kaum disabilitas.

Cerita lainnya: Stadion Patriot Chandrabaga mengalami kerusakan di beberapa tempat. Sebagian pagar pembatas tribun yang rubuh, beberapa kursi stadion yang hilang dan rusak, juga sebagian pagar stadion yang roboh akibat berusaha diterobos oleh Begalmania yang tidak memiliki tiket masuk.

***

Kembali ke pertandingan, keberhasilan Persib Bandung menahan imbang Persija Jakarta dengan skor 2-2 menjadi pertandingan dengan tingkat ketegangan tersendiri bagi para Bobotoh. Betapa tidak, tertinggal 2-0 di babak pertama membuat perasaan menjadi tidak karuan. Apalagi dua gol yang tercipta oleh pemain Persija sepertinya terlalu mudah akibat para pemain Persib yang sepertinya kurang konsentrasi alias malaweung.

Namun gol Nick Kuipers di babak ke-2 membuat asa kembali mekar. Ditambah kemudian, David da Silva berhasil menyeimbangkan kedudukan menjadi 2-2. Skor imbang ini bertahan hingga wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Hasil ini menyesakkan Persija dan pendukungnya karena jelas mereka gagal menang setelah sempat unggul. Sedangkan bagi Persib dan para bobotoh, tidak jadi kalah dan malah menambah 1 angka membuat perasaan 'bungah' luar biasa.

Hasil imbang inilah yang membuat kerusuahan terjadi di stadion setelah pertandingan berakhir. Selain menyalakan flare, petasan, dan melempar botol, para Begalmania melukai pemain Persib, Tyronne del Pino . Tyronne terkena lemparan botol di pelipisnya saat hendak menuju ke lorong usai pertandingan.

Dari banyaknya kasus yang terjadi di dalam dan di luar stadion,  sudah seyogyanya Komdis PSSI memberikan sanksi setimpal bagi Persija. Baik itu sanksi denda, maupun sanksi lainnya. Sedangkan peristiwa di luar stadion berupa kerusuhan, pengeroyokan, pemalakan, hingga pencurian harus mendapat sanksi pidana dari aparat penegak hukum.

Jangan biarkan para pelaku kejahatan itu melenggang tanpa tersentuh hukum, karena dampaknya akan berlipat ganda di masa depan. Tanpa adanya efek jera, akan sulit mengontrol perilaku suporter. Apalagi bila sudah mengarah ke tindak kriminal.

Pertanyaanya adalah, apakah  Komsis PSSI berani untuk menjatuhkan sanksi bagi Persija? Juga apakah bisa aparat kepolisian menangkap pelaku pengeroyokan  dan kejahatan atas nama sepak bola yang sebetulnya adalah tindak pidana?

YTTA. Biasanya sih Persija selalu bisa berkelit dari hal-hal seperti ini. Seolah dilindungi, seolah kebal hukum. Pelanggaran-pelanggaran seperti ini yang akhirnya menambah durasi cerita setelah pertandingan sepak bola.

Ditambah masifnya propaganda yang dilakukan di medsos dan media massa oleh para suporternya untuk mengalihkan isu tindak kriminal yang sudah mereka lakukan. Belum lagi pembenaran-pembenaran atas tindak rasisme dan kekerasan, yang memang sudah terbiasa mereka lakukan.

Ricky N. Sastramihardja.

📷Simamaung

Tidak ada komentar: