4.04.2007

Negeri Segala Ironi

Sudahlah, tak perlu banyak berdalil. Namun yang jelas, semoga Alloh SWT menurunkan azab pada mereka yang telah mendzolimi negara ini: Para Koruptor dan Penjahat Lingkungan Hidup.

Kita tidak punya bukti untuk mengungkap kejahatan dan kedzoliman mereka, tetapi Alloh lebih dari melihat, lebih dari sekedar mengetahui apa yang ada di negara ini. Negara yang dijuluki negara maling (kleptokrasi), negara yang telah dzolim pada rakyatnya. Pemerintah yang korup dan tidak membela kepentingan rakyatnya. Anggota Dewan (DPR/DPRD) yang juga manipulatif, bodoh, dan durhaka karena mensiasiakan amanat rakyat. Kaum kapitalis-borjuis yang mengutamakan penumpukan dan sentralisasi kekayaan.

Para petani menamanam padi tetapi mereka harus membeli beras dengan harga mahal. Sumber gas alam dan minyak bumi dari Sabang sampai Merauke, tetapi para ibu harus antre minyak tanah dan bersungut-sungut karena gas LPG hilang dari pasaran. Para dai dan ustad bicara banyak tentang dosa dan pendosa, tetapi kejahatan semakin meraja-lela.

Setiap hari ratusan ribu hektar hutan Irian dan Kalimantan ditebang dan kayunya mengalir ke Malaysia dan Eropa. Setiap hari ratusan ribu kubik pasir dari Riau dan Sumatra membuat Singapura bertambah luas. Setiap hari bencana lingkungan mengancam negara yang bodoh dan bobrok ini…

Negeri segala ironi. Saat pendidikan semakin sulit, biaya pendidikan pun semakin meningkat. Semakin banyak yang terdidik, semakin banyak pengangguran dan pecandu mimpi intelektualitas.

Ya Alloh SWT, tuntun kami dan keluarga kami dari azab-Mu yang pedih. Jangan jadikan kami seperti kaum nabi Nuh atau Luth. Beri kami kekuatan untuk selalu di jalan-Mu. Dan bila boleh kami meminta, berilah azab untuk tirani yang mendzolimi dan menyakiti rakyat. Azablah para koruptor yang mencuri biaya pendidikan dan kesehatan kami. Azablah para spekulan yang menyembunyikan beras dan energi kami. Azablah para pencuri yang bertahta di balik kekuasaan dan kemewahan…

Ciamis, 010407

Selamat Jalan Oom Chrisye


Jumat pagi, 31 Maret 2007. Televisi-televisi Swasta menayangkan berita duka cita:
Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Telah kembali ke haribaan-Nya, H, Chrismansyah Rahadi atau Chrisye, setelah sekian lama menderita kanker paru-paru, dalam usia 58 tahun. Semua terhenyak. Semua berduka. Tapi Alloh SWT telah menentukan apa yang terbaik untuk ciptan-Nya. Kanker paru-paru itu tak akan lagi menyakiti Oom Chrisye. Sang Legenda Pop Indonesia, kini sudah kembali ke pangkuan Sang Khalik Penciptanya.

Lagu-lagu Oom Chrisye akan tetap dikenang para penggemar musik Indonesia. Tua dan muda. Bahkan mungkin untuk generasi baru yang saat Oom Chrisye meninggal, belum lahir. Lagu-lagu yang dinyanyikan Oom Chrisye akan senantiasa mengalun di jagat musik Indonesia.

“Hip-hip Hura-Hura”, adalah lagu yang pertama kudengar secara utuh, dalam arti tahu siapa yang menyanyikan dan bagaimana lagunya. Saat pertama kudengar lagu itu, aku masih duduk di SD. Kelas 4 atau 5 mungkin. Atau mungkin kelas 3 atau kelas 2. Entahlah, bagian itu tak penting. Yang penting yang kuingat adalah lagu tersebut kulihat di TVRI dalam acara Aneka Ria Safari (yang lebih dulu almarhum). Dengan gayanya yang khas, Oom Chrisye membawakan lagu riang itu diiringi penari latar yang berpakaian warna-warni.

