9.13.2022

PAHITNYA SEJARAH KOPI HARUS BERGANTI


Deungkleung, déngdék

Buah kopi raranggeuyan

Ingkeun anu déwék, 

Ulah pati diheureuyan


Sejarah kopi di awal masuknya ke Tatar Sunda di jaman Cultuure Steelsel (tanam paksa) di tahun 1830-an meninggalkan duka sejarah yang mendalam.


Kopi Priangan, yang dikenal sebagai Java Coffee, laku keras di pasar dunia. Mengalahkan kopi Mokha dari Yaman. Keuntungan besar diraup Kerajaan Belanda, tapi kesengsaraan mendalam dialami masyarakat Priangan, terutama di wilayah Cianjur.


"Dari tanam paksa, Kerajaan Belanda bisa meraup untung hingga 832 juta gulden (setara dengan USD 75,5 miliar hari ini)," ujar sejarawan Peter Carey, seperti dirilis Merdeka.com 7 Juli 2022.


M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menyebut  disebut keuntungan sistem tanam paksa menjadikan perekonomian dalam negeri Belanda kembali stabil: utang-utang luar negeri Belanda terlunasi, pajak-pajak diturunkan, kubu-kubu pertahanan dibangun, terusan-terusan diciptakan, dan jalan-jalan kereta api negara dibangun.


"Hal yang sebaliknya terjadi pada masyarakat Jawa yang diperas: penyakit dan kelaparan bertambah merajalela dan kaum miskin melonjak tinggi jumlahnya di desa-desa Jawa)," ungkapnya.


Jawa yang dimaksud Ricklefs adalah Priangan. Tatar Sunda. Di mana kemudian lahir gerakan Politik Balas Budi yang diinisiasi Douwes Dekker atau Multatuli.


Kini, semenjak 2008 masyarakat terutama di pegunungan di sekitar Bandung Raya, kembali menanam kopi. Umumnya masih jenis kopi Arabica Java Preanger, kopi yang ditanam nenek moyang dulu. 


Dari wilayah Layangsari (Manglayang - Palintang - Palasari, Bandung Timur) entah berapa ratus ton buah kopi basah (ceri)  yang bisa dikumpulkan pengepul dari  petani kopi di wilayah itu saja. 


Belum dari tempat lain di wilayah Bandung Selatan.


Semoga 'booming' kopi kembali terjadi seperti di abad ke-18 namun membuat petani dan siapapun yang berada di lingkaran industri kopi, makmur dan sejahtera.


Bila di abad ke-18 kopi bisa membuat kerajaan Belanda kaya raya, insya Alloh di abad ke-21 ini bisa membuat warga Tatar Sunda kaya raya.


Ricky N. Sastramihardja

8.26.2022

DI BANDUNG ITU RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....


Musim 2012. Persib dikalahkan Persiba di Stadion Siliwangi. Bobotoh memberikan standing ovation untuk kedua tim yang memang bermain bagus.

Pemain Persiba dan Persib keluar stadion dengan kepala tegak. Peter Butler, pelatih Persiba merasakan apresiasi dan atmosfir luar biasa.

Musim 2013, Persita Tangerang menjamu Persib di Stadion Siliwangi. Persita bermain buruk, persis seperti Bali Utd di GW 6 Liga 1 kemarin: Loba gogoleran.

Hasil imbang, Persita masih beruntung bisa keluar dengan utuh dari Stadion Siliwangi yang dipenuhi Bobotoh. 

Kim Jeffrey Kurniawan, bermain buruk saat Persib dilatih Dejan Antonic. Dibully di medsos, bahkan saat latihan.

Tapi saat Kim Jeffrey gagal membobol gawang Borneo FC di babak knock out Piala Presiden 2017, Bobotoh di stadion mendukung Kim. Membesarkan hatinya dan tetap mendukungnya. Tak ada bully-an atau cacian. 

Bila sepakbola itu ekspresi hati, maka mendukung tim kesayangan langsung di stadion adalah ekspresi paling jujur dari hati yang paling dalam.

Tanpa harus menjadi pembenaran atas kesalahan, marilah saling memahami dan tidak menghakimi. Percayalah, mendukung tim kesayangan di tribun stadion akan sangat berbeda dengan di depan TV. 

Babaledogan emang salah, nyundut flare juga salah berdasar regulasi. Tapi menghakimi mereka dengan jari di medsos malah mengundang pipaseaeun.

Kalau mau nyaram, cobalah langsung caram di stadion... langsung di depan pelakunya.

RESPECT IS EARNED NOT GIVEN....

📷 Persita vs Persib, Stadion Siliwangi ISL 2013.

8.20.2022

500 TAHUN PADRAO SURAWISESA

 



PADRAO yang ditemukan di Jalan Cengkeh, Jakarta/Prinsen Straat adalah penanda perjanjian antara Portugis & Kerajaan Sunda Galuh. Gubernur Portugis di Malaka Jorge d’Albuquerque mengutus Henrique Leme untuk mengadakan hubungan dagang dengan Raja Sunda yang bergelar Samiam (Surawisesa?).

Perjanjian yang ditandatangani 21 Agustus 1522 itu antara lain: Portugis diizinkan untuk mendirikan kantor dagang berupa sebuah benteng di wilayah Kalapa dan di tempat tersebut didirikan batu peringatan (padrao) dalam Bahasa Portugis.

Perjanjian tersebut disetujui kerajaan Sunda, selain hubungan perdagangan, juga untuk mendapatkan bantuan Portugis menghadapi Kerajaan Islam Demak.  Namun perjanjian tersebut tidak terlaksana, karena pada tahun 1527 Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa. (Sumber: Museum Nasional).


Untuk mengetahui alasan perjanjian ini, harus dirunut dari Perjanjian Tordesillas antara Spanyol dan Portugis dalam rangka 'menggoyang' kekhalifahan Utsmani dengan membagi dunia dalam dua bagian: sebelah untuk Portugis, sebelah untuk Spanyol.

Setelah kejatuhan Konstantinopel ke kekuasaan Imperium Islam (Khalifah Utsmani), Bangsa Eropa salah satunya bangsa Spanyol dan Portugis melakukan penjelajahan samudera untuk mencari rempah-rempah. Diawali oleh Portugis pada tahun 1490-an, namun Portugis mulai mendapat saingan yaitu Spanyol.

Dengan melihat adanya persaingan pada tahun 1493 ketika itu bertindak. Campur tangan Pope Alexander VI tersebut karena kedua Kerajaan tersebut merupakan penganut Gereja Katolik yang setia.
Pope Alexander VI pada 3 Mei 1493 M mengeluarkan perintah bahwa menjadikan dunia kepada dua bagian yaitu milik kerajaan Sepanyol dan kerajaan Portugal.

LEAP OF FAITH



Ketika payung terbuka dengan suara keras memecah keheningan. Saat kaki Ceppy @bekajaya menjejak di tanah dengan selamat, Ame @svaracahya seolah meledak, seolah lepas dari himpitan beban.

Ternyata menjadi spectator bisa lebih tertekan dibanding sang actor. Sebuah pelukan menjadi pelepas ketegangan sekaligus apresiasi paling jujur, paling spontan, serta kebahagiaan tak terhingga.

Teringat tulisan di baju kaos @sonudemos hari itu: Merdeka harus merdesa.

Sejatinya, kemerdekaan adalah leap of faith. Lompatan kepercayaan.  Seperti halnya seorang base jumper yang melompat dari ketinggian tebing dengan bermodalkan kepercayaan diri yang kuat (dan tentunya skill serta peralatan yang layak).

Kemerdekaan adalah leap of faith. Tapi menuju merdesa, adalah jalan panjang yang masih harus dilakukan dan diperjuangkan sepanjang usia. Setelah merdeka kita harus menjadi pelaku, menjadi actor, bukan sekedar spectator. Agar kemerdekaan bisa kita nikmati dengan kemerdesaan.

Merdeka Indonesiaku. Jayalah bangsaku. 

