Jumat, Januari 31, 2025

MEMBUKTIKAN PERANG BUBAT TIDAK PERNAH ADA



Sore tadi selepas ashar, Jumat 31 Januari 2025,  saya berbincang hangat dengan salah seorang senior Lises Unpad. Beliau angkatan 1982, wartawan, orang Jawa, angkatan pendiri di mana di tahun itu NKK/BKK baru diberlakukan dan kegiatan mahasiswa tersentralisasi di pusat universitas. Kami baru bertemu sekali itu setelah Lises Unpad berdiri 43 tahun lamanya.

Perbincangan ngaler ngidul yang kemudian merambat ke bagaimana cara membumikan Sunda di Tatar Sunda. Saya bercerita bila dalam beberapa waktu belakangan ini, walau tidak rutin, mengasuh acara diskusi di platform X (dulu Twitter) dengan menggunakan fasilitas audio broadcast Space

"Temanya beragam, tetapi lebih ke kisah-kisah populer dalam khazanah masyarakat Sunda karena segmen pendengar dan peserta diskusinya juga sangat awam. Misalnya, membagi segmen sejarah masa silam menjadi sub topik yang ringan. Misalnya bagaimana orang Sunda berperang? Senjata apa yang digunakan dalam perang Bubat? Apakah orang Sunda berperang telanjang dada atau sudah menggunakan baju zirah atau body armor," terang saya.

Karena perbincangan santai itu dilakukan di ruang publik, di halaman perpustakaan Ajip Rosidi, menjadikan perbincangan itu seolah menjadi perbincangan publik. Hingga ada seseorang yang duduknya bersebelahan dengan senior saya, ikut berbincang.

"Sebentar Kang," selanya.

"Perang Bubat itu bohong, hanya buatan penjajah untuk membuat bangsa kita terpecah dengan mengadudombakan bangsa Jawa dengan bangsa Sunda," sergahnya lagi.

Saya tersenyum dan berusaha memberikan argumen bahwa Perang Bubat dimuat dalam naskah Kidung Sundayana, Kidung Sunda, dan Carita Parahiangan. Juga Pararaton. Untuk diketahui, perang Bubat terjadi pada tahun 1357 M antara pasukan Kerajaan Sunda yang dipimpin Prabu Linggabuana dengan pasukan Majapahit beserta koalisinya di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur sekarang.

Tetapi beliau tetap saja menyampaikan pendapatnya bahwa Perang Bubat itu tidak dikisahkan dalam kurun waktu sejaman. "Bisa jadi ada tekanan politis penjajah pada saat itu pada para penulis lontar untuk mengisahkan peperangan bohong itu untuk memecah belah bangsa Jawa dan Sunda."

"Logika lainnya, bagaimana mungkin Pasukan Sultan Agung yang tidak kembali lagi ke Mataram, bisa diterima dan kemudian bermukim di Tatar Sunda?, sergahnya lagi. 

Memang kegagalan pasukan Mataram menyerbu Batavia di 1628 dan 1629 M membuat Sultan Agung murka. Ia menghukum mati pasukan dan panglima-panglimanya yang gagal menyelesaikan tugas. Alih-alih pulang ke Mataram, disinyalir beberapa pasukan Sultan Agung merembes di Tatar Sunda. Berdomisili dan menjadi masyarakat lokal seperti misalnya dalam kisah yang ditemukan di Babakan Jawa, Kabupaten Majalengka.

***

Salah satunya yang menjadi kisah sejarah adalah pemberontakan Dipati Ukur yang gagal memenuhi keinginan Sultan Agung Mataram.

Bagi Mataram, Dipati Ukur adalah pemberontak. Tetapi bagi urang Sunda, Dipati Ukur adalah pahlawan yang namanya wangi hingga sekarang. Walau ada pendapat yang menyebut Dipati Ukur bukan orang Sunda melainkan orang Jawa. Kepahlawanan Dipati Ukur bagi urang Sunda, melepaskan nasab kesukuan Dipati Ukur. Selama membela tatar Sunda, apapun etnisnya, akan dihargai oleh urang Sunda.

Sampai kemudian di bagian akhirnya, Si Penyergah, sebut saja begitu, mengakhiri statemen dan tuduhannya. "Bagaimana mungkin Perang Bubat terjadi bila kemudian mahkota Hayam Wuruk ditemukan di Majalaya?"

Statemen mahkota Hayam Wuruk ditemukan di Majalaya, membuat saya memilih mengalihkan diskusi dan membahas topik lain. Karena saya yakin informasi tersebut tidak valid, tidak ada bukti dan pengakuan para ahli, bahkan tidak pernah ada di media manapun. 

Sampai kemudian di saat saya menuliskan catatan ini, saya menemukan postingan dengan tema mahkota Majapahit ada di Majalaya di platform berbagi video, Youtube. Tidak ada gambar, tidak ada pendapat ahli, bahkan siapa penyampai informasi pun tidak jelas. Di dalam dunia akademis, fakta haruslah teruji, terbukti. Bukan klaim.

Begitu juga dengan tuduhan perang Bubat tidak pernah terjadi. Tuduhan terhadap penjajah Belanda yang memalsukan (atau mungkin Portugis) tidak pernah berhasil dielaborasi oleh penuduhnya. Bila menuduh pihak penjajah berkepentingan terhadap pemalsuan sejarah bangsa, tuduhan itu harus disertai bukti dan fakta yang kuat, yang terverifikasi, valid dan teruji secara akademis.

Bila tuduhan itu tanpa bukti dan tidak pernah teruji, ya hanya asumsi. Asumsi itu baru data mentah, bukan fakta. Bagaimana cara penjajah memalsukan sejarah? Apa buktinya penjajah menekan penulis lontar menulis sejarah palsu? 

Pun terjadinya Perang Bubat yang ditulis di naskah kuno di rentang 2-3 abad setelah kejadian masih lebih shahih dibanding dengan asumsi yang dibuat di abad ke-21. Selain rentang waktunya sangat jauh, juga tidak pernah sekalipun para penuduh itu menyertakan bukti.

Asisi Suhariyanto di Asisi Channel misalnya, menjelaskan keraguannya akan perang Bubat akibat naskah yang memuatnya berjarak 2 atau 3 abad setelah kejadian. 

"Terkait sumber-sumber yang menceritakan peristiwa Perang Bubat, Asisi mengatakan bahwa semua sumber itu bukanlah sumber primer melainkan sekunder. Karena peristiwa itu terjadi pada abad ke-13, sementara Kitab Pararaton diperkirakan ditulis pada abad ke-15, sedangkan Carita Parahyangan pada abad ke-16.

"Tapi sumber yang paling kuat adalah Pararaton, lalu Carita Parahyangan. Lainnya itu sudah sangat sekunder dan sangat pengembangan sekali,” kata Asisi dikutip Merdeka.com, 29 September 2024 dari kanal YouTube Asisi Channel. 

***

Sejarah tragedi tentu akan berwajah ganda bagi para pendukung dan penentangnya. Tetapi wajah ganda itu akan menjadi valid bagi ke dua belah pihak bila keduanya mempunyai fakta dan bukti yang bisa terverifikasi. Sumber primer memang lebih valid, tetapi sumber sekunder menjadi layak diperhatikan bila tak ada satupun sumber primer/sejaman.

Sumber tersier yang menjadi cerita lisan di masyarakat, sejauh mana memiliki banyak varian, perbedaan gubahan, hingga kontradiksi antara logika dengan realita pun masih memiliki nilai faktual yang bisa diterapkan walaupun biasanya berupa norma dan etika. 

Misalnya, konflik antara dua bersaudara dalam carita legenda Ciung Wanara, yang dipercaya menyimbolkan awal terjadinya bangsa Sunda dan Jawa.  Ciung Wanara merupakan sastra lisan yang lebih tua dari naskah-naskah tulis berbahasa Sunda mulai dari abad ke-14.

Tetapi soal Perang Bubat masih harus dianggap terjadi, sampai ada bukti dan fakta lain yang disampaikan para ahli. Bukan asumsi keraguan berdasar logika yang dipaksakan di masa kini dengan alasan demi persatuan dan kesatuan.

Para penolak Perang Bubat, baik bangsa Sunda maupun bangsa Jawa, harus menyajikan data, fakta yang komprehensif yang memperkuat tuduhan mereka. Tidak boleh anonim, harus jelas sebagai pertanggungjawaban pada publik.

Bukan dari kanal Youtube yang entah siapa pemiliknya dan darimana mereka mendapatkan sumber referensi sejarahnya. Mahkota Majapahit ada di Majalaya, kalimat yang membuat saya tersenyum simpul saat ini.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Copilot AI

Bacaan pengaya:

1.Disebut Hanya Mitos Ciptaan Belanda, Ini Fakta di Balik Perang Bubat yang Memisahkan Jawa dengan Sunda. Shani Rasyid (reporter) dan Nisa Mutia Sari (editor), Merdeka.com 29 September 2024.  https://www.merdeka.com/jateng/disebut-hanya-mitos-ciptaan-belanda-ini-fakta-di-balik-perang-bubat-yang-memisahkan-jawa-dengan-sunda-205662-mvk.html

2. Perang Bubat: Latar Belakang, Lokasi, dan Dampaknya. Widya Lestari Ningsih, Nibras Nada Nailufar, Kompas.com, 5 Mei 2021 diakses 31 Januari 2025.   https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/05/141749079/perang-bubat-latar-belakang-lokasi-dan-dampaknya.