[…]
O hip-hip hura-hura (hura-hura)
Uuu, aku suka dia (suka dia)
Uuu, aku jatuh cinta (jatuh cinta)
Dia pun menanti
Cinta bersemi di hati
Di hati ada cinta
[…]

Selain itu aku teringat akan kaset lama soundtrack film Badai Pasti Berlalu. Di album itu Oom Chrisye menyanyikan banyak lagu hits yang menembus batas ruang waktu. Bahkan di awal millenium baru, seiring re-make film tersebut, album Badai Pasti Belalu juga dirilis ulang dengan judul Badai Pasti Berlalu Millenium. Arransemen baru dan nafas baru lahir di album ini. Tetapi ciri khas dan kebeningan suara Chrisye tetaplah seperti yang kudengar di album terdahulu.

Semoga lilin-lilin kecil menerangi istirahatmu di samping-Nya Oom Chrisye
Semoga karya dan pengabdianmu menjadi inspirasi bagi kita yang ditinggalkan

foto: Kompas.com//Hasanuddin Assegaff
Ciamis, 010407

2.26.2007


http://6ix2o9ine.blogspot.com

si cikal. si budak sholeh. sing bageur-bener-pinter-cageur :)

kaula sadida karima, blue hikers, dan rolling stones. beberapa saat sebelum take off dari bandara sepinggan, balikpapan.

Kaula Sadida Karima: Motivasi Besar Untuk Tetap Survive dan Berjuang...

Skripsi dan Motivasi

Catatan Ini dipersembahkan untuk dua Sarjana Sastra baru: Oji dan Imad. Selamat ya.

Tahun 1999 yang lalu, saya berhasil lolos dari perangkap akademis yang membosankan melalui sebuah trial yang dikenal dengan nama skripsi. Bukan perjalanan mudah untuk lolos dan lulus. Tetapi sebetulnya juga tidak terlalu sulit untuk menyelesaikan skripsi. Mungkin bagi beberapa orang akan meremehkan prosesi akademik kuliah di jurusan Sastra Sunda. Jurusan yang dianaktirikan dan dianggap remeh, bahkan oleh para alumninya. Termasuk di dalamnya skripsi itu tadi.

Saya memasukan judul dan proposal penelitian pada semester XI atau tahun ajaran 1997/1998. Sedangkan skripsi tersebut ternyata baru kelar dua tahun kemudian atau akhir semester XIV di tahun ajaran 1998/1999. Itu pun masih ditambah dengan semester bonus alias summer class alias semester pendek. Shame on me, untung masih dapat A. Dengan susah payah dan katabelece. Masalahnya kenapa menjadi begitu lama adalah ada beberapa mata kuliah yang ternyata tak bisa dihapus/diganti, yang hanya bisa diikuti di semester pendek karena di semester reguler gak diambil/belum lulus. Masalah lain, saat itu saya masih keleyengan gara-gara di-PHK (Pemutusan Hubungan Kekasih) oleh seseorang yang kii sudah menjadi istri orang lain (Gusti, koq kasuat-suat lagi...), gak punya komputer, krismon, ganti judul, ganti pembimbing, dan banyak hal gak penting lainnya.

Kenapa banyak hal gak penting? Karena memang kebanyakan penghalang skripsi atau TA adalah hal-hal gak penting. Hal-hal yang seharusnya menjadi pemicu, bukan penghambat. Hitung-hitungan, jumlah-jamleh, skripsi tersebut menghaiskan dana penelitian sekitar Rp. 500.000 - Rp. 600.000, di luar ongkos-ongkos bimbingan. Kebanyakan uang sejumlah itu dibelikan buku, nge-print draft bimbingan (lebih dari 60%), dan keluyuran... Tidak termasuk ongkos ke sana ke mari lainnya yang tidak terhitung, plus sebuah kamera analog SLR Canon yang kusayangi, yang dijual untuk biaya skripsi (padahal duitnya dipake beli baju dan celana lapangan, kemping dan gentayangan ke mana-mana karena putus cinta...).

Dari segi waktu, bila sebetulnya efisien, skripsi hanya memerlukan waktu l.k. 3 bulan. Gak lebih. Molor jadi dua tahun? Berarti gak efisien... Untung saat itu banyak orang yang mau nolong buat support jasmani dan rohani. Seorang Deni Kadal menyediakan komputer yang bisa diakses siang malam buat pengerjaan skipsi (termasuk maen game, nge-BF, dan melototin gambar porno). Abah Donny yang 'kost-kostannya' di Panyawangan menjadi tempat buat banyak hal. BH dan sekre BH di student centre yang masih baru saat itu, yang jadi titik pemberangkatan buat pra-sidang (yang nyaris gagal karena baru bangun 5 menit sebelum pukul 09.00 WIB, jam yang disepakati untuk pra-sidang). Termasuk seorang Opah Tonny, yang dengan gayanya yang khas preman, memotivasi dengan satu kalimat sederhana "Mun maneh eureun kuliah gara-gara skripsi teu beres, aing moal wawuh deui ka maneh!!!"

