5.10.2024

MELACAK JEJAK LAUTAN DI KAWASAN BABAKAN JAWA MAJALENGKA


Perjalanan kemarin (Kamis,  9 Mei 2024) adalah mengunjungi Curug Cimeong yang berada di kawasan Gunung Balay Babakan Jawa, Majalengka. 

Curug Cimeong yang mengalir di Sungai Citawuan dan kemudian bersatu dengan Sungai Cilutung ini menyimpan banyak informasi geologi yang menarik.

Salah satunya adalah terdapat beberapa burrow atau trace fossil. Yakni jejak binatang laut (sejenis cacing laut) yang terdokumentasikan di permukaan bebatuan yang berserakan sepanjang jalan setapak menuju curug. Jasadnya sudah hancur dan lenyap namun bentuk tubuhnya terekam menjadi burrow.

Temuan ini memperkuat teori bila kawasan Majalengka dengan ketinggian  sekitar 100-200 m dpl, di masa jutaan tahun silam sebelumnya adalah berupa lautan. Di beberapa tempat juga terdapat beberapa bongkah batu kapur. Di mana batu kapur ini di masa jutaan tahun silam adalah terumbu karang.

Singkapan batuan di sekitar curug juga menarik, terdapat lapisan batuan sedimen dengan posisi nyaris vertikal. Di mana semula bebatuan ini posisinya adalah horisontal (mendatar). Namun pergerakan energi di kerak bumi membuat bebatuan ini nyaris berdiri tegak.

***

Di wilayah ini juga tersimpan cerita rakyat menarik yang merupakan varian dongeng sasakala Sangkuriang. 

Menurut Abah Eda, aktivis Gurmala Majalengka, Sangkuriang konon akan membuat danau di kawasan ini. Ia lalu berusaha untuk membendung Sungai Cilutung untuk mewujudkan permintaan Dayang Sumbi.

Namun Dayang Sumbi tidak tinggal diam, ia berusaha menggagalkan usaha Sangkuriang itu.

Dari kisah itu lahirlah nama Gunung Ajug, yang menurut kisah itu merupakan jelmaan dari ajug atau pelita atau lampu damar, yang kemudian dipadamkan oleh Dayang Sumbi.

Nama Gunung Balay juga diambil dari susunan batu yang disiapkan Sangkuriang untuk ngabalay, membendung sungai dengan tumpukan batu.