3. Menggugat Sejarah Perang Bubat, Upaya Menghapus Luka Budaya. As'ad Syamsul Abidin, Aktual.com 14 Juni 2022, diakses 31 Januari 2025. https://aktual.com/menggugat-sejarah-perang-bubat-upaya-menghapus-luka-budaya/

4. CETBANG PAJAJARAN DI PERANG BUBAT. https://6ix2o9ine.blogspot.com/2025/01/cetbang-pajajaran-di-perang-bubat.html


Kamis, Januari 30, 2025

WAJAH INDONESIA DALAM SENYUM DAN PERILAKU BUDAYA


Perjalanan melanjutkan aktivitas bertualang bersama GeoUrban setelah melihat pohon kopi tua berusia ratusan tahun di Curug Cipanoli  nampaknya harus berhenti sementara. Siang itu hujan lebat melanda kawasan Cisalak Subang padahal baru sekitar 15 menit rombongan bermotor GeoUrban 30 mengunjungi curug tersebut pada Sabtu 27 Januari 2025.

Rombongan yang dipimpin el presidente PGW Indonesia, 'Al Habib' Deni Sugandi itu lalu menunggu hujan reda di warung yang juga merangkap pengelola curug. Ditemani menu khas Indonesia -mie instan, kopi, gorengan, dan pastinya kerupuk- perbincangan hangat pun terjadi. Andi Lala, salah seorang peserta yang juga adik kelas saya sewaktu di SMA, mengatakan bila mie instan sudah ia pesan sewaktu saya melaksanakan ibadah sholat dzuhur tadi.

Saya juga menyempatkan berbincang dengan Monsieur Christope Deyer, Direktur Institut Français Indonésie IFI Bandung yang untuk ke-2 kalinya menjadi peserta. 

"Saya sudah mengunjungi banyak negara di Asia, terutama Jepang dan Cina. Mereka semua baik, semua ramah. tetapi tidak sehangat seperti di Indonesia," kisahnya saat mengisahkan kesannya mengikuti GeoUrban untuk kedua kalinya. 

"Di sini terlihat santai, banyak senyum, dan juga bercanda," tambah pria bule yang sering disebut Kang Asep oleh para koleganya di IFI, juga oleh kami

"iya, wajar," timpal saya. 

"Hampir di seluruh Indonesia ya seperti ini, bahkan di luar Jawa, di komunitas masyarakat yang terlihat 'galak' dan 'kasar', suasananya selalu hangat seperti ini."

Saya menimpali perbincangan itu dengan selintas ingatan saat mengunjungi beberapa pulau di luar Jawa di masa lalu. Misalnya saat beberapa minggu di Pandan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara di 2007 silam.

Ada pandangan stereotip di masyarakat Sunda bila orang Batak (demikian urang Sunda menyebut warga Sumatera Utara yang sebetuknya multi etnis) itu galak-galak yang tampak dari intonasi dan nada bicaranya. Tetapi dua minggu di Pandan, mengkoreksi pandangan itu.

Pengendara sepeda motor melintasi jalan padati yang dirintis pengusaha Belanda P.W. Hofland dan Bupati Rd. Rangga Martanegara pada tahun 1847. 

Mereka, orang-orang Batak itu, ramah-ramah, full senyum, dan bicaranya pun santai. Tidak ada intonasi yang berat, tegas, dan keras seperti yang terdengar dari orang Batak totok yang belum lama tinggal di Bandung.

"Itu kan teknik survival aja Bang, namanya juga orang merantau. Mereka lebih defensif," jelas Con sambil terkekeh saat berbincang soal pandangan saya terhadap kebisaan perantauan Batak di tanah Sunda. Con atau Robinson, adalah pengemudi yayasan yang memperkerjakan saya saat itu. Con  lahir besar di Pulau Nias, pulau di laut Selatan pantai Sibolga yang indah dan mempesona.

Perbincangan dengan Christope yang ngaler ngidul, terhenti saat hujan reda. Kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan GeoUrban yang masih panjang. 

Sepanjang perjalanan, perbincangan  itu masih  terngiang. Soal keramahan orang Indonesia dalam kesan Christope yang sudah melanglang buana ke banyak tempat di benua Asia. Saya tiba-tiba teringat dengan perbincangan entah kapan bersama Mang Ayod alias Aom Prima, sahabat saya di ITJ Bandung.

Mata air Cipabeasan di kaki gunung Bukit Tunggul yang mengalir menjadi anak sungai di DAS Cipunegara

"Nya heueuh atuh Mang, urang Sunda mah teu kudu ngumbara. Teu kudu perang jeung batur parebut sumber daya. Nanaonan atuh, sagala geus aya, geus nyampak," ujar menak Sumedang jebolan ISIP Unpad itu.

Tiga perbincangan di tiga waktu berbeda, dengan orang berbeda, tempat berbeda, dan tema yang berbeda itu mengantarkan saya pada suatu perspektif yang lebih menjelaskan apa yang disampaikan Christope soal orang keramahan orang Indonesia yang tercipta karena dukungan geologi dan alamnya.

Sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang banyak, cuaca dan iklim yang hangat, minimnya konflik membuat bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya di Asia. seringkali kita dianggap malas dan terbelakang oleh bangsa lain yang tampaknya lebih tangguh, lebih sering berperang, lebih sering konflik perebutan wilayah dan sumber daya alam.

Padahal kita sebetulnya tidak malas seperti yang diklaim Mochtar Lubis dalam pidato kebudayannya di TIM Jakarta tahun 1977.  Kita dikaruniai banyak kemudahan oleh Alloh SWT melalui alam ciptaan-Nya di alam tropis ini yang membutuhkan sedikit usaha saja untuk menggunakannya.

Berbagai jenis varietas tanaman tumbuh subur di tanah Indonesia berbagai fauna hidup dan berkembang biak di Indonesia.Suatu hal yang harus kita syukuri, walau gejolak politik selalu ada, bangsa Indonesia terbilang minim konflik.

Bentuk syukur atas karunia Alloh SWT itu tercermin dalam wajah dan perilaku orang Indonesia seperti yang digambarkan Christope dalam perbincangan di warung Curug Cipanoli. Keramahan dan kebaikan orang Indonesia, senyum yang selalu menghiasi wajah adalah karunia itu tersendiri.

Kita mungkin tidak superior bukan karena kita tidak mampu, tetapi karena kita mensyukuri semua nikmat yang diberkahi di bumi ini. Di bumi yang diberkahi ini kita diajarkan untuk tidak agresif dan rakus karena semua tersedia, semua terpenuhi.

📷 Panorama Subang dari ketinggian 1260 M DPL Bukanagara

Ricky N. Sastramihardja

Minggu, Januari 26, 2025

MENYADAP RUPIAH DARI GETAH

"Nya biasana mah 15 dinten sakali panénna mah," sebut saja Ma Ésih, saat dijumpai di kawasan hutan pinus Gunung Putri, Lembang, Jawa Barat (Jumat, 24 Januari 2025).

Ma Ésih menuturkan, sebelumnya ia menyadap pinus terlebih dahulu mereka menanami lahan yang dikuasai Perhutani itu dengan sayur-mayur. Namun karena kemudian menanami lereng dengan sayuran menyebabkan banjir di kawasan bawah (Lembang, Bandung Kota), maka mereka beralih menjadi penyadap getah pinus.

"Sadaya dipasihan ti Perhutani. Ti mimiti binih, gemuk, dugi ka alat-alat kanggo nyadap geutah ti ngawitan batok, émbér tepi ka alat kanggo ngabacok."

 "Pokona mah asal kersa wé midamelna. Teu kedah setoran, teu aya sewa lahan," paparnya.

Ma Ésih juga menceritakan bila di musim penghujan seperti sekarang, produksi getah yang bisa disadap lebih sedikit dibanding di saat musim kemarau. Batok penampung sadapan -yang sudah diganti dengan mangkok plastik- selain berisi getah Pinus merkusii, juga berisi air.

"Nya margi obat-obatan kanggo ngaluarkeun geutahna kahujanan ongkoh, teu nerap," imbuhnya. 

Memang terlihat dalam satu mangkok tidak terisi penuh getah pinus. Tetapi bercampur juga dengan air hujan.

Getah tersebut kemudian ditampung dalam ember untuk kemudian dialihkan ke jerigen atau sejenisnya sebelum dikiri ke pengepul. Kelak getah tersebut akan diolah menjadi gondorukem, arpus, atau produk olahan lainya seperti terpentin dan pernis.

Siklus menyadap getah pinus per 15 hari itu tentu saja memiliki nilai ekonomi. Bagi Ma Ésih, selama pohon pinus masih di rentang usia produktif antara 10-15 tahun masih bisa disadap. "Nya dugi ka garingna wé daunna, dugi ka coklat. Hartosna tos teu tiasa ngageutah deui tangkalna."

Ricky N. Sastramihardja


Rabu, Januari 22, 2025

PAGAR NAGA - PUISI TOTO ST RADIK


Pagar Naga

pagar bambu 30,16 kilometer itu

menjelma jadi ribuan naga

melepas kainkain segel yang

mudah dirobek angin laut asin


"jalesveva jayamahe!

satu dicabut

dua terbilang!" 


dari pantai utara jakarta

pagar naga menyerang tangerang

melaju ke karangantu 

menerjang ke pulau panjang

menghentak bojonegara dan merak

mengepung kawasan di sukajaya


"akulah naga

penguasa laut jawa!"


tak ada mulut bisa terbuka

semua sedang mengunyah

siapa bersuara

tersedaklah

2025

📷 ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa./

Selasa, Januari 21, 2025

KEMENANGAN HAMAS DI GAZA


Yang berhasil dicapai selama perang 470 hari:

1. Hamas lah yang menentukan syarat gencatan senjata.

2. Memaksa Israel membebaskan ribuan tawanan.

3. Membunuh ribuan Tentara zionis.

4. Menghancurkan 1500 tank merkava.

5. 30 ribu orang di pihak pasukan pendudukan terluka.

6. Menyebabkan 150.000 warga zionis mengungsi 

7. Menghancurkan posisi tentara pendudukan dan mengalahkannya.

8. Mengakibatkan kerugian ekonomi Israel senilai 34 Miliar Dollar.

9. Menghentikan roda perekonomian Israel.

10. Kesepakatan mencakup pembangunan kembali Gaza.

11. Kesepakatan mencakup bebas masuknya bantuan ke Gaza.

12. Mundurnya tentara zionis dari seluruh wilayah yang didudukinya,

13. Menghentikan laju normalisasi Arab-Israel.

14. Membuat pimpinan Israel menjadi Penjahat Perang Internasional.

15. Isyu penghentian bantuan bagi Israel dari AS & Eropa menggema kencang. Termasuk masifnya boikot terhadap produk-produk yang selama ini membantu Israel.

16. Rontok sudah mitos kehebatan kecerdasan, kekuatan militer & kehebatan spionase Israel. Di kawasan yang hanya seluas 360 km2 dengan pasukan penuh; tak sejengkalpun tujuan militer mereka peroleh.

Afwan Riyadi

Sabtu, Januari 18, 2025

AMBER DALAM BUDAYA POPULER

 

Amber atau fosil resin pohon kuno sudah lama dimanfaatkan manusia untuk menjadi perhiasan atau ornamen. Selain itu beberapa budaya, amber digunakan juga untuk pengobatan tradisional. 

Amber terbentuk selama jutaan tahun. Proses ini dimulai ketika resin atau getah pohon mengalir keluar dari pohon yang terluka. Resin ini kemudian mengeras dan terawetkan selama ribuan hingga jutaan tahun. Selama periode waktu yang sangat panjang ini, resin mengalami proses fosilisasi dan berubah menjadi amber.

Dalam proses pembentukan amber ini memungkinkan memerangkap jasad binatang-binatang kecil atau serangga masa lalu. Tumbuhan atau benda-benda kecil dari masa lalu pun sangat dimungkinkan terperangkap  dan kemudian terawetkan bersama amber dalam masa jutaan tahun silam.

Di Indonesia, amber dapat ditemukan di Sumatra dan di Jawa Barat. Di Sumatera, amber ditemukan di deposit batubara di Pegunungan Bukit Barisan, sisi barat Sumatra. Amber yang ditemukan di sini berwarna hitam, ada yang berwana biru neon atau fluorensce, ada juga hijau neon. 

Amber yang ditemukan di Sumatera berasal dari Formasi Sinamar, terbentuk sekitar 30 juta tahun yang lalu dari  fosil hutan kuno pohon Hymenaea Protera (spesies ini sekarang punah). Di bawah sinar UV, amber ini memancarkan warna biru langit yang indah, paling terang di bawah gelombang panjang. 

Sedangkan di Jawa Barat, amber dapat ditemukan di Curug Buhud Kabupaten Sumedang berasal dari Formasi Kaliwangun yang mengandung fosil moluska yang didominasi oleh gastropoda dan bivalvia. Formasi ini terdiri dari beberapa siklus sedimentasi yang mengandung lapisan cangkang moluska.

Setiap siklus sedimentasi umumnya terdiri dari empat jenis lapisan batuan yang mengandung cangkang moluska. Amber yang ditemukan di daerah ini memberikan informasi berharga tentang kehidupan purba dan kondisi lingkungan pada masa itu.

Nyamuk yang terperangkap di dalam amber di spin off Film Jurrasic Park

Karena kemudian amber menjadi bagian dari kebudayaaan manusia, amber juga muncul dalam kebudayaan populer. Sebut saja amber dalam  spin off Jurassic Park, serial TV The X-Files, serta dalam serial TV Supernatural. Di gim vidio, amber atau disebut latikayu dalam bahasa Indonesia, muncul gim komputer Resident Evil 2, Resident Evil 3: Nemesis dan Resident Evil 4: Remake dan  The Witcher.

Di film Jurassic Park, diceritakan amber yang ditemukan yang berwarna kuning mengawetkan seekor nyamuk. Nyamuk yang terfosilkan tersebut kemudian diekstraksi para ahli, dipelajari DNA-nya dan dari kandungan DNA-nya, kemudian dikreasiulang menjadi berbagai macam dinosaurus yang hidup di Jurassic Park.

Asumsi dalam film itu, nyamuk tersebut sejaman dengan jaman dinosaurus yang hidup di periode Jura  antara 200-145 juta tahun yang lalu . Periode Jura ini berada di era Mesozoikum dimana menjadi masa kemunculan dan kejayaan dinosaurus dari berbagai spesies.

John Hammond, tokoh dalam Jurassic Park, berpendapat bila ilmuwan bisa menemukan jejak darah dinosaurus di dalam tubuh nyamuk yang hidup dan mati dalam periode yang sama. Pendapat CEO InGen itu ternyata benar. Para ilmuwan kemudian menemukan cara untuk menghidupkan kembali dinosaurus melalui nyamuk yang terperangkap menjadi fosil di dalam amber atau katilayu.

Tapi tentu saja itu hanya bagian dari cerita dalam film. Karena pada faktanya, belum pernah ada seorang ilmuwan pun yang mampu memulihkan DNA kuno dari amber dari zaman Mesozoikum dari masa 200 juta hingga 66 juta tahun silam.

Dari laman jurassic-pedia disebut bila perkiraan bahwa amber dapat mengawetkan DNA hingga seratus juta tahun dihitung oleh Bada, Wang, dan Hamilton pada tahun 1999 (Philos Trans R Soc Lond B Vol. 354 hal. 77 – 97). Tetapi pada tahun 2013 Dr. David Penney dan rekan-rekannya di University of Manchester tidak dapat memulihkan DNA dari serangga yang ditemukan dalam holosen kopal yang lebih muda daripada katilayu.


Sedangkan di dalam gim komputer Resident Evil 4, amber menjadi subyek utama cerita. Di mana amber mengawetkan parasit kuno yang disebut 'Las Plagas'. Di mana Las Plagas ini dapat digunakan untuk mengendalikan pikiran manusia yang terinfeksi serta membuat manusia dapat memeiliki mutasi mengerikan yang digolongkan sebagai BOW atau Bio-Organic Weapon.

Di gim komputer Resident Evil 2 dan Resident Evil 3: Nemesis, amber muncul sebagai key item yang digunakan untuk memecahkan teka-teki di gim berjenis survival-horror tersebut. 

Sedangkan di gim komputer The Witcher  amber digunakan oleh Geralt of Rivia, tokoh utama gim komputer ini, sebagai bahan untuk crafting berbagai ramuan dan artefak yang bersifat magis. Amber di gim ini diaggap sebagai bahan kimia yang memiliki kekuataan magis.

Sedangkan di serial TV X-Files yang dibintangi David Duchony sebagai Fox Mulder dan Gillian Anderson sebagai Scully, amber muncul untuk mengawetkan alien dan juga manusia yang memiliki kemampuan tertentu.


Ricky N. Sastramihardja

1. Shell Bed Identification of Kaliwangu Formation and its Sedimentary Cycle Significance, Sumedang, West Java. Aswan, S. Rijani, and Y. Rizal, 2013. PDF. Indonesian Journal of Geology, Vol. 8 No. 1 March 2013: 1-11 diunduh dari download.garuda.kemdikbud.go.id., 18 Januari 2025.

2. Amber, Sumatra, Indonesia. Chris Clemens di situs Nature's Raibows.com, 12 April 2020. Diakses 18 Januari 2025. https://www.naturesrainbows.com/post/2020/04/12/amber-sumatra-indonesia

3. Resident Evil 4 Remake. Diakses 18 Januari 2024. https://www.vg247.com/games/resident-evil-4-remake

4. Resident Evil Wiki. Diakses 18 Januari 2024.  https://residentevil.fandom.com/wiki/Resident_Evil_Wiki

5.Katilayu (batu). Wikipedia. Diakses 11 Januari 2025. https://id.wikipedia.org/wiki/Katilayu_(batu) 

6. Amber (film universe). Jurassicwiki.com. Diakses 11 Januari 2025. https://www.jurassicwiki.com/wiki/Amber_(Film_Universe) 

7. Amber (C/N) / (S/F) / (L/M) / (JN) / (CB). jurassic-pedia.com. Diakses 11 Januari 2025. https://www.jurassic-pedia.com/amber/

8. Amber. Diakses 11 Januari 2025. https://jurassicpark.fandom.com/wiki/Amber

9. The X-Files Wiki. Diakses 18 Januari 2024. https://x-files.fandom.com/wiki/Main_Page

10. Amber. The Witcher Fandom.com Diakses 18 Januari 2024. https://witcher.fandom.com/wiki/Amber


Sabtu, Januari 11, 2025

MELACAK JEJAK JAMAN JURASSIC DI SUMEDANG

Amber yang ditemukan di Curug Buhud Sumedang

John Hammond berpendapat bila ilmuwan bisa menemukan jejak darah dinosaurus di dalam tubuh nyamuk yang hidup dan mati dalam periode yang sama. Pendapat CEO InGen itu ternyata benar. Para ilmuwan kemudian menemukan cara untuk menghidupkan kembali dinosaurus melalui nyamuk yang terperangkap menjadi fosil di dalam amber atau katilayu.

Tapi tentu saja itu hanya bagian dari cerita dalam film Jurassic Park. Karena pada faktanya, belum pernah ada seorang ilmuwan pun yang mampu memulihkan DNA kuno dari amber dari zaman Mesozoikum (252 juta hingga 66 juta tahun silam). 

Dari laman jurassic-pedia disebut bila perkiraan bahwa amber dapat mengawetkan DNA hingga seratus juta tahun dihitung oleh Bada, Wang, dan Hamilton pada tahun 1999 (Philos Trans R Soc Lond B Vol. 354 hal. 77 – 97). Tetapi pada tahun 2013 Dr. David Penney dan rekan-rekannya di University of Manchester tidak dapat memulihkan DNA dari serangga yang ditemukan dalam holosen kopal yang lebih muda daripada katilayu.

Fosil siput laut Zaria angulata

Lalu di mana saja amber dapat ditemukan? Amber dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia. Seperti juga misalnya di Sumedang, tepatnya di Curug Buhud, Cikandung Sumedang. Dalam kegiatan GeoUrban bersama PGWI, Rabu 8 Januari 2025, ditemukan amber di aliran sungai Cikandung Sumedang. Amber adalah resin atau getah kayu yang terfosilkan sejak jaman mesozoikum atau lebih muda.

Amber yang ditemukan berwarna hitam mirip dengan obsidian. Namun lebih ringan dan tidak tajam. Tentu saja tidak ditemukan fosil nyamuk seperti dalam film Jurassic Park. Tetapi keberadaan amber menunjukan bila kawasan Tanjung Medar Sumedang memiliki kekayaan informasi dari jaman 'Jurassic Park' alias Mesozoikum.

Menariknya, di Curug Buhud juga ditemukan fosil moluska dari jaman baheula. Fosil siput laut (Zaria angulata) juga Simping pinggir (Placuna plasenta) dapat ditemukan di lapisan tanah lempung di Curug Buhud.Penemuan dua fosil tersebut tentu saja menjadi menarik karena memberikan petunjuk bila di masa jutaan tahun silam, di masa sebelum jaman mesozoikum, Sumedang adalah lautan dalam. 

Penemuan amber juga memberi petunjuk bila setelah lautan tersebut berubah menjadi daratan yang di atasnya terdapat hutan. Di mana kemudian menjadi lintasan sungai dan dan air terjun dalam proses pembentukan rupa bumi secara geologis.

Curug Buhud Sumedang

Berada di ketinggian sekitar 350 m dpl, Curug Buhud ini merupakan curug bertingkat yang menjadi pertemuan tiga sungai yakni Cikandung, Cipedes, dan Cipicung. Selain tersembunyi, untuk mencapai curug juga harus melewati pekarangan dan lahan milik warga. 

Cukup unik karena harus melewati melalui bangunan milik warga karena pada saat itu tidak (belum) menemukan akses jalan lain. Di mana saat pulang, pintu bangunan terkunci sehingga kami harus meminta pemilik rumah membuka selot pintu.

Curug Buhud juga dimanfaatkan warga sekitar untuk mencari ikan dengan cara menjala (ngecrik). Beberapa lainnya mencari limbah plastik yang mungkin mengalir dari wilayah di atasnya. 

Hal yang harus diperhatikan saat menyusuri sungai di Curug Buhud ini adalah memperhatikan cuaca di hulu. Jangan sampai saat berada di curug sementara di bagian hulu cuaca mendung atau hujan, karena bahaya banjir bandang bisa saja terjadi tanpa diduga. 

Selain itu disarankan untuk memakai sepatu, tidak memakai sendal. Lebih disarankan menggunakan sepatu boot karet yang tingginya menutup betis. Karena potensi gangguan binatang melata yang berbisa cukup tinggi.

Ricky N. Sastramihardja

Referensi:

1.  Katilayu (batu). Wikipedia. Diakses 11 Januari 2025. https://id.wikipedia.org/wiki/Katilayu_(batu) 

2. Amber (film universe). Jurassicwiki.com. Diakses 11 Januari 2025.https://www.jurassicwiki.com/wiki/Amber_(Film_Universe) 

3. Amber (C/N) / (S/F) / (L/M) / (JN) / (CB). jurassic-pedia.com. Diakses 11 Januari 2025. https://www.jurassic-pedia.com/amber/

4. Tanjungmedar Dilalui Cikandung. denidugandi.com. Diakses 11 Januari 2025. https://blog.denisugandi.com/tanjungmedar-dilalui-cikandung/


Selasa, Januari 07, 2025

CETBANG PAJAJARAN DI PERANG BUBAT


DURMA

Di kapal amat banyak orang Sunda

bersiap berjaga-jaga

Dan para awak kapal

memasang meriam

Peluru 'nyembur bagai penabur

lepas secepat kilat

menghambur ke mana-mana

(Kidung Sunda II. Terjemahan Haksan Wirasutisna, Balai Pustaka 1980)

Dari naskah Kidung Sunda yang diperkirakan ditulis di akhir abad ke-15, dikisahkan bila pada Perang Bubat antara Majapahit dan Kerajaan Sunda, pasukan Sunda menggunakan meriam yang dipasang di kapal-kapal mereka.

Kidung sunda menyebutkan bila pasukan Sunda memiliki juru-modya ning bedil besar ing Bahitra alias operator meriam besar.

 Meriam Kalantaka koleksi Kerajaan Sumedang Larang yang merupakan hadiah dari VOC di abad ke-16.

Begitu juga pasukan Majapahit dan sekutunya, kedua belah pihak sama-sama telah menggunakan senjata api (meriam/kanon) dalam pertempuran tidak seimbang yang menyebabkan Prabu Linggabuana gugur di tahun 1357 M. 

Lalu sejak kapan mesiu mulai digunakan oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara? Diperkirakan mesiu dan meriam mulai digunakan pada saat Raden Wijaya dan Pasukan Mongol bekerja sama untuk menggulingkan Kartanegara dari puncak Kerajaan Singasari pada tahun 1293 M.

Bangsa Cina sendiri diperkirakan sudah menggunkaan mesiu dan amunisi sejak abad ke-10. Pada masa awal perkembangannya, kanon Cina dibuat dari potongan bambu,

Interaksi dengan pasukan Mongol tersebut membuat senjata api yang kemudian dikenal sebagai meriam cetbang (dari asal kata chongtong), menjadi hal yang biasa. Apalagi banyak ahli-ahli logam di Nusantara yang bisa membuat cetbang dari coran perunggu. Bahkan bahan bubuk mesiu pun tersedia antara lain di Lamongan.


Pada perkembangan selanjutnya, cetbang terdiri dari juga jenis, yakni yang pelurunya dimasukkan dari belakang sebagai pengaruh Cina, serta peluru meriam yang dimasukkan dari depan sebagai pengaruh Kekhalifahan Turki Utsmani.

Cetbang pada masa itu bervariasi, mulai berukuran 1 meter yang bisa dijadikan hand cannon, hingga meriam besar sepanjang 3 meter. Pada perkembangan selanjutnya, diperkirakan juga kerajaan-kerajaan mulai menggunakan senapan atau bedil dorlok (semacam flintlock).

Urang Sunda sendiri menyebut meriam sebagai bedil sundut atau lodong. Mungkin berasal dari kata chongtong yang bila diserap ke bahasa Jawa menjadi cetbang.

