1.30.2022

MUTIARA TERPENDAM DI KOTAK HARTA KARUN ABAH OBET

 

Pertandingan pekan ke-21 melawan (PS Tira) Persikabo 1973 menjadi pertandingan yang jangan sampai dilupakan. Bukan karena kemenangan, tetapi karena malam itu anak-anak Maung memperlihatkan determinasi yang luar biasa.

Daftar Susunan Pemain (DSP) yang janggal karena ada 4 kiper yang terdaftar akibat kekurangan pemain. Ada nama-nama pemain lapis dua dan pemain belia yang sebelumnya 'terlupakan' bila mereka ada, serta menghilangnya nama-nama pemain bintang yang tidak bisa bermain akibat terpapar virus korona.

Di DSP juga tidak tercantum nama-nama pemain depan. Dengan formasi 4-3-3, pelatih Robert Alberts nampaknya menerapkan strategi false nine.

Malam itu rasanya akan menjadi malam kekalahan dan malam paling memalukan untuk si pujaan hati, PERSIB Bandung. Semenjak diumumkan 9 pemain terpapar covid hingga DSP dirilis jelang pertandingan, Bobotoh merespon dengan muram dibalut pesimis.

Betapa tidak, dalam 20 pertandingan sebelumnya, dengan pemain-pemain inti Persib seolah kehilangan ruh-nya. Bermain pragmatis, menang, tapi tidak nyaman. Nyaris tanpa chemistry, para pemain seolah bermain hanya untuk dirinya sendiri.

Tetapi setelah pertandingan berjalan, 15 menit pertama memberikan perspektif lain. Para pemain terlihat ngotot, tidak mau didikte lawan. Walau bukan tanpa kesalahan, tetapi mereka tampak gigih dan penuh determinasi. Permainan lebih hidup, variatif dan menjanjikan.

Hingga akhirnya di menit ke-22 Kakang Rudianto, pemain debutan jebolan Akademi Persib yang membuat perbedaan. Sontekan di depan gawang membuat bola muntah yang terlepas dari pelukan kiper Persikabo 1973 membuat skor berubah menjadi 1-0.

Gol perdana untuk Kakang yang baru bergabung di putaran ke-2 menggantikan Indra Mustaffa. Juga gol yang menarik mengingat posisinya adalah pemain belakang/CB.

Gol tunggal ini bertahan hingga pertandingan babak pertama selesai. Kedua tim di babak pertama tidak bisa mengkonversi berbagai peluang menjadi gol.

Di babak ke-2, Persikabo 1973 tampak lebih menekan dan menguasai lapanagan. Tetapi anak-anak Maung tetap lugas dan menjaga keunggulan. Bahkan ada beberapa peluang sempat diciptakan walau tidak berhasil dikonversi menjadi gol.

Teja Paku Alam dan Henhen Herdiana dan para pemain belakang rasanya layak mendapat kredit tersendiri. Mereka bisa  mementahkan serangan-serangan berbahaya pemain Persikabo 1973. 

Khusus untuk Teja, seperti biasa ia bermain gemilang untuk menjaga keperawanan gawangnya. Ciro Alves dibuat bertekuk lutut tak berdaya padahal tendangan-tendangannya ke arah gawang sangat berbahaya dan sangat berpeluang menjadi gol.

Anak-anak Maung yang diisi pemain lapis ke-2 ini tampil dengan penuh semangat, sesuatu yang tak dominan terlihat di 20 pertandingan sebelumnya. 

Memang seharusnya begitu, karena rasanya bila Persib kalah malam itu, Bobotoh tetap akan mengapresiasi pertandingan yang menarik dan penuh determinasi. Seperti yang pernah terjadi saat Persib kalah 2-3 oleh Persiba Balikpapan di Liga Indonesia 2011 silam. 

Pertandingan pekan ke-21 ini seharusnya menjadi tolok ukur, menjadi standar benchmark untuk 13 pertandingan tersisa di Liga 1 2021/2022 bila Persib ingin bertahan di papan atas dan mengejar gelar juara. 

Bukan hal yang tidak mungkin. Tinggal bagaimana Abah Obet bisa membuat tim selalu dalam keadaan kondusif dan chemistry antar pemain terikat satu sama lain.

Tinggal bagaimana Abah Obet mengendalikan ego para pemain berlabel bintang agar bisa tunduk pada skemanya dan fokus pada tujuan utama olahraga: meraih kemenangan.

Sebagai pelatih kawakan seharusnya Abah Obet melakukan itu sejak pertandingan pekan pertama Liga 1. Bukan karena terpaksa oleh keadaan.

Saat tim dihajar pandemi dengan terpaparnya 9 pemain utama, ternyata memperlihatkan mutiara-mutiara terpendam yang selama ini luput dari perhatian. Dipaksa oleh keadaan dan kekurangan pemain, ternyata memaksa Abah Obet membuka ’peti harta karun’ yang sepertinya ia lupakan.

Sejatinya para local boys ini memang harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka pada publik. Karena mereka memang ternyata sangat mampu bersaing dengan pemain asing atau naturalisasi yang berlabel pemain bintang.

Proud of you Boys.

Ricky N. Sastramihardja

📷  Persib Bandung