3.17.2020

Bahaya Laten Setelah Covid-19...


Wabah membuka mata kita bila seharusnya Indonesia berdikari tidak mengandalkan impor bahan pangan dari luar negeri. Harusnya juga membuka mata bila negara kita adalah negara agraris, bukan industri, yang tentunya bisa memproduksi bahan pangan sendiri.

Puluhan tahun para cukong dan calo impor memaksa kita memamah bahan pangan impor. Mereka juga menekan petani lokal dengan menjual pangan impor dengan harga lebih rendah.

Sindikasinya menjual pupuk pada petani dengan harga tinggi. Mereka juga yang memaksa lumbung-lumbung padi berubah jadi pabrik. Memaksa para petani kehilangan lahan garapan dan menjadi budak di tanah airnya sendiri.

Indonesia akan kesulitan melakukan lockdown total karena tidak ada makanan yang cukup yang bisa dibagikan negara pada 200 juta rakyat Indonesia.

Bila jatah makan satu orang penduduk adalah per hari Rp.10.000, kalikan saja dengan 200 juta. Maka itulah biaya yang harus dikeluarkan negara yang mengagungkan slogan 'kerja-kerja-kerja' ini.

Dalam sebuah berita online tadi pagi (17/3/2020) disebut BULOG memiliki cadangan 1,6 juta ton beras. Apakah 1,6 juta ton beras itu cukup untuk menyumpal 200 juta mulut? Untuk berapa lama?

Impor pangan di saat wabah dipastikan akan sangat mahal, untuk menanami lahan yang ada perlu waktu berbulan bahkan bertahun.

Setelah Covid-19, Indonesia akan dirudung ancaman bahaya yang lain: kelaparan.

Sementara sumber daya dan kekayaan alam Indonesia konon  dikuasai hanya oleh 1% penduduk saja. Itupun belum tentu mereka mau mendonasikan sebagian asetnya bila wabah kelaparan menerpa.

Tentunya ke depannya, bila kita selamat dari wabah ini dan wabah lanjutan, berharap negara kembali ke UUD 1945 yang asli. Kembali ke pasal 33 ayat 3. Agar kita mandiri dan berdikari.

Tidak tergantung cukong. Tidak tergantung aseng. Tidak tergantung asing.

Bubarkan industri yang tidak perlu. Kembalilah bertani sebelum terlambat. Bagikan lahan-lahan pertanian yang dikuasai perseorangan/korporasi kepada negara untuk dikelola masyarakat bertani.

Stop impor bahan pangan. Ambil kekayaan berlebih para importir dan cukong, kembalikan pada negara untuk dikelola demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat semesta.

Tentu, bila harus memilih mati karena Covid-19 atau karena revolusi melawan penjajahan dan perbudakan, saya memilih yang ke-2...

Isy mun kariman auwmut syahidan