Ricky N. Sastramihardja

7 Juni 2023, disempurnakan dan diperbaiki 7 Januari 2025

Gambar/foto:

1. Kapal Galai Banten, dengan 4 meriam di satu sisinya. Johann Theodor de Bry  and Johann Israel de Bry 1599.

2. Meriam Kalantaka koleksi Kerajaan Sumedang Larang yang merupakan hadiah dari VOC di abad ke-16.

3. Cetbang yang ditemukan di Sungai Brantas, Jawa Timur. 

4. Cetbang koleksi Kerajaan Sumedang Larang yang terdapat di Museum Geusan Ulun

Referensi:

1. Kidung Sunda II. Penterjemah: Haksan Wirasutisna. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROYEK PENERBITAN BUKU BACAAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Jakarta. 1980. Berkas digital dari https://repositori.kemdikbud.go.id/23884/1/KIDUNG%20SUNDA%20II.pdf Diunduh 6 Januari 2025

2. Cetbang. Wikipedia. Diakses 6 Januari 2025 https://id.wikipedia.org/wiki/Cetbang

3. Kapal-Kapal Kesultanan Banten yang Canggih dari Kesaksian VOC. Galih Pranata, National Geographic.grid.id, Jumat 1 Juli 2022. Diakses 6 Januari 2023 https://nationalgeographic.grid.id/read/133354258/kapal-kapal-kesultanan-banten-yang-canggih-dari-kesaksian-voc?page=all

4. Ghali (kapal). Wikipedia. Diakses 6 Januari 2025 https://id.wikipedia.org/wiki/Ghali_%28kapal%29 

5. Koleksi Benda Museum. Koleksi Benda Museum Keraton Sumedang Larang. https://virtualtour.sumedangkab.go.id/benda-pusaka/

Senin, Januari 06, 2025

SKANDAL SEKS RAJA-RAJA SUNDA

Seks menjadi hal yang tabu dibicarakan di masa lalu. Selain karena berhubungan dengan kehormatan, juga bila dilakukan tidak dengan pasangan resmi akan menjadi kisah perzinahan alias skandal. 

Hal tersebut disadari penting oleh penulis naskah kuno Carita Parahiangan. Naskah yang menggunakan huruf Sunda Kuno dan bahasa Sunda Kuno itu dengan gamblang mengungkap perzinahan yang dilakukan raja, juga 'prameswari' permaisuri.  Bahkan anak hasil zina pun turut mewarnai sejarah perebutan kekuasaan di antara urang Sunda di masa ratusan tahun silam.

VI. Ngareungeu tatabeuhan humung gumuruh tanpa parungon, tatabeuhan di Galuh. Pulang ka Galuh teter nu ngigel.

Sadatang ka buruan ageung, carék Rahiyangtang Mandiminyak, "Sang Apatih, na saha éta?" "Béjana nu ngigel di buruan ageung." "Éta bawa sinjang saparagi, iweu kéh pamalaan aing. Téhér bawa ku kita keudeukeudeu!"

Leumpang sang apatih ka buruan ageung, dibaan ka kadatwan na Pwah Rababu. Dipirabi ku Rahiyangtang Mandiminyak, dirabi kasiahan na Pwah rababu. Diseuweu patemuan, dingaranan Sang Salah.

Carék Rahiyang Sempakwaja, "Rababu leumpang! Ku siya bwatkeun budak éta ka Rahiyangtang Mandiminyak. Anteurkeun patemuan siya Sang Salahtwah."

Barang ngadéngé tatabeuhan ngaguruh teu puguh rungukeuneunana, tatabeuhan di Galuh, Pwah Rababu terus mulang ka Galuh di dinya téh taya kendatna nu ngigel.

Sadatangna kaburuan ageung, cek Rahiangtang Mandiminyak: "Patih, na naon éta téh?"

"Béjana nu ngigel di buruan ageung!"

"Éta bawa pakéan awéwé sapangadeg, sina marek ka dieu. Keun tanggungan aing. Geuwat bawa sacara paksa!"

Patih indit ka buruan ageung. Pwah Rababu dibawa ka kadaton. Dipirabi ku Rahiangtang Mandiminyak. Kacida bogohna ka Pwah Rababu. Tina sapatemonna, nya lahir anak lalaki dingaranan Sang Salah.

Carék Rahiang Sempakwaja: "Rababu jig indit. Ku sia bikeun éta budak ka Rahiangtang Mandiminyak, hasil jinah sia, Sang Salahlampah.

Dalam tafsir yang dibuat Oleh Abdurrachman dkk dalam "Carita Parahiangan: Ringkasan, Konteks Sejarah Isi Naskah dan Peta" (1990) disebut bila Mandiminyak menggauli kakak iparnya, Pwah Rababu atau disebut di naskah Wangsakerta sebagai Dewi Wulansari. Adapun suami sah Dewi Wulansari adalah Sempakwaja, kakak kandung Mandiminyak.

Hasil perzinahan itu menyebabkan Dewi Wulansari hamil dan lalu melahirkan seorang anak yang diberi nama Sang Salah atau Sang Sena. 

Perhatikan: Dalam transkripsi naskah disebut Sang Salah atau Salahlampah sedang dalam transliterasi oleh Atja disebut sebagai Sang Sena. 

Begitu juga dalam tafsir Abdurrachman dkk, bila di transkripsi dan transliterasi naskah disebut Pwah Rababu Dalam tafsir disebut Pwah Rababu itu Dewi Wulansari. Kisah ini diperkirakan terjadi di masa kekuasaan Wretikandayun antara 670-702 M.

Kelak Sang Salahlampah atau Sena atau Bratasena ini akan menjadi Raja Galuh dengan gelar Sang Senna Rajaputra Linggabhuwana menggantikan ayahnya, Mandiminyak. 

Sang Sena ini pula yang kelak memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang kelak menjadi pendiri kerajaan Medang Mataram Kuno pada tahun 732 M. Candi Prambanan adalah salah satu peninggalan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu. 

Peta Bogor lama buatan VOC tahun 1701 yang masih memuat lokasi kerajan Pajajaran.

Skandal seks lainnya dalam kronik sejarah Sunda masih berlanjut di keturunan Sanjaya. Disebut bila setelah Sanjaya menjadi Raja Galuh dan Raja sunda, memilih ia berdomisili ibukota karajaan Sunda, di wilayah yang kita kenal sekarang sebagai Bogor. 

Sedangkan Galuh, tepatnya di wilayah yang kita kenal sebagai Kawali Ciamis, dikuasakan pada Prabu Permanadikusumah sebagai raja taklukan. Untuk mengawasi kinerja sang prabu, ditempatkanlah Raden Anom Barmawijaya atau Rahyang Tamperan yang berstatus sebagai duta patih atau wakil raja. 

Ternyata Barmawijaya ini tergoda pada Dewi Pangrenyep, istri kedua Prabu Permanadikusumah. Di suatu hari di saat Prabu Permanadikusumah sedang bertapa, Bramawijaya menggoda Dewi Pangrenyep hingga terjadi perzinahan.

Dari perzinahan itu lahirlah seorang bayi laki-laki yang bernama Raden Kamarasa atau Dang Arya Banga. Atau di dalam naskah Carita Parahiangan disebut sebagai Rahiyang Banga. 

Dalam tradisi lisan masyarakat Sunda Rahiyang Banga ini disebut sebagai Hariang Banga, Ia adalah tokoh antagonis yang bersebrangan dengan Sang Manarah atau dikenal sebagai Ciung Wanara atau Sang Surotama. Sang Manarah ini adalah kakaknya beda ibu, dari istri pertama Prabu Permanadikusumah yakni Dewi Naganingrum.

Tradisi lisan Ciung Wanara ini diperkirakan benar terjadi di abad ke-7 . Yakni perebutan kekuasaan antara kakak beradik, Hariang Banga melawan Ciung Wanara yang kemudian dimenangkan oleh Ciung Wanara.

Hariang Banga kemudian menjadi raja di Kerajaan Sunda, sedangkan Sang Manarah menjadi raja di Kerajaan Galuh. Kisah ini diperkirakan terjadi tahun 723 - 740 M.

XV. Tembey Sang Resi Guru ngayuga taraju Jawadipa, taraju ma inya Gulunggung, Jawa ma ti wétan.

Di pamana Sunda hana pandita sakti, ngaraniya Bagawat Sajalajala, pinejahan tanpa dosa. Mangjanma inya Sang Manarah, anak Rahiyang Tamperan, dwa sapilanceukan denung Rahiyang Banga.

Sang Manarah males hutang; Rahiyang Tamperan sinikep deneng anaknira. Ku Sang Manarah dipanjara wesi na Rahiyang Tamperan. Datang Rahiyang Banga, ceurik, teher mawakeun sekul kana panjara wesi, kanyahoan ku Sang Manarah. Tuluy diprangrang deung Rahiyang Banga. Keuna mukana Rahiyang Banga ku Sang Manarah.

Ti inya Sang Manarah adeg ratu di Jawa pawwatan.

Carék Jawana, Rahiyang Tamperan lawasniya adeg ratu tujuh tahun, kena twah siya bogoh ngarusak nu ditapa, mana siya hanteu heubeul adeg ratu.