Skripsi oh skripsi, bukan komputer atau segunduk buku yang dibutuhkan. Atau dosen pembimbing yang baik dan sedia kapan pun dibutuhkan. Tetapi skripsi lebih butuh motivasi daripada fasilitas. Di sela-sela inefisiensi itu, aku malah bisa membantu seorang Abah Donny menyelesaikan skripsinya, membantu membikin abstraksi skripsi linguistiknya Deni Kadal, membuat terjemahan simpulan dan abstrak dari Bahasa Indonesia ke bahasa Sunda punya Mang Rudi. Belum lagi membantu transliterasi English-Indonesianya Shinta dan Yuli Mini yang jurusan sastra Inggris, ide dan referensi tentang Issun Boshi dan Dora Emon buat TA-nya Angga Tyson yang Sastra Jepang. Biasa, rumput tetangga selalu lebih hijau. Tukul di sebrang lautan tampak jelas. Titi Kamal di depan mata ga keliatan...

Setelah skripsi selesai dan resmi menjadi penganggur, aku masih bisa bantu beberapa teman untuk menyelesaikan skrispsi. Aden yang Sarjana Hukum, yang lebih repot ngurusin komputer barunya yang sama sekali gak dia fahami daripada skripsinya (plus gonta-ganti pacar), Wilma yang sarjana Komunikasi yang minta ditemani begadang dan maen game di rumah Abah, diskusi dan sparring partner sama Imam Kerung buat ngebantu T.A.-nya Emul yang Sarjana Seni Rupa dari ISI Yogya. Termasuk dibayar Adjo Rp. 200.000 buat bikin draft dan kerangka skripsi sampai 60% jadi. Juga hibah sebagian buku buat seorang Pipit yang ternyata malah nikah sama orang lain :))

Motivasi. Hanya itu yang sekarang bisa diberikan. Karena pada umumnya, banyak mahasiswa gagal jadi sarjana karena tidak punya motivasi buat selesai. Tidak punya ide untuk memulai, dan malas untuk berfikir. Hanya motivasi yang baik yang bisa membangunkan orang-orang yang mau bangun dan mau maju... Motivasi yang baik hanya akan ngaruh pada orang yang terbuka pikirannya. Segoblok apapun bila motivasi dan motivatornya kuat, insya Alloh bisa lulus. Tapi sepintar apapun bila pikirannya gak terbuka, semuanya nonsense. Motivasi akan menjadi gayung bersambut hanya pada mereka yang ingin mengubah nasib.

Betul seperti apa yang dilansir Ayu, bahwa banyak hal seperti saat membuka selotip/solasiban. Selalu sulit di awalnya, tapi bila sudah tahu jalannya, akan lebih mudah dan tuntas. Kalimat ajaib itu saya dapat dari perkuliahan dengan Pak Hidayat Suryalaga di semester I. Saking ajaibnya, sampai hari ini kalimat itu masih terngiang-iang dan memancarkan pesona ajaibnya.

Mari memulai. Jangan ada kata tidak karena terlambat.
Dan skripsi? Bukan masalah berat koq.


Terima kasih buat banyak orang: sahabat dan kerabat. Kawan dan Lawan.
Pembimbing skripsi yang gak jelas ngebimbing apaan. Bapa dan Mamahku + dua adikku.
Termasuk Plato, Nietzsche, Karl Marx, Saussure, Freud, Heiddeger, Derrida, Foucault, Sartre, Albert Camus, Abrams, Renne & Wellek, A Teeuw, Jacobson, dan sedemikian banyak nama yang pernah menghantui kepalaku. Maaf, mulai dua tahun lalu aku mulai menghapus jejak kalian dari kepalaku...

Durian

Durian (duren, kadu, Durio zibethinus) adalah salah satu buah tropis terkenal yang rasanya "wah'. Walau sekujur tubuhnya buahnya dilapisi duri-duri tajam, tetapi didalamnya terdapat daging buah yang, susah deh diceritakannya, pokoknya enakkk.

