Sore itu hari ke-4 di Mekkah. Hari menunjukan tanggal 24 Romadhon dan saya bersama teman sekamar saya, oom Ayit, menuju Masjidil Haram sejak sebelum waktu dzuhur. Niatnya ingin itikaf dan buka puasa di Masjidil Haram.
Tapi ternyata jamaah sudah penuh padahal baru sekitar jam 11.00 waktu setempat. Kami tidak kebagian tempat untuk itikaf. Hanya bisa sholat dzuhur di Mataf.
Menjelang solat, terdengar seseorang berteriak dari belakang. "Hey Viking, Viking!". Saya menengok ke arah suara, ternyata jamaah Indonesia yang memanggil "Viking" karena siang itu saya memakai jersey Persib ke Masjidil Haram.
Ternyata di mataf tidak bisa berlama-lama, setelah sholat badiyah, 'diusir' askar hingga harus keluar masjid.
Tidak putus asa, kami tetap berkeliling mencari jalan masuk hingga kemudian bisa masuk lagi ke dalam masjid, lupa dari pintu ke berapa, 114 mungkin, dan mendapat tempat duduk di lorong hingga waktu sholat Ashar tiba.
Setelah ashar masjid semakin penuh, askar mengusir siapapun yang tidak berada di area itikaf, yakni tempat yang dibatasi dengan karpet hijau di dalam atau di halaman masjid.
Dengan berat hati saya terpaksa harus mengalah, ya harus keluar masjid. Oom Ayit entah kemana, keluar lebih dulu karena di-WA istrinya.
Sebelum keluar masjid, saya menuju keran air zamzam, yang juga harus antri. Saya mengeluarkan jerigen portabel niatnya mau diisi dengan zamzam.
Namun saat mendekati giliran, tiba-tiba seorang Arab yang mengenakan id card petugas Masjidil Haram menyela antrian. Hal ini membuat antrian menjadi gaduh. Seorang jamaah, yang juga orang Arab, sepertinya memarahi si Panitia karena menyela antrian.
Si Panitia juga balik memarahi jamaah, sepertinya ia menyela karena terburu-buru untuk berwudhu. Mungkin ia tidak ikut shalat ashar berjamaah atau batal wudhu. Entahlah karena saya tidak mengerti apa yang dipercakapkan.
Heran juga karena kenapa petugas masjid kok wudhu di keran zamzam.
Kedua orang itu akhirnya saling beragumen dengan nada keras, dua-duanya punya alasan tersendiri. Membuat antrian jadi gaduh dan bertambah lama. Keduanya mulai seperti hendak mulai saling dorong dan seperti mau baku hantam.
Karena kesal, saya mencoba melerai kedua orang itu dengan bahasa Inggris. "Hey stop fighting, stop arguing. We are in the masjidil Haram. Shame on you!", sergah saya sambil melerai keduanya.
Tapi kedua orang itu tetap bertengkar, dan saya tetap berusaha melerai dengan bahasa Inggris dan bahasa Sunda sambil berusaha keras menjaga lisan agar tidak keluar 'kata-kata mutiara' dalam bahasa Sunda. Sampai kemudian kedua orang itu berhenti bertikai, si Panitia yang menyela antrian segera berwudhu dan lalu berlalu.
Seorang jamaah sepuh yang sepertinya dari Mesir lalu merangkul dan mencium tangan saya. Enggak tahu beliau bicara apa karena dalam bahasa Arab. Sekilas terdengar seperti syukron (terima kasih).
Saya pun mendapat giliran mengambil air zamzam dan mengisinya ke dalam jerigen portabel. Antrian kembali berjalan lancar, dan saya beranjak keluar Masjidil Haram yang semakin mendekati magrib semakin penuh sesak.
Ricky N. Sastramihardja
28 Rabiul Awal 1447H/21 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar