9.13.2022

PAHITNYA SEJARAH KOPI HARUS BERGANTI


Deungkleung, déngdék

Buah kopi raranggeuyan

Ingkeun anu déwék, 

Ulah pati diheureuyan


Sejarah kopi di awal masuknya ke Tatar Sunda di jaman Cultuure Steelsel (tanam paksa) di tahun 1830-an meninggalkan duka sejarah yang mendalam.


Kopi Priangan, yang dikenal sebagai Java Coffee, laku keras di pasar dunia. Mengalahkan kopi Mokha dari Yaman. Keuntungan besar diraup Kerajaan Belanda, tapi kesengsaraan mendalam dialami masyarakat Priangan, terutama di wilayah Cianjur.


"Dari tanam paksa, Kerajaan Belanda bisa meraup untung hingga 832 juta gulden (setara dengan USD 75,5 miliar hari ini)," ujar sejarawan Peter Carey, seperti dirilis Merdeka.com 7 Juli 2022.


M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menyebut  disebut keuntungan sistem tanam paksa menjadikan perekonomian dalam negeri Belanda kembali stabil: utang-utang luar negeri Belanda terlunasi, pajak-pajak diturunkan, kubu-kubu pertahanan dibangun, terusan-terusan diciptakan, dan jalan-jalan kereta api negara dibangun.


"Hal yang sebaliknya terjadi pada masyarakat Jawa yang diperas: penyakit dan kelaparan bertambah merajalela dan kaum miskin melonjak tinggi jumlahnya di desa-desa Jawa)," ungkapnya.


Jawa yang dimaksud Ricklefs adalah Priangan. Tatar Sunda. Di mana kemudian lahir gerakan Politik Balas Budi yang diinisiasi Douwes Dekker atau Multatuli.


Kini, semenjak 2008 masyarakat terutama di pegunungan di sekitar Bandung Raya, kembali menanam kopi. Umumnya masih jenis kopi Arabica Java Preanger, kopi yang ditanam nenek moyang dulu. 


Dari wilayah Layangsari (Manglayang - Palintang - Palasari, Bandung Timur) entah berapa ratus ton buah kopi basah (ceri)  yang bisa dikumpulkan pengepul dari  petani kopi di wilayah itu saja. 


Belum dari tempat lain di wilayah Bandung Selatan.


Semoga 'booming' kopi kembali terjadi seperti di abad ke-18 namun membuat petani dan siapapun yang berada di lingkaran industri kopi, makmur dan sejahtera.


Bila di abad ke-18 kopi bisa membuat kerajaan Belanda kaya raya, insya Alloh di abad ke-21 ini bisa membuat warga Tatar Sunda kaya raya.


Ricky N. Sastramihardja