Selasa, Februari 25, 2025

History of Persib: 21 Tahun Mengumpulkan Data Persib!


Liputan khusus Bobotoh.id kali ini adalah bertemu dan mewawancarai sosok di balik akun Twitter @HistoryofPersib. Sosok yang dipanggil 'Abah' di Twitter ini begitu fenomenal karena memiliki data pertandingan Persib sejak tahun 1933 atau 87 tahun lalu.

Dalam rilis data pertandingan Persib dengan update terakhir November 2019 lalu, tercatat bila Persib sudah melakukan 1768 pertandingan. Pertandingan yang dilalui Persib selain  di masa Perserikatan dan Liga Indonesia, termasuk pertandingan resmi LCA dan AFC, turnamen-turnamen lokal, turnamen internasional, persahabatan, latih tanding, termasuk ujicoba internasional.

Pertandingan pertama Persib Bandung yang berhasil ditelusuri dan dicatat History of Persib adalah tanggal 2 Juni 1933. Pertandingan itu adalah pertandingan tandang  Persib Bandung vs SIVB Surabaya yang dilakukan di Surabaya dalam rangka kejuaraan nasional PSSI tahun 1933.

***

Pertanyaan yang menggelitik adalah bagaimana kemudian History of Persib bisa mengumpulkan data yang yang sangat jarang diketahui itu. Ternyata Abah melakukan riset dengan meneliti koran-koran lokal maupun nasional yang terbit sejak tahun 1933 silam.

"Sengaja riset ke Perpustakaan Daerah Jawa Barat yang dulu mah di Bypass (Soekarno-Hatta, Red.), ke Pikiran Rakyat yang di Kopo, Balai Iklan. Ke Jakarta juga ke Perpustakaan Nasional," sebut Abah kepada Bobotoh.id di kediamannya di bilangan Gede Bage Bandung Timur, Ahad (13/1/2020).

Kegiatan mencari dan mengumpulkan data pertandingan Persib ini ternyata dilakukan sudah sejak tahun 1998 atau sekitar 21 tahun yang lalu. Tentu ini menjadi suatu upaya yang luar biasa yang dilakukan Abah.

Terlebih untuk riset yang dilakukannya ini sebagian besar dilakukan dengan dana dari kantong sendiri. "Dulu sebelum beralih bentuk menjadi akun Twitter dan Instagram, History of Persib adalah proyek yang dilakukan untuk website persibhistory.com," kisah Abah sambil sesekali menghirup rokok kreteknya. 

***

"Pada tahun 1998 saya dan beberapa teman-teman yang bergabung di Viking, mulai tertarik untuk mengumpulkan sejarah tentang Persib Bandung. Kami mulai dari kliping yang dimiliki  salah seorang dari kami. Rencananya dari kliping itu akan menjadi bahan website yang akan mereka bangun.

Namun karena suatu dan lain hal, kliping yang berharga itu malah hilang tak tentu rimbanya. Website yang hendak dibangun pun tidak pernah jadi karena developer website yang turut menghilang bersama kliping tersebut.

Tentu Bobotoh milenial perlu tahu bila tahun 1998 lalu koneksi intenet saat itu adalah berkisar 33-56 kbps (KILOBIT bukan MEGABIT)  yang setara dengan koneksi 1G. Belum ada internet broadband 4G,  koneksi masih terbatas di wilayah-wilayah kota-kota besar saja. Ponsel atau hape juga masih terbatas dan baru terbatas pada layanan suara dan sms saja, belum terkoneksi dengan internet.

Setelah kliping itu hilang, Abah tidak putus asa. Ia pun mengunjungi perpustakaan-perpustakaan hingga bagian arsip koran Pikiran Rakyat. Tantangannya tidak hanya selesai di situ.

Menurutnya di koran-koran jaman dulu belum ada pemberitaan atau rubrik khusus tentang Persib Bandung. "Kadang terselip di pemberitaan klub lain, hanya ada sekitar satu paragraf, tapi saya sudah luar biasa senangnya. Bagaikan menemukan harta karun," kenangnya.

Selain itu mengingat rubrikasi dan redaksional di koran masa lalu sangat terbatas, seringkali datanya tidak utuh atau hanya sekilas. "Tidak ada data nama pelatih, tidak ada nama-nama starter, paling ada misalnya siapa yang membobol gawang."

***

Lebih lanjut Abah menyebut bila hobi yang dilakukannya selama 20 tahun lebih ini bagaikan bermain puzzle. "Seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzle. Begitu menemukan suatu data yang mungkin tidak terlalu penting bagi orang lain, tetapi bisa melengkapi kumpulan data lain yang sudah berhasil dikumpulkan, senangnya luar biasa. Bagaikan menemukan harta karun."

Sebagai periset data independen yang tidak berada di bawah naungan lembaga apapun, Abah menyebut sudah berhasil mengumpulkan sekitar 80% data pertandingan dari tahun 1933. Tentu saja ini menjadi upaya yang luar biasa yang dilakukan Abah karena melakukannya hanya demi sebuah hobi.

Silahkan pakai data yang sudah ada, lanjutkan pekerjaan saya, jangan sampai mulai dari nol lagi. Saling sharing saja, silahkan dipakai tanpa kompensasi biaya apapun. Kebayang kan saya mengumpulkan data selama 20 tahun, jangan sampai mengulang dari awal lagi.

Tentu hobi ini juga harus dibayar mahal, apalagi dilakukan dalam durasi berpuluhtahun. "Ekonomi sempat gonjang-ganjing karena ngagugulung Persib. Bebeakanlah dikomplen kantor, dikomplen keluarga. Walau mungkin saat itu nilainya kecil tetapi karena sering dan juga tidak ada pemasukan dari hobi ini ya sempat masalah juga, " tutur Abah yang mengakui mendapat warisan darah Bobotoh dari almarhum kakek dan ibunya.

Selain mengumpulkan data tentang Persib Bandung, Abah juga mengumpulkan data-data pertandingan tim lain yang berada di kompetisi yang sama sebagai ekosistemnya. Untuk Persib ia bahkan memiliki data pertandingan ujicoba atau laga-laga tidak resmi.

Sedangkan untuk metodologinya Abah mengakui tidak terlalu mementingkan bukti-bukti fisik kliping koran atau potongan berita atau informasi yang ia dapat. Walau demikian ia menyebut bisa mempertanggungjawabkan data yang dimilikinya.

***

Apalagi menurutnya, banyak data fisik yang berceceran kemudian hilang saat berpindah kantor maupun tempat tinggal. Apalagi saat website HistoryofPersib.com yang dibangun bersama 6 rekannya pada tahun 2013 kemudian kolaps.

"Banyak data di server yang belum terselamatkan, karena otomatis saat hosting tidak dibayar maka data di web pun dihapus. Domain HistoryofPersib.com pun tidak terselamatkan karena memang tidak kita perpanjang," sesalnya.

Untuk rencana selanjutnya History of Persib tetap akan memperluas konten yang dimilikinya dalam bentuk komik dalam waktu dekat ini. Hal ini juga sejalan untuk menutupi biaya riset dan operasional yang menurutnya harusnya bisa terpenuhi dan menunjang keberlangsungan risetnya itu.

"Dulu kan ada RAF (Rahmatullah Ading Affandie, sastrawan Sunda yang juga eks pengurus Komisi Teknik Persib Bandung 1955-1964) yang membuat novel berbahasa Sunda 'Bentang Lapang' (1961). 

"Nah komik ini akan menjadi cerita fiksi dengan berlatarbelakang sejarah Persib Bandung," sebut Abah.

Abah juga mempersilahkan Bobotoh generasi sekarang yang berminat untuk melanjutkan hasil kerjakerasnya selama ini .

"Silahkan pakai data yang sudah ada, lanjutkan pekerjaan saya, jangan sampai mulai dari nol lagi. Saling sharing saja, silahkan dipakai tanpa kompensasi biaya apapun. Kebayang kan saya mengumpulkan data selama 20 tahun, jangan sampai mengulang dari awal lagi." (Bobotoh.id/RCK. Foto: Ist/Twitter HistoryofPersib).