Sang Manarah, lawasniya adeg ratu dalapanpuluh tahun, kena rampés na agama. Sang Manisri lawas adeg ratu geneppuluh tahun, kena isis di Sanghiyang Siksa. Sang Tariwulan lawasniya ratu tujuh tahun. Sang Welengan lawasniya ratu tujuh tahun.

Mimiti Sang Resi Guru ngawangun kuta pulo Jawa, kutana téh nya éta Galunggung, ti wétana Jawa.

Di wates Sunda, aya pandita sakti, dipaténi tanpa dosa, ngaranna Bagawat Sajalajala. Atma pandita téh nitis, nya jadi Sang Manarah. Anakna Rahiang Tamperan duaan jeung dulurna Rahiang Banga.

Sang Manarah males pati. Rahiang Tamperan ditangkep ku anakna, ku Sang Manarah. Dipanjara beusi Rahiang Tamperan téh.

Rahiang Banga datang bari ceurik, sarta mawa sangu kana panjara beusi téa. Kanyahoan ku Sang Manarah, tuluy gelut jeung Rahiang Banga. Keuna beungeutna Rahiang Banga ku Sang Manarah.

Ti dinya Sang Manarah ngadeg ratu di Jawa, mangrupa persembahan.

Nurutkeun carita Jawa, Rahiang Tamperan lilana ngadeg raja tujuh taun, lantaran polahna resep ngarusak nu tapa, mana teu lana nyekel kakawasaanana ogé.

Sang Manarah, lilana jadi ratu dalapanpuluh taun, lantaran tabéatna hadé. Sang Manisri lilana jadi ratu genep puluh taun, lantaran pengkuh ngagem Sanghiang Siksa. Sang Tariwulan lawasna jadi ratu tujuh taun.Sang Welengan lawasna jadi ratu tujuh taun.

Tidak hanya itu, skandal juga membuat Raja Galuh jatuh dari kekuasaannya. Raja Galuh yang disebut dalam bagian ke-18 naskah Carita Parahiangan hanya berkuasa 7 tahun saja karena mencintai istri larangan.

XVIII. Tohaan di Galuh, inya nu surup di Gunungtiga. Lawasniya ratu tujuh tahun, kena salah twah bogoh ka éstri larangan ti kaluaran.

Diganti ku Tohaan Galuh, enya éta nu hilang di Gunungtiga. Lawasna jadi ratu tujuh taun, lantaran salah tindak bogoh ka awéwé larangan ti kaluaran.

Kalau disesuaikan dengan tafsir Abduracman dkk yang berdasar Wangsakerta, bila Tohaan di Galuh yang dimaksud sepertinya adalah Prabu Dewa Niskala. "Pada tahun 1404 Saka (1482/1483 Masehi) Kerajaan Galuh berkabung. Raja Galuh Prabhu Dewa Niskala meninggal dunia, setelah berkuasa selama 7 tahun," tulisnya. 

***

Selain itu, masih ada lagi skandal cinta yang terjadi. Kali ini adalah antara Prabu Geusan Ulun, yang memerintah Sumedang selama 23 tahun dari 1578-1601 M, dengan Ratu Harisbaya. Prabu Geusan Ulun pada saat itu sudah memiliki prameswari yakni Nyi Mas Cukang Gedeng Waru. Sedangkan Harisbaya adalah istri ke dua Sultan Cirebon, Panembahan Ratu 1.

Sebelumnya di masa mudanya,  Geusan Ulun atau Pangeran Angkawijaya pernah menjalin hubungan dengan Harisbaya. Yakni saat mereka masih belajar di Kerajaan Pajang menjadi Murid Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir. Harisbaya adalah putri Madura yang mengabdikan diri dan magang di Kerajaan Pajang.

Usai sebuah pertemuan di Cirebon, Geusan Ulun melarikan Harisbaya yang saat itu sedang hamil muda. Akibatnya terjadi peperangan antara Kerajaan Sumedang Larang dan Kasultanan Cirebon. Perang tersebut berlangsung selama tiga tahun dan baru berhenti setelah adanya ikrar perdamaian. Sumedang Larang akhirnya menyerahkan sebagian wilayahnya, yakni Sindangkasih Majalengka, untuk 'membeli' talak dari Panembahan Ratu 1 untuk Ratu Harisbaya. 

Ricky N. Sastramihardja

📷 Ilustrasi Bing AI Generated, Peta  Cornelis Coops & Michiel Rams/VOC. 1701. Natioonal-Archief

Referensi: 

1. Naskah Carita Parahyangan. Dedi Kusmayadi Soerialaga. Academia.edu, diakses 3 Januari 2025. https://www.academia.edu/45578452/NASKAH_CARITA_PARAHYANGAN

2. CARITA PARAHIANGAN Ringkasan, Konteks Sejarah Isi Naskah dan Peta. Abdurrachman, Eti RS, Edi S. Ekadjati. Yayasan Pembangunan Jawa Barat Tim Pengembangan Naskah Wangsakerta. 1990. Versi digital, diakses 4 Januari 2025. https://sundadigi.com/bacaan/detail/125

3. Perbedaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. Verelladevanka Adrymartanino, Tri Indriawati. Kompas.com, 22 Februari 2023. Diakses 6 Januari 2025. https://www.kompas.com/stori/read/2023/02/22/180000979/perbedaan-wangsa-sanjaya-dan-wangsa-syailendra

4. Kisah Prabu Geusan Ulun, Pesonanya Membuat Ratu Harisbaya Rela Mati dan Tinggalkan Takhta. Anicolha. SINDONews, 24 Juni 2022. Diakses 6 Januari 2025. https://daerah.sindonews.com/read/806981/29/kisah-prabu-geusan-ulun-pesonanya-membuat-ratu-harisbaya-rela-mati-dan-tinggalkan-takhta-1655993198

5. Sejarah Singkat Raja Sumedang Larang Prabu Geusan Ulun. Sabtu, 7 Mei 2011. TarungNews, diakses 6 Januari 2025. https://www.tarungnews.com/profile/2497/sejarah-singkat-raja-sumedang-larang-prabu-geusan-ulun.html

6. KISAH CINTA SEGITIGA, Ratu Maha Cantik Harisbaya, Panembahan Ratu dan Geusan Ulun. Rahman Prayitno Sodikin/Portal Majalengka, 26 Mei 2024. Diakses 6 Januari 2025. https://portalmajalengka.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-838133689/kisah-cinta-segitiga-ratu-maha-cantik-harisbaya-panembahan-ratu-dan-geusan-ulun?page=all

Jumat, Januari 03, 2025

BUKIT TUNGGUL ATAU BEUTI TUNGGUL?


Urang Sunda menggunakan kata 'pasir' untuk merujuk ke bukit atau gunung kecil. Tetapi ada perkecualian pada Gunung Bukit Tunggul, Bandung Utara, Gunung Bukit Jarian, Jatinangor Sumedang, serta Gunung Bukit Cula Ciparay. Ke tiga gunung itu menggunakan kata bukit, bukan pasir yang notabene merupakan kata asli dalam basa Sunda. Di seluruh Tatar Sunda, diperkirakan hanya ada tiga gunung  yang menyandang nama bukit.

Urang Sunda menggunakan kata 'pasir' untuk membedakan bukit dengan gunung. Dalam kamus Sunda LBSS, pasir didefinikan sebagai 1. gunung leutik j. handap. 

Sedangkan Rigg mendefinikan Pasir sebagai: a hill, a ridge, something less than a mountain. This word seems to be derived from Pa, the usual prefix, and Sir, the noise made by wind passing over a hill, or past any obstacle. Pare pasir, upland paddy, such as is grown on Pasirs.

Dalam Peta Rupabumi Digital Indonesia  Lembar 1209-314 Lembang, Gunung Bukit Tunggul memiliki ketinggian 2.206 m dpl. Merupakan kawasan hutan montana dan sub montana yang juga memiliki kekayaan budaya berupa situs Babalongan. 

Punden berundak-undak di Situs Babalongan menjadi saksi bisu zaman megalitik. Selain itu Gunung Bukit Tunggul erat kaitannya dengan 'sasakala' Legenda Sangkuriang. Di mana Bukit Tunggul dalam cerita masyarakat Sunda dianggap sebagai tumpukan tunggul kayu yang dibuang Sangkuriang saat membangun danau raksasa untuk 'mahugi' merayu Dayang Sumbi.

Sedangkan Gunung Bukit Jarian berada di 'halaman' Universitas Padjadjaran Jatinangor. Dalam Peta Rupabumi Digital Indonesia 1:25.000 Lembar 1209-321 Cicalengka. Edisi I-2001 Bakorsutanal, tinggi Gunung Bukit Jarian adalah 1173 m dpl, sedikit lebih rendah dibanding Gunung Geulis yang tingginya mencapai 1281 m dpl. 

Adapun Gunung Bukit Cula Ciparay Kabupaten Bandung berada di 1.073 m dpl. Gunung Bukit Cula ini berhubungan erat dengan perjuangan dan pelarian Dipati Ukur dari kejaran pasukan Sultan Agung Mataram pada tahun 1628.

Gunung Bukit Jarian (1173 m dpl)  dari puncak Gunung Geulis (1281 m dpl).
September 2014.

Gunung Bukit Jarian sepertinya sama dengan Gunung Geulis. Mengutip dari denisugandi.com, gunung Geulis merupakan intrusi batuan beku, berwarna abu-abu gelap menandakan komposisi mineralnya andesitik. Dicirikan dengan tekstur porfiritik, struktur amigdaloidal dan mendaung mineral piroksen serta ampibhole. 

Dalam keterangan peta geologi Lembar Bandung (Silitonga, 2003), merupakan intrusi Andesit Gunung Geulis. Umurnya Oligosen (Suhada dkk., 2007), menerobos Anggota Batulempung Formasi Subang yang menjemari dengan Anggota Batupasir Formasi Subang. Di atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Kaliwangu berumur Miosen Atas.

***

Kembali ke penggunaan kata bukit alih-alih kata pasir, membuat Jonathan Rigg  heran. Penyusun kamus Sunda- Inggris pada tahun 1862 itu menganggap bila kata bukit merupakan serapan dari bahasa Melayu dan itu mengherankannya karena lokasi dua bukit itu berada jauh di pedalaman bukan di pesisir.

Bukit, This word is properly Malay, and means a hill, not a mountain. It occurs in only two solitary instances in the Sunda districts, as applied to mountains, and these are the Bukit Tunggul and Bukit Jarian , two mountains in Bandong. Bukit Tunggul means „Stump Hill"; it is on the boundary line between the Pamanukan Estate and Sumedang. The tradition of the country says that here was felled the tree which was to form the Prahu which is supposed to still exist in the adjoining Tangkuban Prahu, which see. The Bukit Tunggul is a rather conical hill and bears a rude resemblance to the stump of a fallen tree. It is strange that these solitary instances of Bukit should occur in the interior of the Sunda districts, surrounded by otherwise purely Sunda names. Had it been on the coast , we might have imagined some ancient Malay colony settled near it. As it now is, it looks as if the Sunda people had hunted a name out of a foreign language to designate a mountain which it appeared to them anomalous to call a Gunung, with the word Tunggul = stump of a tree, affixed to it. Tulis Rigg dalam "A Dictionary of The Sunda Language of Java".

Anggota Batavian Society of Arts and Sciende itu menuliskan kebingungannya dalam kamus yang lebih mirip dengan ensiklopedi itu. Karena tidak hanya menjelaskan arti kata tetapi memberi sedikit penjelasan pada kata-kata tersebut.

Kebingungan itu juga menjalar pada khalayak di abad setelahnya. Sebut saja misalnya Almarhum Budi Brahmantyo yang di Kompasiana menulis bila nama Bukit Tunggul itu terasa aneh. Ia menemukan fakta bila pada peta-peta lama buatan Belanda sebelum tahun 1960 ditulis sebagai Gunung Bukittunggul (tanpa spasi).

"Jadi mana yang benar? Apakah Bukittunggul itu gunung atau bukit? Dilihat dari ketinggiannya yang mencapai 2209 m di atas permukaan laut rata-rata, jelaslah Bukittunggul merupakan sebuah gunung. Bandingkan dengan Tangkubanparahu 2084 m dpl. atau bahkan Manglayang 1717 m dpl. Keduanya mendapatkan awalan G di depannya, menunjukkan nama gunung," tulis Budi yang merupakan geologis, aktivis, juga Koordinator Riset Cekungan Bandung (KRCB).

Budi akhirnya mendapat pencerahan bila ada kemungkinan Belanda salah menuliskan Bukit Tunggul. Bukan bukit tetapi seharusnya 'beuti' atau umbi. Beuti Tunggul. Dari salah seorang sahabatnya Budi mendapat keterangan melalui tulisan lama M. Purbohadidjojo berjudul “Disekitar Nama Gunung Tangkubanperahu,” halaman 23 – 26 dalam  Majalah Bahasa dan Budaja, tahun III No. 5 Djuni 1955.

"Menurut lit. 5 nama itu tadinja Beuti Tunggul (beuti=umbi), tetapi karena kesalahan pemetaan berubah mendjadi Bukit Tunggul. Lit. 5 pada daftar pustaka merujuk pada: PIJL, L.v.d. Wandelgids voor den Tangkoeban Prahoe, Bandoeng Vooruit, Serie no. 5.," tulis Purbohadidjojo dalam catatan kaki tulisannya yang dikutip Budi.

Pertanyaan kemudian adalah benarkah basa Sunda tidak mengenal kata bukit? Benarkah bukit itu serapan dari bahasa Melayu seperti yang diasumsikan Rigg?

***

Ternyata, Ameng layaran alias Bujangga Manik juga menggunakan kata /bukit/ alih-alih /pasir/. Dalam naskah kuno Bujangga Manik yang diperkirakan ditulis di akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15. Kata /bukit/ disebut sebanyak 34 kali misalnya di baris 63 (bukit Ageung), 77 (bukit C(e)remay) 696 (bukit Caru), 675 (bukit Timbun), dan seterusnya.

Menariknya lagi, Bujangga Manik atau Pangeran Jaya Pakuan menyebut bukit itu pada beberapa gunung yang sekarang disebut gunung: Bukit Ceremai, Bukit  Merapi, Bukit Cikuray, Bukit Patuha, Bukit Burangrang.

Sedangkan kata 'pasir' yang sekarang dikenal sebagai bukit, hanya disebutkan dua kali. Yakni di baris 1134 dan 1190 saat menyebut Pasir Batang. Nama Pasir Batang ini juga merupakan nama yang cukup umum di Jawa Barat. Bahkan dalam cerita rakyat Lutung Kasarung, Pasir Batang Anu Girang adalah nama kerajaan yang diperintah oleh Prabu Tapa Agung.

G. Boekit Toenggoel dan G. Bukit Djarian. Oldsmaponline.org

Soal penyebutan bukit alih-alih pasir oleh Bujangga Manik bisa saja karena Bujangga Manik terpengaruh oleh bahasa Melayu. Bujangga Manik tinggal di Pakancilan, di Pakuan yang sekarang dikenal berada di kawasan Bogor,  yang tentunya lebih dekat ke kawasan pesisir (Sunda Kelapa). Di mana memungkinkan Bujangga Manik untuk berinteraksi dengan etnis lain. 

Bujangga Manik sangat mungkin juga bisa berbahasa Melayu, seperti halnya urang Sunda sekarang yang menjadi poliglot. Bahkan bukan tidak mungkin ia juga bisa berbahasa Jawa dan Bali,  mengingat perjalanannya dari Pakuan hingga Bali.

Tetapi bila saat itu ia sudah berinteraksi dengan orang Melayu, menjadi menarik karena dalam naskahnya itu disebut Noorduyn tidak mengandung kata-kata dari bahasa Arab. Padahal di masa itu etnis Melayu dipercaya sudah menganut Islam dan mungkin sudah menyerap banyak kata dari bahasa Arab. Bisa jadi pada saat itu Islam belum masuk ke Tatar Sunda seperti asumsi Noorduyn. 

Walau untuk asumsi Noorduyn ini saya sedikit meragukan mengingat menurut Rokhmin Dahuri seperti dikutip dari historia.id, ada tokoh bernama Haji Purwa yang sudah berislam sejak tahun 1300an di Galuh. Namun pengaruh Hindu yang masih kuat pada masa itu membuat Haji Purwa belum bisa mengislamkan Galuh. Haji Purwa atau Bratalegawa atau Haji Baharuddin Al Jawi kemudian pindah dari Galuh ke Cirebon pada tahun 1337.

Sedangkan naskah Carita Parahiangan yang kemungkinan ditulis setelah Bujangga Manik, menyebut bila keruntuhan Kerajaan Pakuan Pajajaran salah satunya disebabkan karena banyaknya penduduk yang sudah memeluk Islam. Namun menurut Hendra M. Astari, tidak pernah ditemukan jejak peninggalan Islam di kawasan Pakuan Pajajaran walau disebut dalam Carita Parahiangan. 

Bisa jadi bukan Islam yang belum masuk ke Tatar Sunda, tetapi belum masuk ke istana Galuh Pakuan. Mengingat pada masa itu agama Hindu yang dianut Bujangga Manik adalah agama resmi kerajaan. Sedangkan di luar istana, masyarakat dibebaskan memeluk agama apa saja, termasuk Islam.

Tapi tentu saja asumsi-asumsi itu perlu diteliti lebih lanjut, baik oleh para sejarawan, maupun filolog. Sejatinya tulisan ini hanya ingin mengungkap bila sebetulnya urang Sunda juga mengenal kata bukit seperti yang terdapat dalam naskah Bujangga Manik.

 Jadi bisa saja memang nama Bukit Tunggul itu ya Bukit Tunggul, bukan Beuti Tunggul seperti yang dijelaskan oleh Budi Brahmantyo berdasar catatan kaki M. Purbohadidjojo.

Tapi bisa jadi Purbohadidjojo yang betul, yang benar adalah Beuti Tunggul mengingat kecurigaan Rigg juga beralasan dan senada dengan temuan Purbohadidjojo. 

