Jumat, Januari 03, 2025

PERSIB (HARUS) HANCURKAN MITOS PARUH MUSIM!


Menyisakan satu pertandingan tunda melawan Bali United, Persib Bandung mengunci juara paruh musim Liga 1 musim 2024-2025 ini. Tambahan tiga angka dari Solo setelah menumbangkan tuan rumah Persis Solo pada 29 Desember 2024, membuat Persib menyalip posisi Persebaya Surabaya yang berpekan-pekan sebelumnya berada di puncak klasemen. Persib mengantungi 38 angka dari 16 pertandingan dan menyisakan 1 pertandingan tunda pada tanggal 7 Januari 2025 mendatang.

Menariknya, tidak semua Bobotoh riang dengan raihan juara paruh musim ini. Mereka umumnya Bobotoh senior yang mengalami pedasnya kenyataan di paruh ke dua kompetisi, Persib justru melempem. Padahal sebelumnya menjuarai putaran satu. Sebut saja musim 2006-2007 saat dibesut oleh Arcan Iurie. Begitu juga saat dilatih oleh Mario Gomez di musim 2017-2018.

Mitos yang beredar adalah karena berdasar data siapapun yang menjuarai paruh musim, biasanya melempem di putaran ke-2.Sebut saja yang terdekat, Borneo FC yang menjuarai paruh musim 2023/2024 namun di babak Championship malah melempem dan berakhir di peringkat 3. Begitu juga Bhayangkara FC yang menjuarai paruh musim 2020/2021. Selain melempem di paruh ke-2, tim 'siluman' tersebut kemudian terlempar ke Liga 2 di musim 2023/2024.

* * *

Ada catatan menarik soal juara paruh musim yang kemudian menjadi juara Liga 1. Sebut saja Bali United di musim 2019/2020, juga PSM Makassar di musim 2022/2023. Artinya siapapun yang menjadi juara paruh musim tetap berpeluang menjadi juara liga. Mitos juara paruh musim tidak akan menjadi juara liga, sudah batal dengan torehan Bali United dan PSM Makassar.

Tinggal bagaimana Persib mengelola tim saja di paruh ke-2 kompetisi. Pelajaran dari musim 2006/2007 adalah hati-hati melakukan transfer pemain masuk dan ke luar. Di masa itu Persib malah mendatangkan pemain yang pada putaran ke-2 justru tidak berkontribusi apapun. Sedangkan pemain yang berpengaruh, malah dipinjamkan ke klub lain.

"Mengawali persiapan putaran dua musim 2006, Arcan Iurie sedikit merombak kekuatan Persib Bandung dengan mendatangkan pemain asing berposisi gelandang serang asal Rumania, Leo Chitescu.

Kehadiran Chitescu membuat Persib harus melepas satu pemain asing karena melebihi kuota. Iurie pun meminjamkan pemain bertahan asal Kamerun, Nyeck Nyobe ke Persela Lamongan.

Dengan hadirnya Chitescu, harapannya bisa mendongkrak ketajaman Persib yang sedang memimpin klasemen sementara Liga Indonesia 2007.

Sayang kehadiran Chitescu bukan membuat Persib semakin kukuh. Sebaliknya, Zaenal Arif dkk. justru malah terseok-seok. Harapan untuk menjadi juarapun semakin buyar. Terlebih para bobotoh makin menunjukkan kekecewaanya.

Hilangnya Nyeck, yang diplot sebagai bek tengah bersama Patricio Jimenez, justru membuat lini pertahanan tidak setangguh seperti putaran pertama." demikian tulis Erwin Snaz di Bola.com, 16 Mei 2020. (https://www.bola.com/indonesia/read/4255250/kisah-arcan-iurie-bersama-persib-sempat-melesat-dan-terpuruk-kemudian)

Di musim 2017/2018, Persib gagal meraih juara walau menjadi juara paruh musim. Hal ini ditengarai oleh merosotnya permainan Persib di putaran ke-2 yang dilakukan di luar kandang sebagai imbas kejadian tewasnya seorang suporter Persija di GBLA. Sampai akhir musim Persib harus menjadi musafir jauh dari publiknya yang sepertinya membuat mental pemain jatuh. Belum lagi dicurigai kemungkinan Mario Gomez pada saat itu tidak memaksimalkan pasukannya akibat ada permintaannya tidak dipenuhi manajemen. Terbukti, Gomez tidak diperpanjang kontraknya dan musim berikutnya diganti Robert Rene Alberts.

Tentu saja besar harapan Bobotoh bila Persib bisa mematahkan, bahkan menghancurkan mitos sesat itu. Apalagi Persib di 2024/2025 ini belum terkalahkan atau unbeaten selama 16 pertandingan putaran 1. Bobotoh berharap Persib back to back kembali menjuarai kompetisi liga musim 2024/2025 ini. Karena bila Persib juara lagi, maka ada mitos lain yang ikut hancur: Persib hanya bisa juara bila menggunakan format turnamen di akhir liga seperti musim 2013/2014, atau 2023/2024.

Hayu Sib, bisa. Hancurkan mitos dan kembali juara back to back!

Ricky N. Sastramihardja

📷 IG Persib


Selasa, Desember 31, 2024

GUNUNG MANGLAYANG: SAAT MULUT BERTEMU LUTUT

Mendaki Manglayang Dari Batu Kuda, November 2008

Gunung Manglayang memang tidak terlalu tinggi, di bawah 2000 M dpl. Tepatnya 1824 M dpl berdasar Peta Rupabumi Indonesia lembar 1209-312 Ujung Berung. Tetapi tetap jangan dianggap enteng walau tingginya di bawah 2000 m dpl.

Saya baru mencapai puncak Manglayang di tahun 2008. Padahal selama 7 tahun lebih 'tinggal' di pekarangan Gunung Manglayang, di Jatinangor dari 1992-1999 sebagai mahasiswa Fakultas Sastra Unpad. 

Entah tahun berapa, mungkin sekitar 1997 atau 1998, pernah mencoba mendaki Manglayang dari Jatinangor.Tetapi pendakian dibatalkan di tengah perjalanan, padahal nyaris mencapai puncak. Penyebabnya ya tidak ada persiapan dan minim pengetahuan.

Jaman segitu masih modal nekad. Berangkat berkelompok dengan sahabat-sahabat Blue Hikers, berangkat bada magrib dari kampus tanpa pengetahuan, peralatan dan perlengkapan layak. Tepatnya lupa melewati jalur mana, tetapi sepertinya via Cadas Gantung dari Puncak Timur atau Baru Beureum.

Pendakian dihentikan setelah d tengah kegelapan batu-batu sebesar kepalan tangan hingga sebesar kepala berguguran. Bahkan seorang anggota rombongan, Yustina, nyaris masuk jurang dan selamat setelah bergelantungan di semak. Dari sekian belas orang, hanya 4 orang yang mencapai puncak. Itupun mereka mempertaruhkan nyawa karena persiapan dan peralatan yang tidak memadai saat melewati jalur Cadas Gantung.

Gunung Manglayang dari Kiara Payung, Oktober 2022

Semenjak itulah akhirnya mengambil keputusan: tidak lagi melakukan pendakian di malam hari karena tingkat bahaya yang berkalilipat tanpa disadari.

Sebelumnya juga pernah mencoba mendaki via Batu Kuda bersama teman-teman seangkatan di Sastra Sunda. Tetapi ternyata baru mencapai Batu Kuda di tengah malam, membuat kami kelelahan. Masa itu, sekitar 1993-1994, kami umumnya belum memiliki kendaraan bermotor. Otomatis harus berjalan kaki menanjak dari Cileunyi ke Batu Kuda selama berjam-jam.

Tahun 2008, mencapai puncak Manglayang dari Batu Kuda setelah ikut rombongan Sekolah Gunung High Camp, Jakarta. Kelompok pendaki yang berkumpul di mailing list dengan tajuk yang sama. Di mana saya bisa berkenalan dengan Bang Hendri Agustin, salah seorang pendaki senior yang sudah mendaki banyak gunung di Indonesia dan banyak gunung di luar negeri, termasuk Everest.

"Walau pendek, Manglayang itu gunung yang bikin mulut ketemu lutut," ujarnya untuk menggambarkan terjalnya Gunung Manglayang. Tenyata benar, walau tidak tinggi tetapi tanjakan di Manglayang memang cukup terjal. Dimana lutut bisa bertemu mulut karena harus menekuk dalam saat bertemu tanjakan.


Bang Hendri, Kang Ori, Kang tatang. Pendakian Manglayang bersama SGHC dengan model simulasi E-SAR, November 2008

Bahkan dari semua jalur yang pernah saya tempuh: Baru Beureum, Batukuda, hingga via Palintang. Manglayang yang disebut Ameng Layaran dalam catatan Bujangga Manik dari akhir abad ke-14 atau awal ke-15 sebagai Gunung Lalayang, tidak bisa diremehkan. Semuanya terjal.

Rekor terbaik pendakian Manglayang mungkin di tahun 2018 saat mempersiapkan diri mengikuti lomba lari trail BDG 100 Ultra kategori 25 km. Start dari Kampus Jatinangor menuju puncak via Barubeureum dan kembali lagi via jalan yang sama, ditempuh selama kurleb 7 jam 3 menit untuk jarak 25 km.


Manglayang mungkin jadi gunung yang paling sering dikunjungi hingga 2024 ini.Tentu saja karena kemudahan akses dari dan ke gunung yang terletak di timur laut Bandung itu. 

Selain itu, semenjak perkenalan bersama Bang Hendri itu tumbuh persfektif lain mengenai soal pendakian. Tidak ada gunung yang layak dikategorikan sebagai 'gunung untuk pemula'. Semua gunung memiliki potensi bahaya dan kesulitan masing-masing, terlepas dari jarak tempuhnya yang pendek atau ketinggiannya.

Sebisa mungkin saya membawa peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, yang disesuaikan dengan kondisi dan objektif pendakian. Minimal selalu membawa pisau, korek api, survival blanket.