#HUTRI77 #DirgahayuIndonesia #BerkibarlahMerahPutihku



6.22.2022

EVALUASI ATAU ADA YANG MATI LAGI!


Pertandingan Persib vs Persija di ISL 2013 (3 Maret 2013) adalah pertandingan dengan service terbaik dari Panpel Persib. Pertandingan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat itu sungguh nyaman dan aman padahal partai big match.

Screening dilakukan dalam beberapa lapis hingga hanya penonton yang mempunyai tiket bisa duduk di kursi sesuai nomor kursi. Ya, saat itu SJH baru saja dipasangi kursi dengan nomor duduk.

Stadion pun tidak sepenuh biasanya dalam arti tidak semua kursi terisi. Masih ada beberapa kursi kosong di setiap tribun, termasuk di tribun timur. Ini akibat screening berlapis yang dilakukan aparat hingga tiba di ring 1 hanya bobotoh bertiket saja yang bisa masuk area SJH.

Tetapi kenyamanan itu hanya itu saja, hanya sekali itu saja. Lanjut ke pertandingan berikutnya, saat tiba di tribun saya mendapati kursi saya sudah diduduki orang lain.

Ketika saya meminta orang itu untuk pindah, ringan saja dia menjawab. "Da saur bapa anu berseragam oge bebas calik mah di mana wae," tuturnya.

Saat ditanya soal tiket, ia tidak bisa menunjukkannya. Padahal ia datang bersama 4 atau 5 orang keluarganya.

Hingga terakhir saya ke stadion untuk menyaksikan Persib vs Sriwijaya FC di Liga 1 2017 di stadion GBLA, tidak pernah ada lagi tiket dengan nomor kursi. Pemilik tiket harus adu cepat masuk ke tribun berebut dengan bobotoh tak bertiket yang masuk dengan cara menyuap petugas penjaga tiket.

Bila dihubungkan dengan kejadian kemarin dengan membludaknya Bobotoh di GBLA yang menelan korban jiwa, saya yakin kawan-kawan Bobotoh bisa menarik asumsi siapa yang salah, lalai, dan harus bertanggung jawab atas kejadian ini.


Tidak ada asap tanpa api. Tak ada supply bila tidak demand. Tidak akan ada yang menyuap bila tak ada yang bisa disuap. Penyuapan itu akan berhenti bila petugas menolak suap. Juga bila Bobotoh yang suka 'moncor' sadar diri.

Tetapi kesadaran itu tidak akan terwujud bila sistemnya tidak mendukung. Bobotoh yang menyuap akan sulit terjerat hukum berbeda dengan petugas yang mau disuap. Karena jumlahnya banyak dan tidak teridentifikasi. Akan berbeda dengan petugas pelaksana karena penempatan mereka di setiap gerbang pasti ada perintah dari atas dan ada catatan/log booknya. Siapa koordinator regunya, siapa saja yang bertugas, berapa orang aparat sipil, berapa orang aparat kepolisian/TNI.

Dengan kata lain, pelaksanaan sistem berdasar hukum itu adalah top down, dari atas ke bawah. Dari pucuk ke akar rumput, bukan sebaliknya.Akar rumput yang menongak ke atas akan lebih mudah dikondisikan bila pucuk memberi contoh dan teladan. Menerapkan punish and reward dengan adil dan fair. Petugas gerbang bukanlah penjual tiket tapi pemeriksa dan penyobek tiket.

Saya jadi teringat dengan cerita seorang kawan baru yang berasal dari luar kota Bandung di awal bulan Juni ini "Abdi mah Mang, ka Bandung ngahajakeun lalajo Persib najan teu boga tiket. Soalna nyaho cara ngakalanana, 100.000 teh bisa ku 10 urang asup."

Dengan kejadian meninggalnya dua bobotoh bertiket akibat berdesakan di stadion yang over capacity maka seyogyanya Panpel Persib segera melakukan evaluasi menyeluruh. Tidak hanya Panpel dari PT. PBB saja tetapi juga dari aparat-aparat negara yang diperbantukan dan memang berwenang untuk mengatur masalah keamanan dan kenyamanan.