Jadi mau Bukit Tunggul atau Beuti Tunggul? Bukit Jarian atau Pasir Jarian? Bukit Cula atau Pasir Cula?

Ricky N. Sastramihardja

📷 PeakFinder App for Android. 25 Desember 2024.

Referensi:

1. A Dictionary of Sunda Language of Java. Jonathan Rigg, Lange & Co, Batavia, 1862, PDF.

2. Kamus Umum Basa Sunda. LBSS. Geger Sunten Bandung, Citakan ka sapuluh, Oktober 2007.

3. Peta Rupabumi Digital Indonesia 1:25.000 Lembar 1209-321 Cicalengka. Edisi I-2001 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional/Bakorsutanal.

4. Peta Rupabumi Digital Indonesia 1:25.000 Lembar 1209-314 Lembang. Edisi I-2001 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional/Bakorsutanal.

5. Muslim Pertama Tatar Sunda. M. Fazil Pamungkas. Historia.id, 27 Juli 2019. Diakses 3 Januari 2025. https://historia.id/agama/articles/muslim-pertama-di-tatar-sunda-DLBBQ/page/1

6. Sejarah Penyebaran Islam di Tatar Sunda: dari Cirebon ke Bogor, hingga Kiprah Pangeran Sake. mui-bogor.org, 1 Oktober 2024. Diakses 3 Januari 2025. https://mui-bogor.org/index.php/berita/sejarah-penyebaran-islam-di-tatar-sunda-dari-cirebon-ke-bogor-hingga-kiprah-pangeran-sake/

7. Bujangga Manik dan Studi Sunda, Hawe Setiawan. Makalah Pdf dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/HAWE_SETIAWAN/makalah/Bujangga_Manik.pdf. Diakses 3 Januari 2025.

8. Aspek Kebudayaan Dalam Toponimi pada Naskah Bujangga Manik: Kajian Linguistik Antropologi. Salehudin Salehudin, Gugun Gunardi. Metahumaniora April 2022. Diakses 3 Januari 2025. https://www.researchgate.net/publication/367599580_Aspek_Kebudayaan_Dalam_Toponimi_pada_Naskah_Bujangga_Manik_Kajian_Linguistik_Antropologi

9. Beutitunggul: Teka-Teki Toponim Bukittunggul. Budi Brahmantyo, Kompasiana.com 9 Juni 2015. Diakses 3 Januari 2025.

https://www.kompasiana.com/bbrahmantyo/559e27e4d17e61f7060ef000/beutitunggul-teka-teki-toponim-bukittunggul

10. Bujangga Manik (naskah). Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Bujangga_Manik_(naskah)

11. Gunung Bukit Tunggul Mengungkap Pesona dan Sejarahnya. Shelterjelajah.com, 4 Juni 2024. Diakses  3 Januari 2025.

https://shelterjelajah.com/gunung-bukit-tunggul-mengungkap-pesona-dan-sejarahnya/

12. Tabir Lawang Kori dan Curug Buhud Tanjungmedar. Deni Sugandi, www.denisugandi.com. 30 Desember 2024. Diakses 3 Januari 2025. 

https://blog.denisugandi.com/tabir-lawang-kori-dan-curug-buhud-tanjungmedar/

13. Bukit Jarian. SumedangTandang.com. Diakses 3 Januari 2025. https://sumedangtandang.com/direktori/detail/bukit-jarian.htm#:~:text=Bukit%20Jarian%20merupakan%20sebuah%20bukit%20yang%20berada%20di,rangkaian%20perbukitan%20yang%20berada%20di%20deretan%20Gunung%20Geulis.

14. West Java, uit: Atlas van Nederlandsch Oost-Indië / samengest. door Topographisch Bureau te Batavia van 1897-1904.Topographisch Bureau, Batavia.1898. Diakses 3 Januari 2025. https://www.oldmapsonline.org/en/maps/867a8945-d4f6-48fc-841b-52090111e946?gid=0cfae186-ff91-4160-bd74-946d487e2df5#position=9.4764/-6.7838/107.7208&year=1898

PERSIB (HARUS) HANCURKAN MITOS PARUH MUSIM!


Menyisakan satu pertandingan tunda melawan Bali United, Persib Bandung mengunci juara paruh musim Liga 1 musim 2024-2025 ini. Tambahan tiga angka dari Solo setelah menumbangkan tuan rumah Persis Solo pada 29 Desember 2024, membuat Persib menyalip posisi Persebaya Surabaya yang berpekan-pekan sebelumnya berada di puncak klasemen. Persib mengantungi 38 angka dari 16 pertandingan dan menyisakan 1 pertandingan tunda pada tanggal 7 Januari 2025 mendatang.

Menariknya, tidak semua Bobotoh riang dengan raihan juara paruh musim ini. Mereka umumnya Bobotoh senior yang mengalami pedasnya kenyataan di paruh ke dua kompetisi, Persib justru melempem. Padahal sebelumnya menjuarai putaran satu. Sebut saja musim 2006-2007 saat dibesut oleh Arcan Iurie. Begitu juga saat dilatih oleh Mario Gomez di musim 2017-2018.

Mitos yang beredar adalah karena berdasar data siapapun yang menjuarai paruh musim, biasanya melempem di putaran ke-2.Sebut saja yang terdekat, Borneo FC yang menjuarai paruh musim 2023/2024 namun di babak Championship malah melempem dan berakhir di peringkat 3. Begitu juga Bhayangkara FC yang menjuarai paruh musim 2020/2021. Selain melempem di paruh ke-2, tim 'siluman' tersebut kemudian terlempar ke Liga 2 di musim 2023/2024.

* * *

Ada catatan menarik soal juara paruh musim yang kemudian menjadi juara Liga 1. Sebut saja Bali United di musim 2019/2020, juga PSM Makassar di musim 2022/2023. Artinya siapapun yang menjadi juara paruh musim tetap berpeluang menjadi juara liga. Mitos juara paruh musim tidak akan menjadi juara liga, sudah batal dengan torehan Bali United dan PSM Makassar.

Tinggal bagaimana Persib mengelola tim saja di paruh ke-2 kompetisi. Pelajaran dari musim 2006/2007 adalah hati-hati melakukan transfer pemain masuk dan ke luar. Di masa itu Persib malah mendatangkan pemain yang pada putaran ke-2 justru tidak berkontribusi apapun. Sedangkan pemain yang berpengaruh, malah dipinjamkan ke klub lain.

"Mengawali persiapan putaran dua musim 2006, Arcan Iurie sedikit merombak kekuatan Persib Bandung dengan mendatangkan pemain asing berposisi gelandang serang asal Rumania, Leo Chitescu.

Kehadiran Chitescu membuat Persib harus melepas satu pemain asing karena melebihi kuota. Iurie pun meminjamkan pemain bertahan asal Kamerun, Nyeck Nyobe ke Persela Lamongan.

Dengan hadirnya Chitescu, harapannya bisa mendongkrak ketajaman Persib yang sedang memimpin klasemen sementara Liga Indonesia 2007.

Sayang kehadiran Chitescu bukan membuat Persib semakin kukuh. Sebaliknya, Zaenal Arif dkk. justru malah terseok-seok. Harapan untuk menjadi juarapun semakin buyar. Terlebih para bobotoh makin menunjukkan kekecewaanya.

Hilangnya Nyeck, yang diplot sebagai bek tengah bersama Patricio Jimenez, justru membuat lini pertahanan tidak setangguh seperti putaran pertama." demikian tulis Erwin Snaz di Bola.com, 16 Mei 2020. (https://www.bola.com/indonesia/read/4255250/kisah-arcan-iurie-bersama-persib-sempat-melesat-dan-terpuruk-kemudian)

Di musim 2017/2018, Persib gagal meraih juara walau menjadi juara paruh musim. Hal ini ditengarai oleh merosotnya permainan Persib di putaran ke-2 yang dilakukan di luar kandang sebagai imbas kejadian tewasnya seorang suporter Persija di GBLA. Sampai akhir musim Persib harus menjadi musafir jauh dari publiknya yang sepertinya membuat mental pemain jatuh. Belum lagi dicurigai kemungkinan Mario Gomez pada saat itu tidak memaksimalkan pasukannya akibat ada permintaannya tidak dipenuhi manajemen. Terbukti, Gomez tidak diperpanjang kontraknya dan musim berikutnya diganti Robert Rene Alberts.

Tentu saja besar harapan Bobotoh bila Persib bisa mematahkan, bahkan menghancurkan mitos sesat itu. Apalagi Persib di 2024/2025 ini belum terkalahkan atau unbeaten selama 16 pertandingan putaran 1. Bobotoh berharap Persib back to back kembali menjuarai kompetisi liga musim 2024/2025 ini. Karena bila Persib juara lagi, maka ada mitos lain yang ikut hancur: Persib hanya bisa juara bila menggunakan format turnamen di akhir liga seperti musim 2013/2014, atau 2023/2024.

Hayu Sib, bisa. Hancurkan mitos dan kembali juara back to back!

Ricky N. Sastramihardja

📷 IG Persib