Ricky N. Sastramihardja

Tulisan ini semula dimuat di bobotoh.id, 13 Januari 2020

Ditayangulang untuk pangeling-eling Abah Anggalarang, admin historyofpersib yang wafat hari Senin, 24 Februari 2025 pukul 15:48 WIB di Bandung.

History of Persib: Dari Dulu Bobotoh Itu Tukang 'Ribut'!


Bobotoh Persib memiliki karakteristik yang khas. Salah satunya adalah 'ribut' atau gaduh, baik di dalam dan di luar lapangan pertandingan. '

Bobotoh juga tidak pernah malu mengakui kekurangan klubnya. Bahkan saat Persib terpaksa harus degradasi di tahun 1978, ada buku khusus yang membahas masalah tersebut.

Matak tong heran mun ayeuna nu jaman internet, bobotoh merajai sosmed. Mun aya nu ngomong "bacot di sosmed doang", jawab weh "sia kamana wae?" geus puguh karakter bobotoh mah kieu tibaheula, ribut! Pedah weh ayeuna mah jaman sosmed

Kisah ini diulas oleh akun @HistoryofPersib, Kamis, 20/12/2018. Akun yang sangat detail membahas sejarah Persib Bandung dari masa ke masa itu memulai thread-nya dengan mengatakan bila Persib tidak pernah kehilangan penonton, seburuk apapun kondisinya.

Ribut, da emang kitu nu ngarana pelajo bola mah. Ngan ribut na bobotoh mah cenderung ka kritis. Butut nya butut. Tuluy nyarita topik Persib mah teu saukur dijero tribun, obrolan2 di warkop, tukang cukur dll pasti rame wae mun nyarita Persib, walau teu pada2 wawuh.
History of Persib juga mengulas, salah satu ciri lain Bobotoh adalah sifat kritisnya yang terbangun dari masa ke masa. Tidak hanya di era setelah media sosial dikenal, juga dari puluhan tahun sebelumnya. Di mana komunikasi antar Bobotoh terjalin natural di warung kopi, tukang cukur, dan banyak tempat lainnya.

"Matak tong heran mun ayeuna nu jaman internet, bobotoh merajai sosmed. Mun aya nu ngomong "bacot di sosmed doang", jawab weh "sia kamana wae?" geus puguh karakter bobotoh mah kieu tibaheula, ribut! Pedah weh ayeuna mah jaman sosmed," ulas @HistoryofPersib.


Dalam thread sebanyak 14 tweet itu juga diuraikan bahwa menulis sejarah itu harus benar dan tidak menyembunyikan fakta sejarah. 

"Mun nulis sejarah, nya ditulis apa adanya.. jujur. Teu disumput2, walaupun nu ditulis aib klub sorangan. Tadina loba nu teu apal match fixing nu ngalibatkeun pemaen Persib di 60'an. Walau di jaman eta rame, tapi barudak ayeuna teu pada apal. Dibuka deui ku bobotoh jadi weh arapal," kisahnya. (Bobotoh.ID/RCK. Foto: AH)

Ricky N. Sastramihardja

📷 Adam S. Husein/Arsip

Tulisan ini semula dimuat di bobotoh.id, 20 Desember 2018.

Ditayangulang untuk pangeling-eling Abah Anggalarang, admin historyofpersib yang wafat hari Senin, 24 Februari 2025 pukul 15:48 WIB di Bandung.



Kamis, Februari 20, 2025

CERITA DARI PERTANDINGAN PERSIB DI PEKAN KE-23 LIGA 1 2024/2025


Pertandingan melawan Persija Jakarta selalu menyimpan banyak cerita. Pertandingan antara Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta memang usai dalam 2x45 menit. Tetapi ceritanya akan bertahan setidaknya hingga pertandingan berikutnya.

Seperti halnya pertandingan putaran ke-2 Liga 1 2024-2025 yang digelar di Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi, 16 Februari 2025 kemarin. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor imbang 2-2 (2-0) untuk kedua kesebelasan. Tambahan poin satu angka dari laga tandang membuat Persib semakin nyaman berada di puncak klasemen sementara hingga pekan ke-23. 

Sedangkan Persija Jakarta tertahan di posisi ke-4 setelah di pertandingan lain, Persebaya Surabaya menang tipis 1-0 (0-0) dari PSBS Biak. Sedangkan Dewa United yang di lima pekan sebelumnya meraih kemenangan, tumbang oleh Madura United yang berada di zona degradasi dengan 3-1 (2-0).

Sisa 11 pertandingan membuat Persib Bandung harus semakin bekerja keras dan berfikir cerdas bila ingin mempertahankan gelar juara liga. Badai cedera dipastikan harus dikelola dengan baik oleh coach Bojan Hodak. Dipastikan ia dan staf harus memutar otak untuk memilah dan memilih pemain-pemainnya yang akan akan tampil di 11 pertandingan berikutnya.

***

Lalu apa cerita di balik pertandingan panas Persija vs Persib? Tidak lain adalah adanya tindak kekerasan yang dilakukan 'Begalmania' Jakmania terhadap Bobotoh yang dikabarkan tertangkap menyusup ke dalam stadion. Penyusupan yang dilakukan Bobotoh ini sebetulnya tidak mengherankan karena Stadion Patriot yang digunakan Persija untuk menjamu Persib adalah salah satu kantong Bobotoh Persib di luar Bandung.

Bekasi adalah salah satu kota di Bodetabek yang memiliki jumlah Bobotoh yang banyak.Sehingga bila dikatakan sebagai penyusup rasanya kurang tepat. Sebab Bekasi adalah kota mereka, Stadion Patriot adalah stadion mereka. Menyusup di rumah sendiri akibat regulasi larangan suporter mendukung klub di pertandingan tandang. Apalagi pertandingan dengan tingat rivalitas suporter yang panas, di luar nurul dan di luar prediksi BMKG.

Selain tindak kekerasan di dalam stadion, tindak kekerasan juga terjadi di luar stadion. Sebut saja Asep Abdul Rohman (28 tahun) yang dikeroyok oleh pendukung Persija. Padahal saat itu lelaki asal Sukabumi itu sedang mencari nafkah dengan berjualan tahu Sumedang di sekitaran stadion. Selain menderita luka-luka, Asep juga kehilangan harta bendanya yang dirampok oleh pelaku pengeroyokan.

Hal ini menunjukan sikap rasis yang dilakuan para suporter Persija karena menyangkutpautkan dagangan kuliner khas etnis Sunda dengan dukungan terhadap klub sepak bola. Sudah menjadi rahasia umum bila pendukung Persija umumnya rasis terhadap urang Sunda yang memang hampir 100 % menjadi pendukung Persib Bandung.

Di Stasion Jatinegara, Iwan seorang lelaki paruh baya dikeroyok sejumlah supporter Persija karena ia mengenakan jersey Persib di hari pertandingan itu. Dalam video yang tersebar di media sosial, Iwan berlari menghindari kejaran Begalmania namun tak uruang tertangkap dan dikeroyok. Untung saja petugas keamanan di Stasion Jatinegara sigap melindungi pria berkebutuhan khusus tuna rungu dan tuna wicara itu hingga nyawanya terselamatkan.

Sungguh suatu perilaku yang tidak bisa ditolerir melakukan tindak kekerasan pada kaum disabilitas.

Cerita lainnya: Stadion Patriot Chandrabaga mengalami kerusakan di beberapa tempat. Sebagian pagar pembatas tribun yang rubuh, beberapa kursi stadion yang hilang dan rusak, juga sebagian pagar stadion yang roboh akibat berusaha diterobos oleh Begalmania yang tidak memiliki tiket masuk.

***

Kembali ke pertandingan, keberhasilan Persib Bandung menahan imbang Persija Jakarta dengan skor 2-2 menjadi pertandingan dengan tingkat ketegangan tersendiri bagi para Bobotoh. Betapa tidak, tertinggal 2-0 di babak pertama membuat perasaan menjadi tidak karuan. Apalagi dua gol yang tercipta oleh pemain Persija sepertinya terlalu mudah akibat para pemain Persib yang sepertinya kurang konsentrasi alias malaweung.