Bila tidak dilakukan perbaikan sistem terutama mentalitas riswah, permasalahan ini akan kembali terulang. Bukan tidak mungkin akan lebih buruk lagi. Sedangkan berdasar UU Keolahragaan tahun 2022 pasal 54 ayat 4-5, Panpel berkewajiban menjaga keamanan dan kenyamanan para penonton olahraga (baca: suporter) yang memiliki tiket.

Masalah utama bukan pada Bobotoh tak bertiket, karena sejak jaman di Siliwangi pun Bobotoh yang tak bertiket sudah ada. Tidak semua berniat menjebol pintu, sebagian besar malah ingin bertemu rekan-rekannya, bersilaturahmi di luar stadion di saat pertandingan berlangsung.

Ricky N. Sastramihardja II

📷 Ricky, Twitter @oydnnx

6.07.2022

MARHABAN YA BAL-BALAN!


Walau sampai saat ini masih belum rilis harga dan kuota tiket, tapi pertandingan perdana 'tarkam' Piala Presiden 2022 antara PERSIB Bandung vs Bali United mengundang antusias Bobotoh.

Maklum, dua tahun tidak nyetadion menjadi kebutuhan tersediri bagi publik sepak bola Bandung. Tidak hanya bobotoh domestik yang berdomisili di Bandung Raya, pertandingan ini juga diincar bobotoh dari luar kota Bandung.

Berkaca dari pertandingan Timnas vs Banglasdesh, sepertinya tiket juga masih akan dijatah. Apalagi status aglomerasi Bandung Raya masih PPKM Level 1.

Semoga panpel pertandingan dan PT. PBB bisa mengelola distribusi tiket dengan baik. Jangan sampai jatuh ke tangan calo yang akan membuat rudet.

Karena pertandingan digelar di GBLA, tentu saja harus disosialisasikan juga ke warga sekitar. Jangan sampai ada akamsi yang minta jatah tiket hingga ribuan dengan dalih untuk warga padahal untuk dijual lagi.

Ini event olah raga profesional, penonton harus membeli tiket untuk membantu ekonomi klub  dan pemain. Jangan jadi bobotoh yang doyan moncor. Penjaga gerbang tiket juga jangan mangpang-mungpung. 

Terserah teknisnya bagaimana, mau tiket konvensional atau elektronik, hal itu tidak penting. Karena yang penting adalah manajemen di lapangan yang harus beres dan meminimalisir kebocoran agar bobotoh yang membeli tiket bisa menikmati haknya dengan layak.

Marhaban Ya Bal-balan!


Ricky N. Sastramihardja

2.14.2022

DERBY MATCH, MAKNA KATA YANG MELUAS AKIBAT RIVALITAS


Semula pertandingan derbi pada sepak bola hanya berlaku untuk pertandingan tim sekota atau satu wilayah yang sama. Namun kadang mengalami perluasan makna, menjadi pertandingan antara dua tim dengan rivaltas yang kental. 

Perluasan makna ini sepertinya akibat 'salah kaprah' media massa dalam memberi judul dalam berita/isi. Walhasil, tak dapat ditolak, istilah derbi kemudian meluas kemana-mana, bahkan pada klub yang tak memiliki akar sejarah rivalitas yang panjang.

Di Indonesia yang memungut istilah derbi dari bahasa Inggris, derby, ketidaktepatan penggunaan istilah ini sering digunakan. Entah karena kata derbi ini memiliki makna konotasi yang lebih luas, yang lebih menguras emosi para pendukung tim sepak bola. Atau mungkin karena ingin terlihat keren karena keinggris-inggrisan.

Misalnya saja ada yang menyebut derby Jatim untuk Persebaya vs Arema, atau Derby Indonesia untuk Persib vs Persija. Padahal bila dikembalikan ke arti kata sesuai kamus/leksikal, tentu saja istilah tersebut tidak tepat.