Dalam catatan saya, Gunung Sangar yang konon 'ramah pemula' ternyata di musim hujan cukup menyulitkan bahkan berbahaya. 'Gunung' Bukit Guha Walet di Cihea yang hanya 737 m dpl, ternyata cuaca di sekitarnya cukup panas dan membuat saya 'menyerah' di 500 m dpl. Padahal di masa lalu, di bulan Juni 1996 saya pernah tiba di Puncak Rinjani Lombok dengan ketinggian 3726 m dpl dalam pendakian solo. 

Contoh lain: Gunung Tampomas di sebelah timur Kota Bandung tepatnya di Kabupaten Sumedang, tingginya hanya 1648 m dpl. Tetapi ada beberapa kejadian yang menelan korban jiwa. Mulai peziarah yang tersambar petir di puncak Tampomas, hingga 4 remaja yang tewas karena 'diduga' hipotermia. 

Gunung mengajarkan banyak hal. Meyakinkan diri bila persiapan mental, fisik, pengetahuan, peralatan dan perlengkapan yang layak, akan membantu kita mencapai tujuan. Perhitungan waktu, mengenali musim dan iklim juga penting. 

Saya mungkin bisa meninggalkan atau mengurangi trail running karena beberapa alasan, tetapi tak pernah bisa meninggalkan hiking dan trekking. Inilah catatan penutup 2024 mengenai aktivitas petualangan dan kegiatan luar ruang selama ini.

Ricky N. Sastramihardja

MARKING JALUR TREKKING: IHTIAR KECIL SEMOGA BERDAMPAK BESAR


Trekking ke Danau Urugan Lembah Tengkorak pada Rabu 25 Desember 2024 kemarin menjadi salah satu perjalanan yang menarik. Menarik karena dalam perjalanan sepanjang kurleb 14 km tersebut nyaris tidak mengeluarkan ponsel untuk memotret atau merekam video.

Nyaris, kecuali dua buah foto rumput yang diepret di ujung jalan makadam sebelum masuk ke jalan setapak menuju situ.

Pada perjalanan bersama seorang karib, Andi Lala, saya lebih terfokus untuk memasang tag atau marker sebagai petunjuk jalur. Hal tersebut sudah direncankan entah sejak kapan dan baru bisa terealisasi kemarin.

Itupun menggunakan material tag/marker bekas lomba lari ultra BDG100 2024. Pada perhelatan BDG100 2024 bulan September 2024 lalu, saya memang kembali menjadi panitia dan bertugas sebagai marshall di Cikole.


Marker pita plastik merah putih dan reflektor yang disapu tim sweeper yang seharusnya jadi sampah, saya manfaatkan untuk menandai jalur dari dan ke Situ Urugan yang berada di kawasan Perkebunan Kina Bukit Tunggul. Harapannya adalah sebagai ihtiar untuk menjadi petunjuk jalan bagi para trekker atau pengunjung yang berwisata ke Situ Urugan.

Apalagi dalam beberapa waktu terakhir terdengar kabar ada banyak pengunjung yang tersesat di hutan saat mau dan atau saat kembali dari situ. Salah satu kasus terparah adalah hilangnya seorang pengunjung di bulan November 2024 selama kurleb 8 hari.

Menurut Pak Maman, salah seorang petani yang bertemu di Warung Si Teteh sesaat setelah tiba kembali di pos awal, kawasan hutan Gn. Pangparang - Gn. Sanggara memang cukup menyulitkan. Selain karena masih lebat (Basa Sunda: leuweung gerot), juga karena ada banyak jalur pemburu atau pencari kayu. 

"Kirang-kirangna mah urang dieu gé aya wé nu ngadon mondok di leuweung da kalangsu", kisahnya. 

Tentu saja harapan marker yang dipasang bisa membantu siapapun yang melintas menuju dan dari situ. Selain marker, kami juga menambatkan webbing sepanjang 5 meter yang diharapkan bisa digunakan sebagai pegangan di turunan curam sebelum situ.

Tidak cukup memang, tapi mudah-mudahan membantu. Lain waktu semoga masih bisa ke situ, selain untuk aksi bersih-bersih sampah plastik yang banyak ditinggal di hutan, juga memasang webbing di jalur altenatif yang baru kemarin saya lewati. 

Itupun karena di saat pulang, dari semula hanya berdua dengan Mang Andi, menjadi bersembilan dengan pengunjung lain yang bertemu dan kemudian berkenalan, yang mereka kemudian menunjukan jalur pintasan lain.


Jalan pintas itu memang lebih pendek sekitar 1 km, dan meringkas waktu sekitar beberapa menit. Kelebihannya berjalan di tanah, lebih nyaman dan aman dibanding berjalan di bebatuan tajam yang menjadi khas jalan perkebunan.

Kembali ke perjalanan tanpa fotografi atau video, tentu saja karena ada Mang Andi yang rajin merekam perjalanan melalui kameranya. Bahkan dia juga menyempatkan menerbangkan drone setibanya di situ. Saya menikmati perjalanan tanpa foto itu tanpa rasa bersalah. Justru sangat menikmati.

Berpuluh tahun menjadikan foto dan video sebagai profesi, mendokumentasikan banyak kisah orang lain (baca: klien), membuat saya pada hari itu seolah terbebas dari kewajiban menggunakan kamera. Serasa merdeka.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Screen Capture video Andi Lala


Minggu, Desember 29, 2024

GUNUNG PALASARI, MENARIK UNTUK DIDAKI BERSAMA KELUARGA

Gunung Palasari dari Perkebunan Kina Bukit Tunggul

Gunung Palasari dengan ketinggian 1852 m dpl. Salah satu nama gunung yang disebut oleh Bujangga Manik dalam naskah Sunda Kuno yang diperkirakan ditulis pada akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15.

Sadiri aing ta inya,

leu(m)pang aing ngalér barat

Tehering milangan gunung:

itu ta bukit Karesi

itu ta bukit Langlayang

ti baratna Palasari

Bila Palasari yang disebut Bujangga Manik (Ameng Layaran) itu adalah Gunung Palasari yang berada di kawasan Bandung Timur Laut, tentu menjadi sangat menarik. Dari kutipan naskah di atas, Bujangga Manik sepertinya memandang Palasari dari arah timur, di mana ia bisa memandang juga gunung Lalayang (Manglayang?) dan bukit Karesi.

Apalagi Gunung Palasari kini menjadi gunung yang paling mudah diakses para penggemar kegiatan olahraga luar ruang. Terutama bagi mereka yang ingin merasakan sensasi mendaki gunung dengan biaya ringan, tidak terlalu melelahkan, terutama bagi mereka yang baru mulai suka.

Dari Tenda Biru di ketinggian sekitar 1575 m dpl, bisa didaki dengan memakan waktu tempuh kurang dari 60 menit. Dengan jarak hanya sekitar 1,06 km dan penambahan ketinggian (elevation gain) sekitar 350 m. 


Gunung Palasari yang masih merupakan bagian dari kawasan hutan Bandung Utara, juga bisa dicapai dari Dago Pakar. Jarak menuju puncak dari Bumi Herbal Dago berdasar keterangan para pelari trail yang bertemu di puncak, adalah sekitar 10 km yang ditempuh selama 3 jam.

Gunung Palasari juga merupakan hutan tropis yang masih cukup rapat dengan vegetasi yang beragam. Menjadi salah satu hutan 'beneran' yang masih terawat. Walau pasti terdesak oleh kebutuhan manusia akan lahan pertanian, wisata, atau pemukiman.

Selain itu, Gunung Palasari adalah bagian dari Sesar Lembang yang sedianya memanjang sepanjang kurleb 20 km dari Padalarang hingga Gunung Manglayang.


Bagi para pendaki, tetap disarankan membawa perbekalan yang layak dan secukupnya saat menaiki Gunung Palasari. Terutama air karena tidak ada sumber air di jalur pendakian.

Dari Bandung bisa dicapai melalui jalan Cigending Ujung Berung. Sedangkan dari Lembang, bisa ditempuh melalui jalan Maribaya-Cibodas yang menuju ke arah Cigending.

Jalan sudah hampir 100% dibeton dengan ada perkecualian di beberapa tempat ada sedikit ruas yang rusak akibat longsor atau pergerakan tanah.

Mohon diperhatikan bagi yang membawa kendaraan, kondisi mesin dan rem harus dipastikan prima. Terutama bila hendak turun melalui Tanjakan Panjang dari Palintang ke Cigending.

Ricky N. Sastramihardja

Kamis, Desember 26, 2024

CATATAN DARI PASIR GUHA WALET CIHEA


Panas! Hal itu sangat terasa saat menyusuri jalan mencari Guha Walet yang menjadi destinasi ke dua dalam Geo Urban ke-25, Ahad 22 Desember 2024 kemarin.

Berjalan di tengah hari di perbukitan karst Rajamandala yang terletak di Cihea, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat membuat mood merosot drastis. Saat dicek di altimeter, ketinggiannya sekitar 400 m dpl.

Lebih rendah dari Bandung yang berada di ketinggian 700 m dpl. 

Selain cuaca panas, hawa sekitar juga panas. Mungkin karena berada di kawasan kapur yang pada jaman dahulu kala merupakan lautan. Sepaket dengan Karst Citatah di Kabupaten Bandung Barat  yang menjadi tetangganya.



Apalagi Habib Deni mendadak mengubah destinasi, dari tujuan caving ke gua Walet, diubah menjadi mencari puncak bukit yang ternyata tidak ada jalurnya alias harus mencari jalur sendiri. Padahal saya mendadak sudah membeli helm yang menjadi syarat untuk melakukan kegiatan di dalam gua (speologi/caving).

Sempat salah jalan ke sisi lain tebing yang sama sekali tidak ada jalan setapak menuju gua apalagi puncak. Kecuali mau membuat jalur pemanjatan melewati tebing yang berdiri 90°, yang tentu saja memerlukan skill dan peralatan khusus. 



Beruntung bertemu Bah Ahim, warga setempat yang hendak ke kampung sebelah. 'Dibajak' oleh Habib Deni untuk mengantarkan ke puncak.