Namun gol Nick Kuipers di babak ke-2 membuat asa kembali mekar. Ditambah kemudian, David da Silva berhasil menyeimbangkan kedudukan menjadi 2-2. Skor imbang ini bertahan hingga wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Hasil ini menyesakkan Persija dan pendukungnya karena jelas mereka gagal menang setelah sempat unggul. Sedangkan bagi Persib dan para bobotoh, tidak jadi kalah dan malah menambah 1 angka membuat perasaan 'bungah' luar biasa.

Hasil imbang inilah yang membuat kerusuahan terjadi di stadion setelah pertandingan berakhir. Selain menyalakan flare, petasan, dan melempar botol, para Begalmania melukai pemain Persib, Tyronne del Pino . Tyronne terkena lemparan botol di pelipisnya saat hendak menuju ke lorong usai pertandingan.

Dari banyaknya kasus yang terjadi di dalam dan di luar stadion,  sudah seyogyanya Komdis PSSI memberikan sanksi setimpal bagi Persija. Baik itu sanksi denda, maupun sanksi lainnya. Sedangkan peristiwa di luar stadion berupa kerusuhan, pengeroyokan, pemalakan, hingga pencurian harus mendapat sanksi pidana dari aparat penegak hukum.

Jangan biarkan para pelaku kejahatan itu melenggang tanpa tersentuh hukum, karena dampaknya akan berlipat ganda di masa depan. Tanpa adanya efek jera, akan sulit mengontrol perilaku suporter. Apalagi bila sudah mengarah ke tindak kriminal.

Pertanyaanya adalah, apakah  Komsis PSSI berani untuk menjatuhkan sanksi bagi Persija? Juga apakah bisa aparat kepolisian menangkap pelaku pengeroyokan  dan kejahatan atas nama sepak bola yang sebetulnya adalah tindak pidana?

YTTA. Biasanya sih Persija selalu bisa berkelit dari hal-hal seperti ini. Seolah dilindungi, seolah kebal hukum. Pelanggaran-pelanggaran seperti ini yang akhirnya menambah durasi cerita setelah pertandingan sepak bola.

Ditambah masifnya propaganda yang dilakukan di medsos dan media massa oleh para suporternya untuk mengalihkan isu tindak kriminal yang sudah mereka lakukan. Belum lagi pembenaran-pembenaran atas tindak rasisme dan kekerasan, yang memang sudah terbiasa mereka lakukan.

Ricky N. Sastramihardja.

📷Simamaung

Jumat, Februari 07, 2025

PEUYEUM YANG ISTIMEWA


Peuyeum adalah penganan yang istimewa. Hasil fermentasi singkong itu selain bisa dikonsumsi secara 'stand alone' juga bisa dikonsumsi sebagai olahan, atau bagian dari 'mix and match'.

Salah satu olahan yang menjadi favorit saya adalah kolek peuyeum singkong. Apalagi dikonsumsi saat berbuka puasa, duh enaknya tidak terkira. 

Sampai suatu ketika, pernah saya mengkonsumsi kolek peuyeum ini selama 3 hari berturut-turut untuk berbuka puasa dan saat sahur. Walhasil di hari ke -4 lambung dan pencernaan mengalami gangguan akibat terpapar peuyeum yang tingkat keasaman tinggi akibat fermentasi.

Peuyeum juga menjadi bagian dari 'mix and match' minuman segar seperti es doger, atau es krim, atau es teler. Rasanya yang asam manis membuat penganan yang kita makan menjadi lebih kaya rasa.

Salah satu penganan olahan dari peuyeum yang paling terkenal adalah Colenak. Colenak yang merupakan akronim dari 'dicocol enak' adalah peuyeum yang dibakar, kemudian dipotong-potong, lalu dicocolkan pada saus gula kelapa atau kinca.