Cita rasa durian sebagai buah tropis yang eksotis merupakan cita rasa yang tak mudah dilupakan. Saking digemarinya durian ini, di Asia Tenggara, durian dianggap sebagai rajanya buah-buahan. Durian bahkan konon katanya di masa kolonial dulu melahirkan banyak pujian dan cercaan dari Tuan dan Noni Belande di masa itu. Pujian karena rasa buahnya, dan cercaan karena aromanya yang mana tahaannn.

Tentu saja masalah aroma yang menyengat itu tidak dimonopoli oleh keluhan orang Eropa atau kulit putih atau bangsa lainnya yang tidak mengenal buah durian. Tetapi orang Indonesia pun tidak semuanya tahan menghirup berlama-lama ditemani aroma durian yang lebih tajam daripada durinya itu.

Ada cerita dulu di sekitar tahun 50-an, di masa pemerintahan Soekarno saat itu. Indonesia yang sedang mesra-mesranya dengan blok Timur, kedatangan Kruschev, seorang pemimpin dari negara adidaya Uni soviet (yang sekarang sudah tinggal nama), yang merupakan salah satu negara terkuat di blok Timur. Setelah acara makan malam kenegaraan, Kruschev kemudian dipersilahkan mencicipi durian sebagai hidangan pencuci mulut. Kruschev tampaknya terpesona dan menikmati hidangan penutupnya itu.
Komentarnya adalah "buah yang enak, tetapi baunya busuk sekali..."

Ngomon-ngomong soal bule, rekan kerjaku saat aku bekerja untuk sebuah yayasan di Balikpapan, ada beberapa orang bule yang sangat doyan durian. Mungkin karena mereka adalah para ahli biologi yang terbiasa hidup di dalam hutan dan sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Indonesia, sering bergaul dengan orang Indonesia. Salah satunya adalah sebut saja Mr. Kimabajo. WN Inggris ini sudah tinggal di Indonesia lebih dari 20 tahun. Kimabajo bahkan menikah dan beranak pinak dari seorang istri (sekarang sudah cerai) yang Manado asli (dan lahir di Cimahi). Mr. Kimabajo adalah salah satu dari sedikit bule pemakan durian. Bahkan dia rela merajuk demi mendapatkan satu atau dua butir buah durian yang sebetulnya merupakan jatah makanan beruang madu yang dipelihara di enklosur beruang madu.

Selain durian, ada juga buah yang mirip durian, baik casing maupun isinya, namun rasanya tidak sama. Orang Kalimantan memanggilnya buah Lae, yang masih serumpun dengan durian dan merupakan buah-buahan hasil hutan (bukan hasil budidaya). Rasanya lebih kecut dan 'tiis' (hambar) dan aromanya juga tidak setajam durian. Selain itu ukuannya biasanya kecil-kecil dengan warna kulit sedikit kemerahan/kecoklatan.

Selain menjadi primadona manusia, durian juga digemari oleh satwa hutan. Bahkan harimau yang karnivora pun menyukai juga buah durian. Di Sumatera sering ditemukan bekas-bekas durian yang sukses dimakan si Raja Rimba itu. Tak jarang juga, para penunggu durian jatuhan (durian yang masak di pohon dan kemudian jatuh sendiri), adu cepat dengan si Raja Rimba mengambil durian yang jatuh dari pohon. Konon, durian jatuhan rasanya leih enak daripada durian yang dibudidayakan (dan dipetik buahnya sebelum masak).

Kembali ke masa lalu, saat masih berusia 9 atau 10 tahun, nenek dari kampung mengirimi kami sekarung durian yang belum matang benar. Agar cepat matang, maka ibu menyimpannya karung buah durian itu di gudang yang gelap. Dipeuyeum (bahasa Sunda) atau diperam agar matang dan layak makan. Entah kenapa dan sedang apa, aku tiba-tiba berada di gudang itu. Karena buah durian tersebut sudah mulai matang, maka aromanya mulai menggelitik hidung. Dalam gelap dan pengapnya gudang, akhirnya kutemukan harta karunku saat itu: sekarung durian yang harum dan menggoda. Tanpa ba bu banyak cingcong, dengan kepolosan dan kebegoan seorang anak-anak, kubuka dan kumakan durian itu satu persatu sampai kenyang. Aku baru tersadar setelah kuhitung sisa buah duian tersebut yang hanya tinggal 2 atau 3 buah lagi. Mungkin saat itu aku telah menghabiskan hampir 10 buah durian. sendirian, kesurupan.