Bagaimana tidak, klub-klub itu tidak berada di kota yang sama. Juga tidak berada di satu wilayah yang sama, ada kota lain di antara kota-kota yang 'berselisih'. Sepanjang Surabaya - Malang, ada Sidoarjo dan Purwodadi. Dari Jakarta ke Bandung, ada Bogor dan Cianjur atau Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.

Lebih unik lagi menyebut derby Indonesia untuk pertandingan Persib vs Persija. Ini sudah sangat jauh dari kata semula, karena bila memakai istilah derbi Indonesia, maka semua pertandngan di Indonesia adalah derbi.

Satu-satunya alasan yang (dipaksa) masuk akal adalah karena adanya rivalitas panjang antara ke dua klub. Hingga akhirnya kata derbi mengalami perluasan makna, terutama dipakai oleh media-media.

Uniknya, misalnya, istilah derbi Indonesia ini tidak berlaku pada pertandingan Persib vs PSMS Medan. Padahal rivalitas kedua klub ini di masa perserikatan sangat kuat dibanding Persib vs Persija. Juga tidak berlaku pada pertandigan Persebaya vs PSIS. Derbi di Indonesia seolah hanya menjadi milik Persebaya vs Arema dengan istilah derby Jatim, serta Persib vs Persija dengan istilah derby Indonesia.

Bahkan pertandingan Persib vs PSKC Cimahi atau Persib vs Persikab Kabupaten Bandung juga jarang disebut derbi. Selain karena di keduanya jarang bertemu akibat berbeda kasta, juga karena memang tidak ada rivalitas antara kedua klub. Bobotoh pendukung Persib biasanya ya suporter PSKC juga atau suporter Persikab (Lulugu).

Mungkin, bila dikembalikan ke arti kata derbi secara leksikal, maka pertandingan antara Persija vs Persikabo 1973 seharusnya lebih layak disebut derbi, arena kedua klub tersebut ada di wilayah aglomerasi yang sama/bertetangga. Atau misalnya PSIM Yogyakarta vs Persis Solo, karena keduanya berada di wilayah yang sama/bertetangga, juga karena rivalitasnya yang kuat.

Bila merujuk ke makna leksikal, maka derbi di Liga 1 mendatang dipastikan akan terjadi antara Persita Tangerang vs Rans Cilegon FC yang sama-sama berada di wilayah Banten. Atau bila Rans FC jadi bermarkas di Jakarta Utara, maka Persija vs Rans FC yang layak disebut derbi, seperti halnya Persija vs Persitara Jakarta Utara. Itulah derbi yang sebenar-benarnya derbi.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Derby PSKC Cimahi vs Persib Bandung di babak 128 besar Piala Indonesia 2019 di Stadion Wiradadaha, Tasikmalaya.  Persib menang tipis 1-2.




2.12.2022

JEJAK TERSEMBUNYI PASSOS DI PENAMPILAN CEMERLANG TEJA


Teja Paku Alam namanya. Semula kehadirannya disangsikan, maklum pemain kelahiran Painan, Sumatera Barat 28 tahun silam ini direkrut di awal 2020 dari tim yang terdegradasi ke Liga 2, Semen Padang.

Namun Teja sepertinya bisa membalikkan anggapan miring itu.  Dari 19x penampilannya bersama Persib di Liga 1 2021, Teja membuktikan bila ia menjadi rekrutan pemain terbaik Persib Bandung di era rezim Robert Alberts. 

Gawang Persib kebobolan 15x dalam 23 pertandingan dan memasukan 30 gol ke gawang lawan. Minimnya kebobolan Persib ini, selain kontribusi pemain belakang, dipastikan karena penampilan cemerlang Teja.

Berulang kali ia melakukan penyelamatan-penyelamatan penting, bahkan untuk bola-bola yang sulit. Akibatnya Ciro Alves, juru gedor Persikabo 1973, menangis di ujung pertandingan pekan ke-21. Semua tendangan mautnya yang indah, gagal bersarang ke gawang Teja.

Bahkan dari pertandingan pekan ke-24 tadi malam melawan PSS Sleman, Teja layak mendapatkan gelar Man of The Match (MoTM) setelah berulangkali melakukan penyelamatan dari serangan-serangan pemain Sleman. Walau kebobolan satu gol oleh eks rekan satu tim-nya, Wander Luiz, Teja berhasil menjaga kemenangan Persib hingga ujung pertandingan.

Ia juga berhasil menepis tendangan jarak jauh Ramdhani Lestaluhu, yang bila membuahkan hasil, akan mengubah hasil akhir karena terjadi di menit-menit akhir.

Teja menjadi kiper pertama yang meraih gelar pemain bulan Januari 2022 versi TSG/Technical Study Group. Biasanya TSG menganugerahkan gelar individual award pada penyerang atau gelandang. Namun kali ini berbeda, individual award diberikan kepada Teja yang bisa menahan sedikitnya 8 tendangan berbahaya pemain-pemain Persikabo 1973 di pekan ke-21.

Salah satu orang sukses dibalik penampilan cemerlang Teja adalah Gatot Prasetyo. Gatot ini adalah eks kiper Persib yang membawa Persib juara di Liga Indonesia I tahun 1994-1995 silam. Selain itu ada nama tersebunyi di balik jabatan ofisial Video Technical Analyst: Luizinho Passos 

Luizinho Passos ini pelatih kiper Borneo FC yang kemudian direkrut Persib Bandung di bulan September 2021 karena Gatot mengundurkan diri karena alasan pekerjaan (Gatot adalah seorang ASN).

Tangan dingin Passos bisa dilihat jejaknya di penampilan M. Ridho (Kiper Borneo FC/Madura United/Timnas Indonesia) dan Nadeo Argawinata (Kiper Bali United/Timnas Indonesia). Di laman Liga Indonesia Baru, disebutkan Passos adalah ofisial tim dengan tugas Video technical Analysis. Bukan pelatih kiper yang masih dipegang oleh Gatot.

Sedangkan di laman resmi Persib Bandung, Passos adalah pelatih kiper. Sedangkan nama Gatot tidak tercantum.

Berkat asuhan Passos, Teja menemukan potensi tersembunyinya. Tentu bukan tanpa kebobolan. Tercatat dari 19 penampilan ia baru kebobolan 9 gol.

Hingga pekan ke-20 berdasar catatan Skor.id 23 Januari 2022, Teja menjadi kiper dengan jumlah rata-rata penyelamatan tertinggi, yakni mencapai 3,69 per laga.

Bukan tidak mungkin, bila Teja konsisten hingga akhir musim ini, ia akan mendapat gelar penjaga gawang terbaik. Tentu hal ini bisa terwujud bila pemain-pemain Persib lainnya juga bermain sepenuh hati dan mengutamakan koletivitas tim. Karena sejatinya penampilan cemerlang Teja adalah berkat kerja sama seluruh pemain, terutama pemain-pemain belakang yang bertugas menjaga pertahanan.

Ricky N. Sastramihardja 

📷 PERSIB Bandung

1.30.2022

MUTIARA TERPENDAM DI KOTAK HARTA KARUN ABAH OBET

 

Pertandingan pekan ke-21 melawan (PS Tira) Persikabo 1973 menjadi pertandingan yang jangan sampai dilupakan. Bukan karena kemenangan, tetapi karena malam itu anak-anak Maung memperlihatkan determinasi yang luar biasa.

Daftar Susunan Pemain (DSP) yang janggal karena ada 4 kiper yang terdaftar akibat kekurangan pemain. Ada nama-nama pemain lapis dua dan pemain belia yang sebelumnya 'terlupakan' bila mereka ada, serta menghilangnya nama-nama pemain bintang yang tidak bisa bermain akibat terpapar virus korona.

Di DSP juga tidak tercantum nama-nama pemain depan. Dengan formasi 4-3-3, pelatih Robert Alberts nampaknya menerapkan strategi false nine.

Malam itu rasanya akan menjadi malam kekalahan dan malam paling memalukan untuk si pujaan hati, PERSIB Bandung. Semenjak diumumkan 9 pemain terpapar covid hingga DSP dirilis jelang pertandingan, Bobotoh merespon dengan muram dibalut pesimis.