Di dalam bahasa Sunda, peuyeum selain menjadi kata benda untuk hasil fermentasi pada singkong atau ketan, juga menjadi kata kerja. Memeram atau melakukan fermentasi pada buah-buahan yang belum masak, disebut sebagai 'meuyeum'.

Misalnya pada pisang, alpukat, atau buah lain yang dipetik saat masih hijau dan belum terlalu matang. Pisang biasanya dipeuyeum dengan cara dipendam di tanah dengan mencampukan sejumlah karbit. Alpukat biasanya dipeuyeum di tempayan tempat beras selama baberapa hari sampai matang dan empuk. 

Peuyeum juga menjadi alegori buat pekerjaan yang terlalu sering diotak-atik atau lambat dikerjakan yang akhirnya menjadi sia-sia. Misalnya pada kalimat "Febri mah sok loba meuyeum bal, jadi we karebut ku batur." Kalimat tersebut menunjukan bila seorang Febri dianggap terlalu sering menggocek bola sendirian, kurang memberi umpan pada rekannya pada saat bermain bola.

Lalu apakah peuyeum haram atau halal karena mengandung alkohol hasil fermentasi? Menurut ijma berbagai ulama, peuyeum tidak haram walau mengandung alohol. Karena peuyeum singkong tidaklah memabukan, tidak termasuk khamr. Tetapi sepertinya akan berbeda dengan peuyeum ketan yang bila diperam secara berlebihan bisa mengandung alkohol yang memabukkan.

Coba saja kita konsumsi peuyeum singkong sebanyak-banyaknya. Sepertinya tidak akan mabuk tetapi yang ada malah gangguan lambung. Begitu juga dengan peuyeum ketan yang diprodusi dalam waktu normalnya. Lain soal bila peuyeum ketan itu kita peram lebih lama dari biasanya hingga mengandung alkohol.

Ada panduan agar peuyeum yang dikonsumsi tidak menjadi haram karena mengandung alkohol. Seperti dikutip Republika dari Halalcorner, tape ketan yang harus diwaspadai, sementara tape singkong atau peuyeum usahakan cari yang digantung (minim alkohol). Hindari juga peuyeum yang berair karena pasti kadar alkoholnya tinggi.

Peuyeum termasuk makanan olahan bioteknologi sederhana. Fermentasi mengubah glukosa menjadi alkohol, mengubah tekstur singkong menjadi lunak dan manis.

Disebutkan oleh Ilham Choirul Anwar di Tirto.id 8 Maret 2023, bila makanan yang dihasilkan melalui proses fermentasi, umumnya mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibanding bentuk asalnya ketika dikonsumsi.

Mikroba yang terlibat dalam fermentasi memecah berbagai komponen kompleks menjadi zat-zat lebih sederhana sehingga lebih gampang dicerna. Mikroba ini juga bisa melakukan sintesis beberapa vitamin kompleks seperti riboflavin, vitamin b12, dan provitamin A.

Itulah yang membuat peuyeum istimewa. Memiliki nilai gizi yang baik dibanding masih berupa singkong. Dalam bahasa, peuyeum bisa berupa kata benda, bisa juga menjadi kata kerja.

Ricky N. Sastramihardja

Bacaan Pengaya:

1. Tape Mengandung Alkohol, Apakah Haram Dikonsumsi Muslim? Rahma Sulistya/Qommaria Rostanti, Republika.co.id; Ahad 26 November 2023. Diakses 7 Februari 2025. https://ameera.republika.co.id/berita/s4pvex425/tape-mengandung-alkohol-apakah-halal-dikonsumsi-muslim

2. Reaksi Kimia pada Fermentasi Tape Singkong & Ketan Jadi Etanol. Ilham Choirul Anwar, Tirto.id; 8 Maret 2023. Diakses 7 Februari 2023. https://tirto.id/reaksi-kimia-pada-fermentasi-tape-singkong-ketan-jadi-etanol-gDiy

3. Tape, Halalkah dikonsumsi? Chairunnisa Nadha, halalmui.org; 1 Maret 2022. Diakses 7 Februari 2025.https://halalmui.org/tape-halalkah-dikonsumsi/ 


Rabu, Februari 05, 2025

MELACAK JEJAK NAMA-NAMA TEMPAT DI BANDOENG TEMPO DOELOE


Entah darimana dan kapan saya mendapati beberapa peta kuno Bandung Kota peninggalan jaman baheula. Satu bertanda tahun 1910 terbitan Topographische Inrichting, Batavia dengan judul "Bandoeng En Omstreken" (Bandung dan Sekitarnya) dengan skala 1:10.000. Satu lagi tak bertanda waktu mungkin terpotong saat pindai dan unggah, berjudul "Kaart van De Gemeente Bandoeng" dengan skala 1:10.000. 

Bila diperhatikan lebih teliti, peta ke-2 lebih muda bebeberapa tahun dibanding peta pertama. Indikasinya sudah ada pemetaan wilayah Kiara Condong dan pabrik gas. Sedangkan di peta pertama yang bertanda 1910 wilayah Kiara Condong belum terpetakan, masih berupa sawah. 

Peta tersebut berformat *.tiff, sudah berwarna, dan berukuran hampir 300 mb per lembarnya. Sayangnya teledor tidak menyimpan tautan atau situs web mana yang menyediakan peta ini. Seingat saya, informasinya semula dari akun Fanspage di Facebook yang mengunggah peta Jakarta jaman kolonial dulu. 


Menarik sekali bila memperhatikan peta pertama. Sudah berwarna, ukuran dan formatnya yang besar memudahkan untuk membaca teks-teks kecil di laptop. Apalagi bila laptopnya sudah menggunakan layar sentuh, membuat penjelajahan peta semakin menyenangkan seperti saat menggunkan tablet atau ponsel.

Masih ada wilayah yang bernama Doengoesmaoeng atau Dungus Maung di wilayah yang kita kenal sekarang berada di kawasan Ciateul, Moh. Toha, Pasirluyu, Kembar Buah Batu. Dungus adalah basa Sunda untuk semak belukar dengan tanaman merambat rimbun, setara dengan ruyuk, rungkun. Bisa diimajinasikan bila dulu kawasan ini menjadi tempat harimau atau maung bersenang-senang mencari mangsa.

Di peta juga disebut ada Hospitaal voor Inlandeer atau rumah sakit untuk warga pribumi. Posisinya di atas Tjilentah yang bila dikonversi sekarang mungkin di sekitar jalan Karapitan atau Buah Batu.

Kebon Kalapa pun tidak hanya di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Kebon Kalapa yang terminal angkutan umum dalam kota. Tetapi ada di beberapa tempat. Selain di kawasan antara Astana Anyar dan Jalan Otista dekat Tegallega, juga sekitar Babakan Ciamis sekarang. 

Uniknya di kawasan Otista -Astana Anyar ada kampung atau wilayah yang bernama Kandang Sapi. Sepertinya sudah tidak disebutkan demikian di jaman ini. Berbeda dengan nama Boedjoengsoeoerapan yang hingga sekarang masih ada di sekitar kawasan itu, walau hanya menjadi nama gang Bojong Surupan.


Kita mengenal SD Banjarsari di Jalan Merdeka, pertanyaannya adalah mengapa dinamakan SD Banjarsari? Sedangkan satu SD lain di jalan yang sama, dinamakan SD Merdeka? Ternyata, kawasan di mana SD Banjarsari berdiri, dulunya bernama Kampung Bandjarsari Wetan. Sedangkan di seberang rel yang sekarang ada hotel Panghegar dan sekitarnya, disebut kawasan Bandjarsari Kidoel.

Mengulik peta lama adalah kegiatan menyenangkan. Ada banyak pengetahuan dan sejarah yang bisa diteruskan pada kawan, keluarga, sahabat, dan anak-anak kita soal sejarah kota tinggal kita. 

Tentunya tinggal di Bandung sangat menyenangkan karena sebagai kota warisan kolonial yang dibangun penjajah, mereka meninggalkan banyak dokumen menarik walau tidak semuanya tersedia di internet dan bisa kita akses.

Ricky N. Sastramihardja