Lelaki yang berusia lebih dari 65 tahun itu dengan sigap membawa sebagian kecil rombongan. Termasuk di dalamnya ibu Vin, salah seorang peserta GeoUrban yang juga pelari Bandung Explorer. 

Wanita yang usianya sebaya Abah Ahim itu memang batere alkaline. Ngabret terus, enggak ada habis-habisnya. Saat di Gunung Sangar sepekan sebelumnya, beliau sendiri yang mencapai puncak Mega dari Puncak Sangar dan lalu bertemu di pos 3 saat pulang.



Hanya beberapa orang yang mencapai puncak Guha Walet di ketinggian sekitar 737 m dpl (Peta RBI 1999). Saya, Zarin dan Mang Odik memilih dikerubungi nyamuk di rumpun kebun pisang di lereng di ketinggian sekitar 500 m dpl. Sebagian lainnya balik ke kanan kembali ke titik awal pemberangkatan.

Puncak Guha Walet memang tidak tinggi, lebih cocok disebut pasir atau bukit. Tetapi ia bisa mematahkan semangat, nyali dan motivasi untuk mencapai puncaknya. Selain hawa panas, juga pada siang itu tidak ada angin bertiup sama sekali.


Bahkan hingga di puncak, menurut Mang Andi Layau,  "Euweuh angin-angin acan di luhur gé," katanya. Mang Andi, Bu Vin, Mang Deni, Adira, Baros, Mang Deden, Mang Askur dan Abah Ahim lah yang bisa mencapai puncak tinggi di Cihea itu. Mereka berhasil mengalahkan rasa malas dan udara panas yang membuat keringat deras mengucur tak berhenti.

GeoUrban ke-25 Ahad 22 Desember 2024 kemarin sebelum ke Cihea, adalah mengupas seulas soal Karst Citatah. Bertempat di Tebing 125 bersamaaan dengan kegiatan bersama antara APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia) juga PGWI (Pemandu geo Wisata Indonesia).

Ricky N. Sastramihardja

📷 Deni Sugandi, Ibu Vin
🎥 Andi Lala

Minggu, Desember 15, 2024

BENDA YANG HARUS DIBAWA SAAT TEKTOKAN


Mendaki gunung atau menjelajah kawasan hutan pergi pulang dalam satu hari kini dikenal sebagai tektokan. Entah dari mana istilah itu, tapi kata tektok cukup berima: tek dan tok.

Tapi  kita abaikan saja asal kata tektok. Tapi jelas bukan dari kata Tiktok. Lebih ingin bercerita apa yang harus dibawa saat tektokan. Lengkap dengan alasannya.

Disclaimer: tentu saja ini preferensi pribadi berdasar pengalaman dan kebutuhan. Setiap orang tentu memiliki kebutuhan berbeda.

1. Senter/headlamp. Benda ini sering diabaikan dengan alasan "ah sebentar aja kok, bakal udah nyampe lagi kok sebelum gelap". Padahal yang namanya aktivitas luar ruang, selalu ada resiko terlambat keluar hutan atau turun gunung sebelum gelap. 

2. Pisau lipat multifungsi.

3. Gunting kuku. Seringkali enggak sadar kalau kuku kaki sudah terlampau panjang hingga baru terasa mengganggu saat dipakai jalan kaki.

4. Peluit. Lebih menghemat tenaga daripada berteriak saat ada kejadian atau peristiwa yang berbahaya dan membutuhkan perhatian. Lebih nyaring juga lebih jauh frekuensi jangkauannya.

5. Pisau belati/bowie. 

6. Tali pita/webbing atau tali berjaket/kernmantel atau tali statik. 5 atau 10 meter, selalu berguna dalam banyak kesempatan. Rapia juga boleh. Bawa secukupnya.

7. Jas hujan sekali pakai atau disposable atau goresek. Bawa dua sekaligus. Lebih ringan daripada membawa raincoat, dan menghemat ruang di daypack.

8. Termos kecil untuk kopi/air panas (bila tidak membawa kompor lapangan).

9. Botol air 600 ml.

10. Water bladder 2 l.

11. Sunglasses

12. P3K dengan obat luka, plester/band aid, panadol, polysilene, juga  perban gulung elastis/elastic bandage.

13. Survival water filter straw.

14. Survival blanket.

15. Garam himalaya. Berguna untuk meredakan kram karena tubuh mengeluarkan natrium lebih banyak melalui keringat saat berkegiatan luar ruang berjam-jam.

16. Korek api gas. Di kondisi survival, api lebih dibutuhkan daripada kuota internet.

17. Power bank dan kabel.

18. Makanan ringan, permen, dan makanan berat.

19. Trekking pole.

20. Notes dan Alat tulis.

21. Topi dan bandana.

22. Keresek untuk membawa sampah kembali pulang ke peradaban.

23. Semuanya dikemas di running vest 10 lt. Bila tidak muat, bisa membawa tambahan daypack kecil 10 l atau tas pinggang 10 liter. Bisa juga dikemas di daypack 30 liter biar lebih ringkas. Bila masih muat bisa ditambahkan flysheet, tripod kecil, gimbal untuk ponsel.

24. Jangan lupa untuk mengunduh peta google offline sesuai kawasan yang dituju di ponsel kita. Tambahkan juga aplikasi Peakfinder (berbayar) dan Mapy.cz (ad ware). Aplikasi-aplikasi itu bisa digunakan tanpa sambungan internet.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Mang Umar




GUNUNG SANGAR: SESANGAR NAMANYA DI MUSIM HUJAN


Jangan menilai buku dari sampulnya. Demikian sebuah pepatah lama yang sepertinya disadur utuh dari pepatah dalam bahasa Inggris: don't judge the book by it's cover.

Begitu juga saat mendaki gunung. Jangan pernah menilai tingkat kesulitan dari tinggi rendahnya sebuah gunung. Atau bukit (basa Sunda: Pasir). Akan cukup 'menyesatkan' menilai dan mengkategorikan 'gunung untuk pemula' bagi gunung yang tingginya kurang dari 2000 m dpl.

Seperti halnya menilai Gunung Sangar yang terletak di Bandung Selatan. Gunung yang saat ini populer didaki berbagai kalangan terutama remaja dan muda usia karena aksesnya mudah dan tingginya 'hanya' 1690 mdpl (1655 m dpl di altimeter berbasis GPS, 1660 m dpl di peta aplikasi Mapy CZ yang berbasis pada peta Rupa Bumi Indonesia/RBI).



Pada pendakian kemarin, Sabtu 14 Desember 2024, cuaca buruk di kawasan Arjasari Kabupaten Bandung, tidak menyurutkan ratusan pendaki pemula maupun bangkotan untuk mendaki gunung Sangar yang sering dianggap 'ramah pemula'. 

Diperhatikan, sedikit sekali mereka menggunakan sepatu hiking, umumnya sepatu running atau sneaker casual. Padahal jalur mulai pos 1 hingga puncak licin parah. Bahkan tidak sedikit yang memakai sendal tali atau sendal jepit.

Jalur pendakian Gunung Sangar memang tidak terlalu terjal, cenderung landai. Bagi yang pernah mendaki Gunung Manglayang di timur Bandung (1818 m dpl), tentu akan tahu bedanya.

Tetapi guyuran hujan membuat jalur landai itu menjadi berbahaya. Tepat di depan mata, seorang ibu terlontar nyaris masuk jurang saat terpeleset. Beruntung sebagian tubuhnya tertahan semak di pinggiran jurang, dan kakinya dipegangi seorang pendaki lain yang masih satu rombongan.

Saat diperhatikan: memakai sneaker running/kasual dengan outsole datar tak bergerigi.



Menjelang puncak, seorang gadis remaja terpaksa harus melepas sepatunya yang jebol. Ngeri rasanya berjalan mendaki dan turun gunung tanpa alas kaki. Selain lebih licin, bebatuan yang tajam, akar serta batang pohon bisa melukai kaki.

Di saat turun, di pos 3 dua orang pendaki senior/master bercerita bila ia terhambat ke puncak karena harus mengevakuasi dulu seorang remaja usia SMP yang patah tangan akibat jatuh terpeleset saat turun dari puncak di antara pos 3 dan pos 2 /tanjakan Ebel.

Itulah beberapa kisah yang seharusnya membuat kita berfikir untuk tidak meremehkan gunung yang tidak terlalu tinggi. Apalagi di waktu musim hujan dengan cuaca buruk yang membuat jalur menjadi sangat licin.

Dari pos pendakian, jalur menuju ke puncak hanya sekitar 2,5 km dengan elevation gain/penambahan ketinggian ±500 m tapi membutuhkan waktu sekitar 2 jam 30 menit. Hal ini disebabkan antrian di beberapa ruas yang licin akibat banyak pendaki yang kesulitan melangkah. 

Bisa dibayangkan jalan setapak yang baru diguyur air hujan kemudian diinjak ratusan pasang kaki. Licin dan berbahaya saat menanjak atau menurun. Bahkan untuk mereka yang menggunakan sepatu hiking atau trail running dengan outsole bergerigi.

Jadi, memang jangan mengganggap enteng sebuah gunung hanya karena ketinggiannya. Cuaca bisa mengubah segalanya. Terlebih  tidak menggunakan sepatu khusus yang lebih layak, tidak berdoa dan melakukan pemanasan/stretching sebelum pendakian.

Ricky N. Sastramihardja

Tim: Mang Deni, Mang Yana Martin May, Mang Umar, Kang Nanang APGI

Sabtu, Desember 07, 2024

JAM MEKANIK: MASA LALU YANG MASIH BANYAK DIBURU


Setelah menggunakan jam tangan digital, quartz, dan smart watch akhirnya kembali mencicipi jam analog mekanik otomatis dengan rotor sebagai sumber energinya.

Bagaimanapun juga, jam mekanik memiliki banyak keajaiban tersendiri di mana di era smart watch yang semakin canggih, jam mekanik harganya malah semakin gila-gilaan, semakin banyak jenamanya (termasuk micro brand), dan semakin mengesankan. Padahal teknologinya tertinggal 100 tahun.

Jam tangan mekanik adalah salah satu keajaiban teknologi di mana manusia berusaha mensiasati dan mengenali waktu. Jenama-jenama dari Cina hadir untuk berbagai kalangan dengan harga dan kualitas bervariasi untuk kantong yang tipis (namun loba kahayang).

Bila beruntung bisa mendapatkan jam mekanik otomatis homage jenama Patek Phillipe Nautilus seharga kurang dari Rp. 150.000 di market place online. Beberapa homage Rolex, Breitling, dll dengan kualitas dan build quality yang bagus bisa didapat mulai dari harga Rp. 400.000 saja.

Memandang mesin jam mekanik otomatis bekerja itu menyenangkan dan menenangkan. Menerawang dalam alam pikiran, bagaimana tenaga kinetik diubah menjadi tenaga mekanik oleh rotor dan membuat mekanisme jam tangan bekerja selama 24 jam ke depan tanpa tenaga listrik seperti pada jam quartz atau digital atau smart watch.

Seperti memasuki dimensi lorong waktu tersendiri.

Beberapa jenama jam mekanik terkenal seperti Rolex, Patek Phillipe, Audemar Piguets, Breitling, dll memasang harga gila-gilaan untuk teknologi yang tertinggal 100 tahun dibanding smart watch.

Dengan bajet minimal di kisaran 1 sampai 10 jutaan, beberapa merk Jepang dengan akurasi yang sebetulnya tidak jauh berbeda bisa didapatkan dengan mudah. Di bawah itu ada beberapa jenama Cina dengan kualitas sesuai harga, bisa didapatkan si kantong tipis.

Menariknya, di dunia jam tangan atau horology, jiplak-menjiplak desain mendapat tempat tersendiri dan tidak merusak pasar desain jam yang dijiplaknya. Sebut saja Rolex Submariner yang desainnya banyak dijiplak jenama lain. Baik secara utuh atau per bagian.

Jiplakan yang umumnya menjiplak bentuk casing dan display itu disebut homage. Homage itu umumnya meniru desain-desain jam mewah (luxury) yang legendaris.

Homage itu bukan barang palsu, tetapi jam dengan jenama tersendiri yang desainnya menjiplak atau terinspirasi dari jenama lainnya. Seiko merilis SKX301 sebagai homage untuk Rolex Submariner. Begitu pula Casio yang merilis Duro MDV-106-1AVCF.

Bila untuk akurasi, jam digital atau jam quartz tentu sangat akurat dibanding jam mekanik. Apalagi smart watch yang dilengkapi banyak fitur yang berguna: mulai sensor cuaca hingga pengukur detak jantung sampai koneksi dengan satelit.

Tetapi jam mekanik dengan segala keterbatasan teknologinya, dengan akurasinya yang payah, tetap memanjakan hati, juga menguras dompet penggemarnya.

Jam mekanik otomatis seolah mengingatkan bila manusia adalah mahluk yang sebetulnya sulit untuk bisa tepat waktu. Mahluk yang tidak akan pernah bisa mengalahkan waktu.

📷Jam tangan Chen Xi, homage Patek Phillipe Nautilus 

Senin, Agustus 26, 2024

CATATAN RINGKAS DARI DISKUSI PUBLIK BAROEANG KA NOE NGARORA


Daeng Kanduruan Ardiwinata namanya. Dari susunan namanya kita menangkap ada perpaduan dua budaya yang berbeda: budaya Makassar dan budaya Sunda, karena D.K. Ardiwinata, demikian ia dikenal, adalah keturunan Makassar- Sunda.

D.K Ardiwinata merupakan seorang sastrawan Sunda yang menjadi tonggak penulisan novel atau roman (prosa) berbahasa Sunda. Pada tahun 1914, terbit sebuah buku novel berbahasa Sunda dengan judul "Baruang Ka Nu Ngarora" (Racun Masa Muda) yang enam tahun terbit lebih awal dibanding novel berbahasa Melayu/Indonesia, "Azab dan Sengsara" karya Merari Siregar (1920).

Dalam penelitian awal saya untuk keperluan skripsi sarjana di prodi sastra Sunda Unpad tahun 1997 silam, saya berasumsi (dan menyimpulkan dari awal) bila novel ini sangat mempengaruhi novel-novel berbahasa Sunda yang terbit selanjutnya. Tentu dengan tidak mengesampingkan novel "Gogoda Ka Nu Ngarora" (Godaan Untuk Kaum Muda) karya M.A. Salmun (1966) yang diklaim sebagai 'sekuel' "Baruang Ka Nu Ngarora".

Dengan metode kajian intertekstualitas, saat itu saya berharap menemukan banyak jejak dari novel "Baruang Ka Nu Ngarora" (selanjutnya: BKN) dalam teks novel yang lain. Secara ringkas, intertekstualitas memandang bahwa sebuah teks yang ditulis lebih kemudian mendasarkan diri pada teks-teks lain yang telah ditulis orang sebelumnya. 

Intertekstualitas merupakan salah satu sarana pemberian makna kepada sebuah teks sastra. Intertekstualitas dalam karya sastra adalah keterkaitan antara dua atau lebih teks sastra. Hubungan ini dapat mencakup kiasan, kutipan, parodi, terjemahan, dan lainnya.

Sebagai naskah pembanding lain, saya memilih beberapa novel dari beberapa periode yang berbeda. Novel "Rusiah Nu Goreng Patut" (Sukria-Yuhana 1930), "Dedeh" (Yus Rusamsi 1966) dan "Asmaramurka jeung Si Bedog Rajapati" (Ahmad Bakri, 1988). Dalam pengamatan saya, ketiga novel ini dicurigai memiliki banyak jejak dari novel BKN, terutama dari sisi tema yang dominan: percintaan dan permasalah dalam rumah tangga.

Dalam novel "Rusiah Nu Goreng Patut" (selanjutnya RNGP) , misalnya, jejak itu terdapat dalam penokohan tokoh utama, terutama tokoh lelaki. Digambarkan dalam BKN, tokoh utama protagonis (Ujang Kusen) adalah lelaki yang gagah, tampan, kaya raya. Sedangkan antagonisnya (Aom Usman) selain tampan dan berwibawa, kaya, juga anak atau keturunan bangsawan. Sangat bertolak belakang dengan tokoh Karnadi di dalam RNGP: jelek, miskin, tak berpendidikan, dan kurang adab. 

Sedangkan untuk semua protagonis perempuan yang digambarkan para pengarang di semua novel sepertinya adakah tipe perempuan ideal yang menjadi idaman semua lelaki: cantik, ramah, berharta, dan muda.

Bila BKN diterbitkan oleh Balai Pustaka atau Commisie voor de Inlandsche School en Volkslectuur, yang kemudian dianggap sebagai agen kolonialisme Belanda, RNGP diterbitkan oleh penerbit swasta Dachlan Bekti. Bahasan cukup mendetail mengenai hal ini ditulis Ajip Rosidi dalam "Manusia Sunda" (Inti Idayu Press, 1984).


Menariknya, setelah 25 tahun kemudian, setelah tidak menggeluti dunia penelitian sastra dengan intensif karena kesibukan yang berbeda dengan masa studi, novel BKN dan 'varian' interteksnya itu seolah tak bisa lepas dari kepala. Penelitian yang tak usai di masa skripsi karena mendadak harus berganti judul menjelang masa 'injury time' studi di tahun 1999, serasa meninggalkan utang pemikiran di kepala yang tak akan pernah bisa lunas.

Bahkan beberapa tahun setelah lulus saya berkesempatan bertemu dan berkawan dengan salah seorang buyut D.K Ardiwinata: Daeng Tata. Daeng Tata, yang sangat nyunda walau namanya bergelar nama Makassar. 

Tak disangka, Lopian, program yang digelar PDPBS (Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda) Unpad mengelar diskusi pertamanya tentang sastra dengan subyek bahasan utama novel BKN pada hari Rabu, 21 Agustus 2024 pekan lalu. Saya tidak bisa melewatkan diskusi ini dan alhamdulilah bisa hadir dan menyampaikan sedikit pandangan mengenai novel istimewa ini. Tentu tidak secara mendetail dan menyeluruh mengingat keterbatasan waktu, juga waktu yang nyaris mengubur semua sisa ingatan tentang penelitian novel ini.

Karena memang menjadi diskusi pertama dari serangkaian diskusi yang direncanakan, diskusi masih tidak terlalu fokus dengan novel yang menjadi subyek utama bahasan. Masih melebar ke mana-mana, termasuk ngaret 30 menit. Namun sepertinya masih dalam batas yang bisa dimaklumi.

Apalagi sebagai diskusi pemantik, saya rasa memang sangat perlu diadakan pertemuan semacam ini terutama melibatkan masyarakat umum yang bukan kalangan akademis maupun dari komunitas sastrawan. Di mana pengalaman pembaca menjadi kritik yang sangat otentik karena penilaian ini bersifat pragmatik, subjektif dan tidak bisa didikte teori apapun.

Novel BKN ini menjadi novel yang tidak boleh dilewatkan oleh para pembaca sastra Sunda. Di dalamnya terekam bagaimana bahasa Sunda yang digunakan pada masa 110 tahun silam. Bagaimana pandangan normatif pengarang, mewakili masyarakat pada jamannya, tentang banyak hal. Bagaimana kemudian novel ini diantisipasi dalam novel-novel selanjutnya dalam bentuk parodi, antitesis, bahkan upaya imitasi.

Dari sisi perkembangan bahasa Sunda, novel ini juga memberi petunjuk bahwa bahasa Sunda dalam 110 tahun ini tidak berubah struktur tata bahasa, kaidah, dan kosa katanya. Bila ada banyak kosa kata yang dirasa 'asing' bukan berarti menggunakan bahsa Sunda lama.

Bahasa Sunda pada BKN, tidaklah seperti 'old english' dalam sejarah perkembangan bahasa Inggris. Bahasa Sunda pada BKN adalah bahasa Sunda yang dirumuskan pos Mataramisasi Tatar Sunda. Bila ingin mengetahui kosa kata Sunda lama, merujuklah pada naskah-naskah sebelum abad ke-16 sebelum Pajajaran membubarkan diri atau di masa peralihan dari Pajajaran ke Mataram.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Enna Ernawati Sutarna


Rabu, Juli 24, 2024

KOMPLEKS CANDI BATUJAYA, TERTUA DI INDONESIA



Kompleks Candi Batujaya di Karawang. Ditemukan pada tahun 1984 oleh tim arkeologi Fak. Sastra UI. Candi-candi ini diperkirakan berasal dari masa kerajaan Tarumanegara yang beragama hindu.

Kompleks candi budha yang didominasi dengan batu bata ini adalah kompleks candi tertua di Indonesia. Menurut kronologi carbon dating, artefak tertua berasal dari abad ke-2. 

Corak candi budha ini menurut beberapa ahli menunjukan ada pengaruh kerajaan budha terbesar masa itu, yakni Kerajaan Sriwijaya.

Keseluruhan kompleks candi Batujaya ini diperkirakan dibangun hingga abad ke-7 dan ditinggalkan karena tersapu banjir bandang dari Sungai Citarum.

Penemuan candi ini juga menunjukkan hal lain, yakni pada masa itu masyarakat Sunda sudah menanam padi dan tidak berpindah-pindah. Pada batu bata yang digunakan sebagai material utama candi, ditemukan bekas sekam yang digunakan untuk membakar batu bata.

Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya. 

Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi). Laporan Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB) Serang pada tahun 2014 menyebutkan ada 40 situs sisa bangunan (candi) yang ada di kawasan Batujaya.

Hingga tahun 2016 diketahui terdapat 62 unur dan 51 di antaranya terkonfirmasi memiliki sisa-sisa bangunan. 

Banyaknya temuan ini menyisakan banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandian.

dari berbagai sumber

📷 Facebook

Rabu, Juni 19, 2024

HET BERAS SIMBOL KETIDAKADILAN DI BALIK SLOGAN NKRI HARGA MATI


Berapa HET beras per hari ini? Anggap saja Rp. 17.000/kg. Harga ini dijamin sama dari Sabang sampai Merauke.

Adil? Tentu TIDAK! 

Tanah Pasundan adalah salah satu penghasil beras terbaik dan terbanyak. Tetapi warganya harus membeli beras sesuai HET. Padahal ongkos distribusi tidak setinggi ke luar daerah. Warga Pasundan mensubsidi harga beras yang dikonsumsi warga di luar pulau.

Sangat aneh dan tidak adil bila kita mensubsidi kebutuhan orang lain agar jadi lebih murah dan kita mendapat barang dengan harga lebih mahal. 

Juga konsumsi BBM. Sangat tidak adil bila kita membeli BBM seharga dengan warga Balikpapan, misalnya. Di mana di sana ada kilang minyak, biaya distribusi harusnya mendekati 0%.

Republik negara federasi memang tidak menjanjikan hasil instant. Tetapi republik negara federasi menjanjikan kedaulatan daerah yang lebih baik agar warganya sejahtera. Terjamin oleh pengelolaan SDA dan SDM yang levih baik dan tidak banyak 'pungli' oleh pusat.

Mungkin BBM mahal di Jawa, tapi beras akan murah dibanding Kalimantan. Di sini akan berlaku neraca ekonomi yang seharusnya berimbang antara daerah. Tetapi hasilnya akan dinikmati penuh oleh warga di daerah atau kita sebut saja di negara bagian.

Konsep negara federasi bukan hal aneh bagi masyarakat Sunda. Kerajaan Sunda Galuh adalah kerajaan federasi yang membawahi banyak kerajaan di bawahnya. Itulah mengapa disebut Pajajaran. 

Jadi, marilah kita mulai berfikir menjadi negara bagian karena otonomi daerah dipreteli oleh penguasa pusat dan sama sekali tidak menguntungkan rakyat di daerah.

Papua adalah negara yang kaya, tapi kita tahu kondisinya. Aceh, Riau, diberi kekayaan sumber daya mineral, tetapi kemegahan menjadi milik Jakarta.

SUNDA MERDEKA. SUNDA MERDESA!✊️

Ricky N. Sastramihardja

NKRI HARGA MATI HANYA SLOGAN BASI!


Indonesia sebagai negara federasi pernah digagas M. Hatta dkk saat rapat PPKI. Juga oleh Amien Rais. Jadi tidak hanya oleh Belanda.

Belanda melalui perjanjian KMB 1948 tujuannya untuk memecah belah republik. Sedangkan M. Hatta dan Amien Rais bertujuan untuk desentralisasi dan kemakmuran daerah agar tidak dikuasai pusat.

Jadi setelah utang republik sebesar 4,5 M Gulden ke Belanda lunas pada tahun 2003 silam, sebaiknya konsep negara kesatuan federasi kembali digaungkan.

Negara federasi akan mencegah kekuasaan terpusat di satu atau dua golongan. Mensejahterakan masyarakat di daerah melalui distribusi kuasa dan SDA.

Mereduksi pola kepemimpinan yang jawasentris dan dikuasai etnis tertentu.

Negara tetangga kita, Malaysia, adalah kerajaan federasi yang terdiri dari berbagai negara bagian. 

Amerika Serikat adalah negara federasi berbentuk republik dengan 50 negara bagian. 

Mereka tetap bersatu. Makmur secara ekonomi dan kekuasaan terbagi antara pusat dan negara bagian.

Slogan NKRI Harga Mati harus ditinjau kembali karena hanya menjadi alat untuk eksploitasi yang tidak mensejahterakan negeri.

NKRI Harga Mati adalah slogan basi yang menjadi legitimasi penguasaan sumber daya alam daerah untuk keperluan segelintir orang di negeri tercinta ini.

SUNDA MERDEKA. SUNDA MERDESA!✊️
Ricky N. Sastramihardja

Senin, Juni 03, 2024

BELAJARLAH DARI 2014 & 2015 WAHAI STAKEHOLDERS!


Pawai kemenangan Real Madrid C.F. yang tertata rapi menyambut gelar juara La Liga dan UCL. 

Seharusnya Pawai Kemenangan PERSIB Bandung bisa seperti ini BILA para stakeholders dan organizer mau bekerja lebih keras, lebih cerdas. Jalur disterilisasi, meminimalisir kemacetan. kantung-kantong parkir disiapkan jauh dari episentrum kegiatan, dan petugas berseragam dikerahkan lebih optimal.

Pengalaman 2014 (Juara Liga) dan 2015 (Juara Turnamen Piala Presiden) sama sekali tidak dipakai. Ujungnya sebagian masyarakat ada yang merasa terganggu dengan keceriaan seperti ini. Padahal seharusnya menjadi pesta bersama warga kota.

Bila kemudian cuma  menyalahkan Bobotoh atau warga yang hadir, harusnya berkaca lah. Masyarakat itu bisa diatur kok, mereka juga ingin kenyamanan dan keamanan.

Ricky N. Sastramihardja

(37-61-) 86-90-94-95-14-24

🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆

⭐️⭐️⭐️

Minggu, Juni 02, 2024

Sebuah Catatan Santai Di Akhir Pekan Tentang Euforia Persib Juara


Sabtu kemarin (1 Juni 2024) ikut merayakan kemenangan Persib dengan berjalan kaki dari rumah jalan kaki sampai Gedong Sate. Sengaja enggak bawa kendaraan, karena tahu bakal ada kemacetan parah dari siang hingga malam hari.

Sepanjang jalan menikmati setiap momen yang tertangkap indera. Mulai para penjual bendera dan atribut yang marema, keceriaan warga, hingga anak-anak muda yang ugal-ugalan di jalan, serta kelakukan-kelakuan random Bobotoh.

Sepanjang yang saya tahu, tak ada kota atau provinsi lain di Indonesia yang begitu mengkultuskan klub sepak bolanya selain di Bandung Raya dan berbagai kota di Jawa Barat. Bahkan nobar pun dilakukan di masjid dan mushola, yang tak pernah dilakukan untuk mendukung timnas. 

===

Pesta sejatinya dimulai sejak hasil imbang lawan Bali United di Bali. Setiap selesai pertandingan berbagai kelompok Bobotoh rajin 'rolling' merayakannya di jalanan kota Bandung. 

Tentu saja, aktivitas itu pasti mengganggu aktivitas warga yang lain. Tapi tak ada yang bisa meredam euforia. Berbagai larangan dan himbauan disampaikan, tapi who cares? Persib memang 'membutakan' mata. Candu.

Puncaknya saat resmi meraih gelar juara Liga Indonesia untuk ke-3 kalinya. Sejak Jumat malam, kantong-kantong massa tumpah ke jalan. Mereka turun ke jalan untuk merayakan kegembiraan, berbagi energi positif, melupakan kepenatan hidup.

Tak ada isu besar yang bisa membuat masyarakat Bandung Raya berkumpul di jalan selain Persib. Dalam ingatan saya, sejak pertama kali ikut merayakan kemenangan Persib di tahun 1986, ya hanya Persib yang bisa memobilisasi massa dengan sukarela, dengan suka cita.

===

Mari kita rayakan kemenangan. Abaikan isu-isu minor yang ada, enggak usah diperdebatkan. Bila harus ada yang dikritik, saya lebih memilih mengkritisi buruknya crowded management saat acara puncak digelar.

Tak terlihat ada petugas kepolisian yang cukup di sekitar panggung utama di Gedong Sate. Tak terlihat ada paramedis, atau petugas damkar. Sound sistem yang buruk dan tidak mengakomodir massa dalam jumlah fantastis di sayap kiri dan kanan panggung utama, Bila terjadi 'sesuatu yang tidak diinginkan', pasti akan sulit untuk melakukan mitigasi dan evakuasi.

Sedangkan yang perlu diapresiasi semisal adanya live streaming melalui PersibTV, big screen di kiri kanan yang membuat konsentrasi massa terbagi tidak hanya ke panggung utama, serta massa yang umumnya berlaku tertib dan santun walau tak ada petugas keamanan di sekitar.

Mari kita nikmati dan rayakan kemenangan PERSIB Bandung .

Ricky N. Sastramihardja

(37-61-) 86-90-94-95-14-24

🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆🏆

⭐️⭐️⭐️

Jumat, Mei 10, 2024

MELACAK JEJAK LAUTAN DI KAWASAN BABAKAN JAWA MAJALENGKA


Perjalanan kemarin (Kamis,  9 Mei 2024) adalah mengunjungi Curug Cimeong yang berada di kawasan Gunung Balay Babakan Jawa, Majalengka. 

Curug Cimeong yang mengalir di Sungai Citawuan dan kemudian bersatu dengan Sungai Cilutung ini menyimpan banyak informasi geologi yang menarik.

Salah satunya adalah terdapat beberapa burrow atau trace fossil. Yakni jejak binatang laut (sejenis cacing laut) yang terdokumentasikan di permukaan bebatuan yang berserakan sepanjang jalan setapak menuju curug. Jasadnya sudah hancur dan lenyap namun bentuk tubuhnya terekam menjadi burrow.

Temuan ini memperkuat teori bila kawasan Majalengka dengan ketinggian  sekitar 100-200 m dpl, di masa jutaan tahun silam sebelumnya adalah berupa lautan. Di beberapa tempat juga terdapat beberapa bongkah batu kapur. Di mana batu kapur ini di masa jutaan tahun silam adalah terumbu karang.

Singkapan batuan di sekitar curug juga menarik, terdapat lapisan batuan sedimen dengan posisi nyaris vertikal. Di mana semula bebatuan ini posisinya adalah horisontal (mendatar). Namun pergerakan energi di kerak bumi membuat bebatuan ini nyaris berdiri tegak.

***

Di wilayah ini juga tersimpan cerita rakyat menarik yang merupakan varian dongeng sasakala Sangkuriang. 

Menurut Abah Eda, aktivis Gurmala Majalengka, Sangkuriang konon akan membuat danau di kawasan ini. Ia lalu berusaha untuk membendung Sungai Cilutung untuk mewujudkan permintaan Dayang Sumbi.

Namun Dayang Sumbi tidak tinggal diam, ia berusaha menggagalkan usaha Sangkuriang itu.

Dari kisah itu lahirlah nama Gunung Ajug, yang menurut kisah itu merupakan jelmaan dari ajug atau pelita atau lampu damar, yang kemudian dipadamkan oleh Dayang Sumbi.

Nama Gunung Balay juga diambil dari susunan batu yang disiapkan Sangkuriang untuk ngabalay, membendung sungai dengan tumpukan batu.

Ricky N. Sastramihardja

Selasa, Maret 19, 2024

WASPADA PENIPUAN MENGGUNAKAN AI VOICE CHANGER!


Salah satu trik yang dipakai penipu, adalah memakai foto profil orang yang kita kenal untuk nomor baru. Jadi bila ada seseorang yang kita kenal mau urusan muamalah (baca: minjam uang) pakai nomor baru tanpa konfirmasi sebelumnya, abaikan saja.

Penipu juga sekarang menggunakan teknologi artificial intelligence atau AI voice changer  untuk meyakinkan korbannya. AI Voice changer ini mampu meniru dan menduplikasi suara seseorang dengan menggunakan sampel suara dari video, voice recording, atau voice note.

Setelah suara seseorang itu dianggap mirip aslinya, maka secara real time digunakan untuk menelpon, biasanya via VOIP (Voice Over Internet Protocol)  seperti yang diterapkan aplikasi Whatsapp. 

FYI, aplikasi VOIP Whatsapp sudah bisa digunakan via komputer (laptop/desktop) atau langsung dari ponsel (Android/iOS). Jadi pelaku dengan mudah meniru suara karena terhubung langsung dengan penyedia jasa layanan AI Voice Changer yang secara simultan memanipulasi suara menjadi suara orang yang dikenal korban.

Saran saya untuk urusan bisnis via gawai, sebisanya gunakan video call. Mungpung teknologi deep fake video masih belum sempurna.

Dua, jangan mudah percaya dengan nomor baru orang yang kita kenal. Bila ada dalam satu circle, bisa dikonfirmasi ke rekan yang lain kebenarannya.

 Tiga,  jangan menerima panggilan telepon atau merespon pesan (WA, Telegram, Michat, dll) dari nomor yang tidak kenali sebelumnya.

Menurut pakar IT, Bang Agung SP para penipu berusaha mencuri sampel suara kita melalui rekaman telepon. Baik itu berpura-pura sebagai sales, marketing, atau apapun.

Empat, gunakan aplikasi Get Contact atau True Caller (atau keduanya) untuk memantau nomor yang menelpon kita. Dua aplikasi itu powerful untuk menyaring dan mengidentifikasi nomor-nomor telepon yang biasa dipakai SPAM atau SCAM. 

Dari seluruh saran: tetap WASPADA dengan penipuan macam apapun. Penipu selalu berusaha memancing belas kasihan kita, menghiba agar kita percaya. Terutama yang bermodus 'manawi aya saratus', mama minta pulsa, atau ditangkap polisi.

Ricky N. Sastramihardja

Rabu, Desember 27, 2023

PERSIB DAN TAHUN LAHIR


Bagi saya, para peneliti sejarah Persib pimpinan Prof. Kunto dari FIB Unpad tidak salah. Justru membuka benang merah bagaimana sejarah sepak bola di Bandung berdasarkan catatan sejarah sejaman di masa itu (rekaman media massa/koran).

Permasalahan kemudian adalah bagaimana kemudian user penelitian itu, dalam hal ini, PT. PBB mengambil hasil rekomendasi yang disampaikan para peneliti.

Dalam executive summary yang saya dapatkan, para peneliti memberi 5 rekomendasi waktu, yakni:

1. 11 Juli 1914

2. 5 Januari 1919

3. 19 Mei 1923

4. 22 Oktober 1928

5. 18 Maret 1934

Tidak ada satu pun catatan sejarah yang merujuk pada tanggal 14 Maret 1933.

PT. PBB pun sebagai user nampaknya mengambil rekomendasi kedua, yakni 5 Januari 1919. Asumsi PT PBB memilih rekomendasi itu adalah Persib dianggap sebagai pendiri PSSI pada 11 April 1930.

"Logikanya, kata Kunto, sebagai salah satu pendiri PSSI, Persib seharusnya lahir terlebih dulu dari yang dilahirkannya.

Kunto juga menjelaskan, di antara lima titimangsa (asal usul) yang ditemukan oleh tim peneliti, tanggal 5 Januari 1919 merupakan hasil interpretasi yang paling logis karena didukung oleh fakta sejarah yang kuat (primer). " (Bola. com 18 Desember 2023).

Namun executive summary juga memberi catatan bila pada 5 Januari 1919 itu adalah pembentukan BIVB atau Bandung Inlandsch Voetbal Bond, bukan Persib.

Justru pada rekomendasi ke-5, 18 Maret 1934 lebih masuk akal, karena disebutkan pada pemberitaan di Sipatahoenan dengan judul "BIVB+NIVB = PERSIB."

Hal ini juga pernah disampaikan Atep Kurnia, penulis buku "Maenbal: Sejarah Sepak Bola Bandung (2022)" sebagai berikut:

"Saya pikir, dengan adanya fakta-fakta dari kedua tulisan dalam Sipatahoenan edisi 19 Maret 1934 di atas, tanggal 14 Maret 1933 sebagai titimangsa hari ulang tahun (HUT) Persib yang selama ini diperingati mesti digugurkan dan diganti dengan 18 Maret 1934. Karena jelas, untuk 14 Maret 1933 tidak ada bukti yang memperkuatnya, sementara untuk tanggal 18 Maret 1934 takkan terbantahkan lagi faktanya. 

Hal lainnya, di balik fusi tersebut ada jasa besar Hoesijn Kartasasmita dari NVB yang sebelumnya punya inisiatif untuk menyatukan dua bond sepak bola di Bandung yang hubungannya “putus-sambung” antara 1932 hingga 1933. Meskipun yang akhirnya terpilih sebagai ketua Persib pertama adalah Anwar (St. Pamoentjak) dari PSIB dan Hoesijn sebagai wakil ketua," tulis Atep seperti dimuat di AyoBandung.com 29 Agustus 2022.

Sedangkan Anggalarang, admin @historyofpersib di X, dalam buku elektroniknya "BOEKOE POETIH, PELURUSAN SEJARAH PERSIB BANDUNG" (2023) menulis bila nama Persib akhirnya memang benar-benar mulai digunakan, seperti yang ditulis dalam pemberitaan Sipatahoenan di tanggal 16 April 1934. 

"Karena ketidakpastian ini, maka saya hanya menulis angka tahun 1934 sebagai lahirnya Persib. Jika ada yang mengatakan 18 Maret, boleh-boleh saja. Begitu juga dengan tanggal 25 Maret atau awal April, walaupun belum ditemukan buktinya. Yang pasti bukan tanggal 14 Maret 1933," tulis Anggalarang.

Jadi, jelas 5 Januari 1919 seperti yang diambil PT PBB dari rekomendasi penelitian itu, menurut saya, terlalu jauh. Terlalu memaksakan diri agar cocok dengan logika 'pendiri PSSI'. Walau demikian, tentu saja, seperti halnya sifat sejarah yang cair, yang selalu mengundang diskusi dan interpretasi, apapun hasil riset ini patut diapresiasi. 

Karena memang seharusnya seperti itu di mana manajemen klub juga berperan aktif menyusuri jejak sejarah klubnya. Karena baru kali ini PT. PBB meminta 'fatwa' dari tim peneliti Sejarah dengan reputasi yang tidak diragukan dan teruji.

Bila kemudian menjadi isu liar seperti dualisme Persib atau apapun, tentu saja tetap menarik untuk diikuti. Karena jangan sampai hasil penelitian ini malah menimbulkan semangat dualisme kepemilikan Persib. 

Dan mari kita tunggu hasil diskusi selanjutnya. Apakah akan ada perubahan lagi, mengingat Teddy Tjahjono terlalu gegabah mengambil hasil rekomendasi. Tetapi yang jelas, bukan 14 Maret 1933

Karena menurut Anggalarang, 14 Maret 1933 tidak memiliki landasan resmi. "Satu-satunya keterangan yang menyebutkan bahwa Persib lahir di 14 Maret 1933 adalah berdasarkan keterangan R. Ibrahim Iskandar di “Pasang Surut 40 Tahun Persib” yang dirilis tahun 1973 atau 2 tahun sebelum beliau meninggal dunia."

"Sebenarnya catatan yang lebih tua mengenai “teori 1933” tertulis di koran Preangerbode tanggal 24 Juli 1953, masih dari informasi Ibrahim Iskandar, hanya saja dalam artikel tersebut hanya menyebutkan tahunnya saja tanpa tanggal dan bulan."

Ricky N. Sastramihardja 

27122023

Selasa, Desember 12, 2023

🔻ACTION CAM, 'SENJATA' BERBAHAYA MUJAHIDIN PALESTINA🔻


📸Tangkapan layar video hasil rekaman action cam yang dipasang di dada dengan chest strap

Action cam, menjadi salah satu 'senjata' para Mujahidin di Gaza, Palestina. Action cam yang beratnya tidak lebih dari 100 gr (termasuk housing waterproof/underwater), menjadi alat rekam aksi-aksi para mujahidin.

Bila biasanya kita menyaksikan para atlet 'extreme game' menggunakan action cam untuk merekam aksi akrobatik ekstrim di atas skateboard, BMX, MTB, trail, base jumper, dll. Tapi di penghujung 2023 aksi yang direkam lebih ekstrim: meledakkan tank.

Kelebihannya selain ringan, action cam ini memiliki banyak aksesoris yang bisa digunakan. Mulai body strap, chest strap, head strap, hingga underwater housing. Action cam ini bisa dipasang di banyak tempat, termasuk dipasang di drone, dijadikan dash cam mobil, atau dipasang di stang motor. 

Lensanya yang super wide hingga mencakup 170° membuat cakupan pandang yang super luas walau mengorbankan garis-garis lurus menjadi cembung atau cekung, atau melengkung. 

Dilihat dari kualitas gambar dan warna, action cam yang dipakai para mujahidin nampaknya dari berbagai merk. Mulai yang kelas murah buatan Cina hingga sekelas Go Pro yang sejak awal mempopulerkan kamera ini.

Selain menggunakan action cam, tentu saja sebagian gambar direkam menggunakan ponsel. Kamera ponsel umumnya dipakai untuk merekam aksi dalam sudut pandang orang ke tiga (3rd person), sedangkan action cam umumnya dipakai untuk merekam aksi dari sudut pandang orang pertama (1st person). Dalam berbagai rekaman yang disebar, setiap aksi setidaknya direkam dua kamera: action cam dan kamera ponsel/kamera biasa.

Yang menarik adalah membayangkan saat para mujahidin 'setor gambar' ke komandannya masing-masing dengan menggunakan SD/TF card. Mesin propaganda yang tak kalah penting adalah para video editor. Bagaimana mereka mengambil data dari setiap mujahidin, menyimpannya, mengeditnya, dan lalu mengunggahnya kepada publik melalui media sosial. 

Bila dilihat dari hasil editingnya, besar kemungkinan editing dilakukan menggunakan laptop. Terutama untuk mengimbuhkan tanda segitiga merah yang menjadi ciri khas Mujahidin dan membuat sorotan/highlight sasaran yang akan dihantam oleh RPG 7 berpeluru roket Al Yaasin 105.

Propaganda para mujahidin ini tentu saja sangat berhasil untuk menarik simpati dunia. Menunjukkan pada dunia keberanian mereka di medan tempur hanya bersenjatakan artileri ringan melawan artileri berat seperti tank merkava, APC, dan lain sebagainya.

Sebagai catatan, action cam atau helmet cam mulai lazim digunakan oleh militer di seluruh dunia. Tentu dengan tujuan bermacam-macam, tidak sekedar merekam. Mungkin ada juga yang digunakan untuk streaming dari combatan di medan tempur sebagai pengganti mata bagi para jendral di markas besar saat mengatur strategi.

Action cam ini juga membuka mata dunia, betapa cerdasnya para petinggi militer mujahidin dalam mengatur taktik. Rekaman yang disebar juga dipastikan membuat tentara Isarel ketar-ketir. Bayangkan zero distance combat alias point blank, bertempur dengan jarak super dekat alias nol meter. 

Mujahidin Gaza dengan berani meledakkan sebuah tank canggih, Merkava III/ IV, tanpa terdeteksi oleh sensor-sensor canggih dan kamera 360 yang merupakan bagian penginderaan tank.

Di Gaza, action cam sudah mencapai titik level aksi paling ekstrem yang bisa kita lihat. Lupakan action cam yang dipasang di motor/mobil Travis Pastrana, atau dashboard mobilnya Fitra Eri atau Ridwan HR. Action cam di tangan mujahidin Gaza, adalah senjata mematikan yang menghancurkan mesin propaganda jutaan dolar Israel: hasbara.

Ricky N. Sastramihardja




Senin, Desember 11, 2023

NUSIYA MULYA, RAJA PAJAJARAN TERAHIR

 


Lukisan Ilustrasi Penyerahan Sanghyang Binokasih 22 April 1578. Koleksi Museum Geusan Ulun Sumedang


Undang A. Darsa, Filologi Unpad

Prabu Ragamulya Suryakancana alias Prabu Pucuk Umun Pulasari alias Nusiya Mulya, selama 12 tahun (1567-1579 M) sebagai Raja Pajajaran terakhir karena pada tahun 1579 M, Kerajaan Pajajaran lenyap ke dalam Kesultanan Banten dan Cirebon.

Tampuk kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran setelah Sang Prabu Nilakendra wafat, digantikan puteranya, Prabu Ragamulya Suryakancana alias Nusiya Mulya. Berdasarkan riwayat yang tertuang dalam Kropak 406, semasa pemerintahannya, Prabu Ragamulya Suryakancana tidak tinggal di ibukota Pakwan Pajajaran, tetapi di Pulasari (wilayah Pandeglang sekarang). Itulah sebabnya, ia lebih dikenal dengan sebutan Pucuk Umun Pulasari. Ia memilih tinggal di lereng gunung Pulasari sehingga di sanalah ibukota Kerajaan Sunda Pajajaran ditempatkan sebagai pusat pemerintahan yang baru. 

Prabu Ragamulya Suryakancana ketika menjadi raja Sunda Pajajaran sudah tidak lagi mengenakan mahkota Binokasih yang sudah turun temurun dipakai semenjak penobatan Prabu Niskalawastu Kancana. Mahkota itu diamankan oleh panglima perang Jayaprakosa beserta tiga pembesar lainnya dibawa mengungsi ke Sumedanglarang. Kelak, mahkota tersebut dikenakan saat penobatan Pangeran Angkawijaya dilantik menjadi Prabu Geusan Ulun yang dikukuhkan sebagai Narendra Sumedanglarang. 

Oleh karena itulah, Prabu Ragamulya Suryakancana terkesan tidak membuat babak baru untuk membangun Kerajaan Pajajaran. la hanya berlindung guna mempertahankan kehidupannya di salah satu kerajaan wilayah bawahannya. Ia justeru pergi ke arah barat, ke daerah yang sebenarnya lebih mendekati sarang saingannya. Diduga, Pucuk Umun Pulasari tidak lagi memposisikan dirinya sebagai raja pemimpin pemerintahan. la hanya berkeinginan menjadi rajaresi sambil merenungi suasana: bagaikan bulan menjelang tenggelam dan matahari menjelang terbenam, siang terdesak malam, habis musim tuntas garapan. Semua atribut kebesaran kerajaan sudah ditanggalkan. 

la hanya seorang "raja pendeta" bersahaja yang meninggalkan urusan duniawi. Mungkin ia pergi ke Pulasari hanya berdasarkan getaran "panggilan masa silam",  bahwa di sanalah tempat untuk menanggalkan raga, dan di Pulasari pula danghyang Sunda wiwitan (keagungan Sunda sejati) tersimpan, tempat mencari keutamaan jatidiri Sunda sesungguhnya. Itulah sebabnya Prabu Ragamulya Suryakancana mendapat nama sebutan Nusyia Mulya (manusia yang mulia). 

Nusyia Mulya bersama pembesar dan para pengikutnya yang setia hanya berusaha mempertahankan diri, menangkis serangan laskar Surasowan Wahanten dan Pakungwati Cirebon hingga Pajajaran napak uga (tiba saat berakhir). Benda-benda berharga simbol kejayaan Kerajaan di purasaba Pakwan Pajajaran diterlantarkan. Berdasakan bukti peninggalan yang ada, laskar Muslim seuweu-siwi (anak-cucu) Siliwangi itu tampaknya tidak menggangu "tempat keramat" di dalam kota Pakwan Pajajaran. 

Ini terbukti masih tersisanya prasasti Batutulis Bogor, termasuk kepala patung Ki Purwagalih yang ditanggalkan. Watugilang Sriman Sriwacana (batu singgasana tempat penobatan raja-raja) dipindahkan ke Kesultanan Banten oleh Panembahan Maulana Yusuf. Dengan demikian, Banten telah mewarisi salah satu panji-panji kebesaran Pajajaran, di samping Sumedanglarang yang mendapatkan Mahkota Binokasih lambang keagungan Pajajaran, sedangkan sebagian barang-barang berharga dari Keraton Pakwan Pajajaran diselamatkan ke Cirebon. 

Pucuk Umun Pulasari belum tentu mengetahui riwayat di ujung barat Tatar Sunda tentang Aki Tirem alias Sang Aki Luhur Mulya yang menjabat sistem bernafaskan kepanghuluan (penguasa) masyarakat Sunda berhembus terakhir kalinya. Namun, di sanalah pula terbentuk irama sistem kerajaan berawal dari bumi Pulasari Pandeglang. Setelah riwayatnya mengalami pasang surut selama kurang-lebih 1450 tahun, akhirnya berpusara di tempat terbitnya. 

Sebagian penduduk ibukota Pajajaran yang tersisa mengungsi ke arah selatan, di daerah Cisolok dan Bayah. Sampai sekarang, keturunannya menjadi komunitas kaum adat Kampung Ciptagelar. Menurut riwayat leluhurnya, mereka meninggalkan Pakwan Pajajaran ketika kota itu diserang laskar Surasowan Wahanten. Jejak peristiwa itu secara samar samar dikisahkan Ki Baju Rambeng, dalam cerita Pantun Bogor. Sebagian kelompok kecil lainnya yang bernasib baik menyelamatkan diri ke Pegunungan Kendeng di Banten Selatan, bergabung bersarna masyarakat "Sunda Wiwitan" di Mandala Kanekes. Di sanalah sesungguhnya "Tanah Suci" religi Sunda tempat tapa di buana, satu satunya pilihan untuk menemukan ketentraman hidup yang hakiki bagi mereka. 

Pucuk Umun Pulasari menjadi penguasa Kerajaan Sunda Pajajaran selama 12 tahun (1567-1579 Masehi), sedangkan Panembahan Yusuf menjadi penguasa Surasowan Wahanten selama 10 tahun (1570-1580 Masehi). Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadaci cuklapaksa Wesakhamasa saharsa limangatus punjul siki ikang cakakala (Pajajaran sirna dari muka bumi tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka). Peristiwa tersebut bertepatan dengan tanggal 11 Rabiul`awal 987 Hijriah, atau tanggal 8 Mei 1579 Masehi.

disalin dari Facebook Dr. Undang A. Darsa


Selasa, September 19, 2023

Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis)

 

kuntul kerbau

Kuntul Kerbau (cattle egret, Bubulcus ibis) yang masih dapat dijumpai di pesawahan di Kota Bandung.

Dengan semakin menyempitnya lahan persawahan di Kota Bandung, kemunculan kuntul kerbau (atau kuntul sawah?) ini sebetulnya menjadi atraksi alam yang menarik yang bisa disaksikan warga kota.

Tidak ada yang tahu sampai kapan mereka (sawah dan ekosistemnya ) akan bertahan di Kota Bandung. Sementara pemilik sawah juga tampaknya sudah ingin menjual lahan sawahnya untuk dikonversi menjadi pemukiman, pabrik, atau entah apa lagi.

Foto ini saya ambil tadi pagi di pesawahan sekitar Jalan Rumah Sakit - Cinambo Ujung Berung (19/9/2023).

Berdasarkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (2017), kuntul kerbau termasuk satwa dilindungi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ketetapan tersebut diatur lebih lanjut dalam lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

Ricky N. Sastramihardja

Jumat, September 08, 2023

Ary Juliyant: Lagu dan Pertunjukan Yang Tak Pernah Sama, Walau Serupa


Suatu waktu di pertemuan pertama dengan Ary Juliyant di pentasnya setahun silam di Gedung Putih Taman Pramuka (25 September 2022). Tour gerilya-nya yang ke-12 dengan tajuk "Bunyi, Rupa, dan Semesta" ini membawa penyanyi yang bermukim di Mataram Lombok NTB itu kembali ke Bandung diantaranya untuk adalah membawakan dua lagu yang paling populer: "Giri Sancang Sendiri" dan "Overhang" dari album Gairsh Boys yang rilis secara indie di tahun 90an.

Sedikit asing rasanya, pada saat itu, mendengar lagu yang pertama kali saya dengar sering di-cover Abah Donny sambil gitaran di Kampus Sastra 30 tahun lalu silam atau saat berkemah di Oray Tapa. Sedikit lain. 

Begitu saya mencoba mencari lagu tersebut di Youtube, juga Spotify, tambah merasa aneh: dua lagu tersebut tidak pernah dibawakan dengan cara yang sama.

Pengalaman ini berlanjut pula dari beberapa pertunjukan ke pertunjukan Ary Juliyant di Bandung yang berhasil saya dokumentasikan hingga tadi malam, Kamis 7 September 2023. 

***

Dari beberapa lagu lawas yang pernah saya dengarkan:  "Giri Sancang Sendiri, Overhang, Pernah Ada Sang Braga Stone", hingga anthem "Blues Kumaha Aing" yang ikonik dan menjadi semacam lagu wajib yang mengajak audiens untuk sing a long, tidak pernah sama dari pertunjukan ke pertunjukan, dari tur ke tur, dari panggung ke panggung. 

Juga beberapa lagu baru yang diujidengar pada penggemar di Layar.an Cafe dan IjiSociopetal Space: "Kerontang Malang Melintang" dan "Puncak Tak Bergeming". Dari dua pertunjukan yang digelar malam dan hari berbeda, dua lagu tersebut dibawakan dengan cara yang tidak sama, berbeda.

Suatu waktu pernah saya berbincang dengan Ary di sore hari sambil menikmati gorengan. "Kang mengapa setiap pertunjukan selalu berbeda? Bahkan saya merasa 'aneh' dengan lagu Giri Sancang Sendiri dan Overhang, karena berbeda dengan yang saya dengar melalui versi Abah Donny?"

Ary Juliyant tidak menjawab dengan tegas, namun ia menyebut bila setiap lagu memiliki cara untuk disampaikan ke pendengar. Diimprovisasi dan disesuaikan dengan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya saat itu.

"Giri Sancang Sendiri dan Overhang versi Abah Donny ya itu hasil interpretasi Abah. Saya juga memberikan interpretasi ulang terhadap (lagu-lagu saya) di setiap pertunjukkan." Demikian kurang lebih penjelasan Ary dalam perbincangan santai sore itu di sela hujan bulan November 2022 silam.

Dengan demikian memang menjadi menarik bila mengapresiasi karya Ary Juliyant adalah bukan hanya mendengar versi rekaman -live record atau studio- yang beredar via kaset atau vesi digital (Youtube, Spotify, atau platform lain). Tetapi juga dengan menyaksikan pertunjukkannya secara langsung. 

***

Ary yang seringkali tampil solo perform, memainkan berbgai alat musik yang dibawanya. Gitar, banjo, harmonika, tamborin, bahkan irish flute. Kolaborasinya dengan musisi lain, Abah Donny, Ammy Kurniawan, atau bahkan dengan rekan-rekannya di Gairsh Boys (Trihadi dan Jim Moniung) seringkali berlangsung spontan. 

Para musisi yang menjadi rekan bermainnya di panggung seringkali tidak tahu akan membawakan lagu apa. Bahkan beberapa diantaranya yang baru mereka dengar saat di panggung. Improvisasi, kata itu memang layak disematkan di setiap pertunjukkan Ary Juliyant, menjadi ciri khas yang penuh elemen kejutan, tidak hanya bagi musisi yang menemaninya bermain, juga para pendengarnya.

Apalagi salah satu kelebihan lain dari sisi musikalitas adalah seringnya Ary menggunakan teknik 'scatting' seperti yang sering dilakukan George Benson atau Mus Mujiono. Dalam definisi Wikipedia, scatting yang berasal dari musik Jazz adalah improvisasi vokal dengan 'vocable' tanpa kata, suku kata omong kosong atau tanpa kata-kata sama sekali. 

Dalam scatting singing, penyanyi berimprovisasi  menjadi melodi dan ritme menggunakan suara sebagai instrumen musik. Berbeda dari vokal, yang menggunakan lirik yang dapat dikenali yang dinyanyikan untuk solo instrumental yang sudah ada sebelumnya.

Seingat saya tidak banyak musisi Indonesia yang menggunakan teknik scatting singing ini, apalagi dalam live perform mereka. Hanya dua yang bisa saya sebut: Mus Mujiono dan Ary Juliyant. Mungkin masih ada yang lainnya yang saya tidak tahu. 



Seorang Ferry Curtis yang juga musisi, yang tadi malam berkesempatan hadir di pertunjukan Ary Juliyant yang masih bersinggungan dengan tur terbaru Troubadour's Trail 2023, menulis di akun instagramnya:

"Pertunjukan semalam keren, gradasi pertunjukannya terasa sekali.Masing-masing penampil menyajikan karya yang berbeda, mereka mewakili karya sesuai dengan jaman, cara pandang, lingkungan perkawanan di mana mereka hidup dan dilahirkan. Cara bagaimana mereka mengungkapkan isi dan gagasan, pemanggungan, dan gaya penyampaian pun semuanya menjadi khas dari masing-masing penyaji".

Ferry menuntaskan dengan pujiannya pada Ary sebagai sesi pertunjukan yang tanpa sekat. "Suasana tambah malam terus tambah hidup, guyub, atraktif, komunikatif, akrab disertai guyonan antara penyaji dan penonton tanpa sekat."

Ciri khas, ya cara Ary berimprovisasi dengan karya-karyanya, cara berkolaborasi dengan rekan-rekan musisi, juga dengan audiensnya adalah hal yang unik disamping karya-karyanya itu sendiri. Makanya menjadi penting untuk menyaksikan pertunjukan Ary Juliyant secara langsung/live adalah karena setiap pertunjukan, tidak pernah sama. Selalu unik, bahkan selalu ada hal yang baru di karya-karya lamanya.

Hal ini tentu sulit dilakukan pada pertunjukan musik populer yang diinisiasi industri rekaman dan industri pertunjukkan yang komersial. Di mana ada standarisasi bermusik, partitur, repertoar, jadwal dan playlist yang harus disajikan. Yang setiap lagunya harus dibawakan mendekati versi rekaman dan minim improvisasi. 

Pertunjukan Ary Juliyant yang hangat dan tentu saja selalu menarik untuk ditunggu dari pertunjukan ke pertunjukkan karena selalu ada element of suprise-nya.

Ricky N. Sastramihardja

09092023