Betapa tidak, dalam 20 pertandingan sebelumnya, dengan pemain-pemain inti Persib seolah kehilangan ruh-nya. Bermain pragmatis, menang, tapi tidak nyaman. Nyaris tanpa chemistry, para pemain seolah bermain hanya untuk dirinya sendiri.

Tetapi setelah pertandingan berjalan, 15 menit pertama memberikan perspektif lain. Para pemain terlihat ngotot, tidak mau didikte lawan. Walau bukan tanpa kesalahan, tetapi mereka tampak gigih dan penuh determinasi. Permainan lebih hidup, variatif dan menjanjikan.

Hingga akhirnya di menit ke-22 Kakang Rudianto, pemain debutan jebolan Akademi Persib yang membuat perbedaan. Sontekan di depan gawang membuat bola muntah yang terlepas dari pelukan kiper Persikabo 1973 membuat skor berubah menjadi 1-0.

Gol perdana untuk Kakang yang baru bergabung di putaran ke-2 menggantikan Indra Mustaffa. Juga gol yang menarik mengingat posisinya adalah pemain belakang/CB.

Gol tunggal ini bertahan hingga pertandingan babak pertama selesai. Kedua tim di babak pertama tidak bisa mengkonversi berbagai peluang menjadi gol.

Di babak ke-2, Persikabo 1973 tampak lebih menekan dan menguasai lapanagan. Tetapi anak-anak Maung tetap lugas dan menjaga keunggulan. Bahkan ada beberapa peluang sempat diciptakan walau tidak berhasil dikonversi menjadi gol.

Teja Paku Alam dan Henhen Herdiana dan para pemain belakang rasanya layak mendapat kredit tersendiri. Mereka bisa  mementahkan serangan-serangan berbahaya pemain Persikabo 1973. 

Khusus untuk Teja, seperti biasa ia bermain gemilang untuk menjaga keperawanan gawangnya. Ciro Alves dibuat bertekuk lutut tak berdaya padahal tendangan-tendangannya ke arah gawang sangat berbahaya dan sangat berpeluang menjadi gol.

Anak-anak Maung yang diisi pemain lapis ke-2 ini tampil dengan penuh semangat, sesuatu yang tak dominan terlihat di 20 pertandingan sebelumnya. 

Memang seharusnya begitu, karena rasanya bila Persib kalah malam itu, Bobotoh tetap akan mengapresiasi pertandingan yang menarik dan penuh determinasi. Seperti yang pernah terjadi saat Persib kalah 2-3 oleh Persiba Balikpapan di Liga Indonesia 2011 silam. 

Pertandingan pekan ke-21 ini seharusnya menjadi tolok ukur, menjadi standar benchmark untuk 13 pertandingan tersisa di Liga 1 2021/2022 bila Persib ingin bertahan di papan atas dan mengejar gelar juara. 

Bukan hal yang tidak mungkin. Tinggal bagaimana Abah Obet bisa membuat tim selalu dalam keadaan kondusif dan chemistry antar pemain terikat satu sama lain.

Tinggal bagaimana Abah Obet mengendalikan ego para pemain berlabel bintang agar bisa tunduk pada skemanya dan fokus pada tujuan utama olahraga: meraih kemenangan.

Sebagai pelatih kawakan seharusnya Abah Obet melakukan itu sejak pertandingan pekan pertama Liga 1. Bukan karena terpaksa oleh keadaan.

Saat tim dihajar pandemi dengan terpaparnya 9 pemain utama, ternyata memperlihatkan mutiara-mutiara terpendam yang selama ini luput dari perhatian. Dipaksa oleh keadaan dan kekurangan pemain, ternyata memaksa Abah Obet membuka ’peti harta karun’ yang sepertinya ia lupakan.

Sejatinya para local boys ini memang harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka pada publik. Karena mereka memang ternyata sangat mampu bersaing dengan pemain asing atau naturalisasi yang berlabel pemain bintang.

Proud of you Boys.

Ricky N. Sastramihardja

📷  Persib Bandung