Sekarang sih aku gak sanggup kalau harus menghabiskan 10 buah durian sendirian. Bukan gak sanggup makan, tapi gak sanggup bayarnya. Tadi pagi paman istriku datang sambil membawa dua buah durian lokal. Tidak sebesar buah durian Sumatera atau Kalimantan, tapi rasanya, wahhh, dahsyat. Rela deh malam ini dijauhin istri karena nafasku bau duren. ML emang enak, tapi durian juga gak kalah enak. Ternyata emang yang berbau-bau alias beraroma rasanya emang super duper enak ya. Sebut saja petai, jengkol (dua-duanya aku gak doyan), terasi, asin jambal, juga ...... (isi sendiri, dimulai dari huruf M), hehehe...

cukup jauh dengan durian: klik http://en.wikipedia.org/wiki/Durians

2.06.2007

Masih Sekitar Poligami

Tentu saja, apa yang dilansir Ayu Utami benar, bila "...Banyak pria yang enggan menolak poligami sebab pada gilirannya mungkin mereka membutuhkannya. Banyak muslim, pria dan wanita, yang takut melarang kawin ganda dengan alasan itu menyalahi Islam. Bukankah Nabi Muhammad memiliki beberapa istri? Melarang poligami artinya menyalahkan cara hidup Nabi...".

Sebagai seorang lelaki, yang sudah beristri dan beranak-pinak, saya sangat menyetujui dengan argumen Ayu Utami di atas. Masalahnya jelas, menikah dengan satu istri sudah jelas enak. Apalagi dengan dua atau tiga atau mungkin empat istri. Enak bila secara biologis kita mampu berbuat adil. Misalnya bergiliran satu istri dalam satu hari. Dalam empat hari berisrti bisa menggauli empat istri.

Dibanding misalnya, harus 'poligami' di lokalisasi seperti yang banyak dilakukan lelaki, atau 'poligami' dengan berbagai macam selir dan harim yang tidak jelas akad nikahnya, Poligami Aa Gym yang mencontoh teladan Rasulullah SAW tentu lebih terpuji. Dalam catatan sejarah yang sahih, Rasulullah SAW tercatat menjauhi dan tidak pernah melakukan zinah. Tapi, sampai hari ini, masih banyak saja yang mengaku umatnya (laki dan perempuan) melakukan zinah. dekat-dekat saja deh, kasus Maria Eva dan Yahya Zaini. Atu mungkin ada di antara kita atay teman kita yang sempat atau masih melakukan zinah dengan berbagai macam alasan?

Pemahaman pertama yang harus difahami adalah " Haram ya Haram. Halal ya Halal. Subhat ya Subhat, dst". Jangan lantas diubah dan ditafsirkan macam-macam. Apalagi dengan argumen-argumen yang tidak jelas dasar pemikirannya. Bila poligami dihalalkan. mengapa harus dilarang? Mengapa harus diharamkan? Bila zinah itu haram, tak ada alasan untukj menghalalkan.

Pemahaman kedua adalah, mengapa selalu saja ada pertentangan dan kontroversi terhadap apa yang dipercayai oleh orang lain? Artis-artis Hollywood ada yang mempercayai Scientific Religius. Agama ilmu pengetahuan, yang menyatakan bahwa manusia kelak akan dibawa ke luar angkasa oleh para penyelmatnya yang kita kenal sekarang dengan UFO. Para ahli biologi banyak yang menganut Darwinisme, yang berasalkan pada teori Darwin tentang evolusi. Kaum Nasarani percaya bahawa Isa Al Masih adalah gembala dan penyelamatnya. Bahkan para pastor katolik rela menjalankan kehidupan selibat (tidak menikah) karena mengikuti ajaran Isa Al MAsih yang juga tidak pernah menikah selama hidupnya. Kaum komunis sangat mempercayai pendapat dan fatwa-fatwa Karl Marx dan Engels tentang kesetaraan kelas dan komunisme. Ayatullah Khameini, Sadam Hussein, Osama bin Laden dan Al Qaeda percaya bahwa Amerika serikat adalah negara dajjal yang harus diperangi dengan berbagai cara.

Semua bermula dari apa yang dipercaya. Bukan dari yang tidak dipercaya. Kaum feminis percaya bila harus ada kesetaraan dengan laki-laki dalam berbagai bentuk. Tapi di banyak pihak banyak kaum perempuan percaya bahwa uang suami adalah uang istri, dan uang istri adalah uang istri. Kaum pologamis percaya bahwa poligami adalah cara untuk memberikan keadilan dan meredam perzinahan, tapi banyak juga yang sudah poligami, eh masih zinah juga...

jadi masalahnya: adalah apau yang kita percaya. Bukan yang tidak kita percaya.

Bahkan, kata siapa perbudakan sudah hilang? Quran tidak melarang perbudakan, tetapi Quran menganjurkan memerdekaan budak. Nike, Adidas, Reebok, Sony, Microsoft, bla-bla-bla adalah penganut paham perbudakan. Percaya dengan upah buruh rendah untuk meningkatkan keuntungan pribadi. Mungkin juga perusahaan tempat kita bekerja. Di Indonsia, perbudakan dilegalkan negara untuk keperluan kapitalisme. Bila tidak, tentu saja kaum buruh outsource tidak akan mengeluh. Bekerja untuk perusahaan A atas nama Perusahaan B. Legalisasi perbudakan.

Masalahnya? Apa yang kita percaya...

Saya percaya apa yang Aa Gym lakukan adalah pada tempatnya. Masalahnya saya melakukan poligami atau tidak, itu soal lain... Jadi, jangan menghujat poligami. Karena sama dengan menghujat Nabi SAW. Menghujat Nabi SAW berarti meragukan kapabilitas Al Quran. Meragukan kapabilitas al Quran, ya sudah ganti chanell saja...

Ibu

Ribuan kilo
Jalan yang kau tempuh
lewati rintangan
untuk aku anakmu

ingin ku dekat
dan duduk di pangkuanmu
sampai aku tertidur
seperti mas kecil dulu

seperti udara
kasih yang engkau berikan
tak sanggup ku membalas
Ibu

(Ibu, dinyanyikan Iwan Fals)


Selamat Hari Ibu 22 Desember 2006
buat Ibuku yang 33 tahun sudah mengasihiku
buat Istriku yang sudah menjadi ibu anakku
Serta buat teman-teman yang sudah menjadi ibu-ibu...

12.19.2006

Portable Music Player

http://6ix2o9ine.blogspot.com

Siapa sih yang tak kenal musik? Bila telinganya berfungsi dengan normal, dapat dipastikan pasti mengenal musik. Selain itu, toh musik tidak melulu seperti yang kita biasa dengar. Bila musik didefinisikan dengan adanya irama, maka ikan paus menurut para ahli biologi kelautan pun mengenal musik.Tapi tentu saja ikan paus tidak memerlukan portable music player seperti manusia. Setidaknya sampat saat ini.

Portable Music Player (PMP) adalah salah satu temuan revolusioner yang mengubah wajah peradaban dewasa ini. Kebutuhan manusia untuk menghibur dirinya dengan musik tampaknya merupakan alasan utama terciptanya gadget ini. PMP dewasa ini dapat ditemui dlam berbagai ukuran, bentuk dan format, harga dan kualitas.

Semuanya dimulai saat Sony memperkenalkan Walkman di jalanan Ginza Tokyo di akhir 70-an. Akio Morita, sang godfather Sony Corp. yang pecinta berat musik, saat itu menginginkan sebuah PMP yang ringan, ringkas, dan murah. Lalu bersama para ahli di Sony, Akio Morita berhasil mewujudkan Walkman. Sebuah piranti pemutar musik dengan media kaset yang segera saja menjadi wabah di dunia. Siapa sangka, walkman kini menjadi nama generik untuk setiap PMP yang menggunakan kaset. Tak peduli apapun merknya, PMP tersebut dipanggil dengan nama Walkman. Sama nasibnya dengan Handycam untuk Camcorder, aqua untuk air minum kemasan, silet untuk pisay cukur.

Tahun 2000, adalah era booming gadget digital. Harga yang semakin murah dan kinerja yang semakin baik, membuat gadget digital mulai menjadi kebutuhan wajib untuk setiap orang. Ponsel (HP), kamera digital, televisi, radio, komputer, microwave, kulkas, dan banyak barang lama kelamaan dibirancang dan dibuat dengan menggunakan teknologi digital. Termasuk di dalamnya PMP.

Untuk PMP sendiri, revolusi terbesar adalah dengan ditemukan format MP3 (Motion Picture Experts Group 1, Audio Layer 3) di awal 1990an. Di mana pada saat itu orangbisa mendoenload lagu dari internet. Tentu saja awal tahun 90an di Eropa atau di Amerika sana. Sebab sepanjang yang saya ingat, format MP3 baru mulai banyak dibicarakan umum di Indonesia sekitar tahun 1995-1996. Itupun masih perlu komputer yang cukup tangguh. Seingat saya, minimal komputer setara Pentium 1 yang dapat memaiknkan musik dengan baik. PC dengan prosesor intel 486DX masih terengah-engah memainkan mp3.

Kini, format mp3 adalah format yang umum digunakan. Walau ada format terbaru AAc, Ogg Vorbis, dan lainnya yang dikeluarkan untuk menyaingi MP3, tetapi MP3 masih yang terpopuler. Setidaknya di Indonesia, di mana bisnis musik bajakan adalah pemandangan umum sehari-hari. Berbagai macam pemutar MP3 dapat ditemui. Baik itu berbentuk PMP seperti iPod, Creative Zen, atau dalam CD/VCD/DVD player. Bahkan kinio pun ermunculan ponsel yang selain dilengkapi kamera, juga dilengkapi PMP. Kualitas suara? Boleh diadu dengan stereo set hi-fi berat besar dan mahal yang pernah dipakai bapak-bapak atau kakak kita di tahun 1980-1990an. Suaranya lebih dari cukup. Keren!

Saat bekerja di Balikpapan, saya membeli 2 PMP. Yang pertama Portable CD Player, yang kedua USB Digital Music Player. Yang pertama, sperti halnya walkman, terlalu besar untuk di simpan di kantong celana, boros daya (2XAA Baterry), dan sering skip bila dibawa jalan. Selain itu tidak ada radio dan LCDnya hanya mampu membaca nomor track/angka, bukan judul/alfabet. Tapi mainan yang ini tidak tergantung pada komputer serta dapat memutar VCD. Kapasitasnya bisa untuk memainkan sapai 150 lagu dengan asumsi satu keping CD 700MB dapat memuat 150 lagu. Bila bosan CD lama, tinggal pergi ke kali lima, bisa beli CD bajakan terbaru dengan lagu-lagu baru juga.

Yang kedua, merk murah meriah, ukurannya kecil, lk. sebesar 2 ibu jari dewasa, ringan, mudah ditenteng, trendy, dan hemat daya (1XAAA baterry). Gadget yang kedua ini kapasitasnya hanya 512 MB, cukuplah untuk menampung 100-120 lagu mp3, sangat tergantung komputer untuk pengadaan lagu, tapi memiliki di dalamnya terdapat radio FM, voice recorder, serta dapat menapilkan nama artis dan judul lagu. Kelebihan lain, dapat dijadikan USB Stick/Flashdisk untuk menyimpan dan membawa data digital.

Tebak berapa harganya? Berkisar Rp, 225 Ribu rupiah untuk masing-masing gadget! Harga yang sangat murah untuk teknologi terbaru. Bayangkan, tahun 1994 saya pernah membeli Walkman Sony lengkap dengan radio dan recorder, juga dengan harga berkisar di Rp. 225.000!!! Bahkan, mungkin saat ini khusus untuk Digital PMP, dengan harga yang sama mungkin sudah didapat kapasitas yang lebih besar.

Yeah-yeah-yeahs, permasalahan yang utama adalah: alat-alat digital, termasuk MP3 Player, adalah piranti yang rentan dengan aktivitas pembajakan. Coba, siapa sih yang permah beli CD atau MP3 Orisinil? Seingat saya, terakhir kali saya membeli CD Audio orisinil adalah saat membeli album Iwan Fals du tahun 2003. Kaset terakhir yang saya beli adalah Forty Licks-nya Rolling Stones, Sinten Remen, dan Naif. Semuanya di tahun 2003, saat saya masih memakai 'walkman'Aiwa.

Sekarang? Uh, seperti saya bilang, tinggal jalan sebentar ke kaki lima. Beli CD MP3 bajakan, copy ke komputer, lalu copy ke Digital PMP. Beres. Atau, 'ngacak-ngacak' komputer teman, cari folder koleksi MP3nya, copy ke CD atau Digital PMP. Beres.BAhkan sringkali ada 'bonusnya': foto-foto porno atau video porno. Yeah, dunia digital, memang merevolusi banyak hal...