12.15.2017

Amazfit BIP: User Review

Cukup lama juga bisa mendapatkan satu unit mainan baru ini. Itupun setelah berwaktu-waktu membandingkan antara Pace dengan BIP berdasarkan user review di Youtube dan situs lainnya.

Tentu ada beberapa alasan menggaet BIP dibanding PACE yang sebetulnya diincar lebih dulu. Salahsatunya adalah karena BIP yang sebelumnya hanya berbahasa Cina, kini resmi dirilis dalam bahasa Inggris di November 2017.

Lainnya: BIP menggandeng IP68 sedang PACE IP67. Chip GPS pada BIP pun lebih baru dan lebih baik dibanding PACE.

Tentu mesin, konstruksi dan kosmetika pada PACE jauh lebih baik dibanding BIP. Resolusi display-nya yang jauh lebih baik, juga bentuknya yang bulat dengan diameter besar. Tetapi dengan berbagai pertimbangan saya pilih BIP mengingat fungsi dasarnya yang sama: activity/sport tracker.

Perbedaan harga juga jadi pertimbangan. Tetapi hanya sekitar 10% dari alasan keseluruhan mengapa akhirnya pilih BIP. Saat memutuskan membeli BIP, harganya sekitar Rp. 1.020.000 (termasuk screen protector dan extra strap). Sedangkan PACE Rp. 1.620.000 di lapak Best Memory Tokopedia.

(Saat review ini selesai ditulis iseng saya nengok Blibli.com, PACE dijual dengan harga Rp. 1.287.000 😞)

Alasan lain yang kuat yang akhirnya tidak pilih PACE adalah fiturnya yang tidak saya perlukan: Alipay, WIFI, running tutorial, beragam olahraga yang tidak saya lakukan dan music player.


1. Kesan Pertama

Bertahun memakai jam bulat dengan diameter minimal 4 sampai 5,5 cm membuat saya merasa 'canggung‘ saat memakai BIP. Bentuknya yang kotak persegi panjang, displaynya yang digital dan berwarna terasa seperti memakai jam mainan.

Bobotnya juga terasa ringan dengan strap yang seolah lebih pendek dibanding jam yang biasa saya pakai. Bila terbiasa memakai jam dengan bezel dan rantai logam, memakai BIP serasa memakai karet gelang. It feel weird.

Padahal bila dibandingkan secara visual dengan jam tangan lama saya, ukuran BIP yang kotak persegi panjang tidak jauh beda saat dikenakan.

Tetapi perasaan itu memudar saat masuk ke fitur utamanya yang membuat saya membongkar celengan: activity tracker.

Dengan GPS di pergelangan tangan yang mampu merekam dan menginformasikan jarak, kecepatan lari, durasi, peta, detak,jantung, dan elevasi, perasaan 'canggung' itu tersisih.



2. Batere

Ada banyak catatan untuk daya tahan batere. Saat pertama,kali menghidupkan BIP, batere tersimpan dari pabriknya sekitar 46%. Saya charge melalui USB dari PC Desktop sampai penuh 100%.

Tetapi setelah seminggu batere tersisa hanya 26%. Artinya selama seminggu habis 74%. Perkiraan dengan cara penggunaan saya, batere akan habis dalam 10-12 hari.

Jauh dari klaimnya bertahan 45 hari. Padahal saya kerap menonaktifkan notifikasi ponsel. Juga dipakai berolahraga dengan GPS menyala hanya sekitar 2 jam per sessi selama 3 hari.

Dari kondisi 24% saya lalu menchargenya lagi dengan menggunakan charger 0,5-1 A dengan arus 100mAH. Diperlukan lebih kurang 2 jam untuk mengisinya hingga penuh.

Dalam panduan, BIP menyarankan menggunakan charger berlekuatan arus tak lebih 500mAh dan input maksimal 1 A. Dari beberapa reviewer, mereka menyarankan menggunakan power bank untuk mencharge BIP. Tentu agar batere BIP tidak cepat rusak karena dicharge dengan arus yang lebih besar dari yang disarankan.

Tetapi untuk urusan batere ini masih harus saya uji lagi kekuatan dan daya tahannya.

Namun yang jelas, konektivitas BIP dengan ponsel, membuat ponsel saya lebih sering di-charge karena bluetooth & GPSnya aktif. Saya memakai ponsel Asus Zenfone 2 Laser 550KL yang berumur kurang lebih 2 tahun.



3. Aplikasi Mi Fit

Untuk aplikasi yang terinstal di ponsel saya adalah versi 3.1.6 per 15 Desember 2017 dengan Algoritma versi 1.1.09. Tidak ada kesulitan saat menginstall aplikasi, juga saat pairing dengan BIP.

Mi Fit yang juga aplikasi untuk smartwatch/sport band Xiaomi lainnya cukup informatif. Sebuah video di Youtube bisa menjadi referensi bagi calon pemakai BIP.

Namun sayang, aplikasi ini tidak bisa dipakai untuk memerintahkan BIP mengukur detak jantung.

Mengenai Mi Fit, akan saya review terpisah. Kalau ingat dan tidak 'hoream' (malas).



4. Watch Face

Tidak terlalu banyak watch face untuk BIP yang terinstall di device atau di aplikasi. Juga tidak semuanya keren menurut saya.

BIP hanya mampu menampung 1 tambahan watch face yang kita install dari aplikasi. Bila kita menggantinya dengan watch face lain dari aplikasi, maka akan menimpa dan menghapus watchface sebelumnya.

Watch face default di device tetap aman karena tersimpan di ROM.
Secara umum saya hanya menyukai beberapa watch face dengan tipografi dan warna tegas untuk memudahkan mengakses informasi yang dibutuhkan.

Watch face jam jarum/analog menjadi yang saya hindarkan. Karena resolusi BIP yang rendah membuatnya kurang sip dilihat (tidak mirip jam analog). Juga karena saya terbiasa memakai jam jarum dengan dial bezel yang bulat. Bentuk BIP yang kotak mungil membuat saya kurang nyaman dengan tampilan jam jarum.



5. Activity Tracker

Dalam empat percobaan hingga ulasan ini ditulis, saya 1 x mencoba fitur Cycling (bersepeda) dan Running (lari).

Untuk cycling pun saya berlaku curang, karena sebetulnya saya memakai sepeda motor karena tidak punya sepeda.

Perjalanan 5,46 km bermotor terekam dengan baik di device maupun di aplikasi. Tidak ada masalah.

Masalah justru terjadi saat saya running. Pada percobaan pertama, saya mencoba berlari sejauh 15 km.

Setelah 13,52 km tiba-tiba entah kenapa tracker mati dan BIP berubah ke tampilan jam. Padahal saat itu saya sedang berhenti beberapa menit untuk minum dan istirahat.

Tracking kembali dilanjut menjadi 2 sessi. Sessi berikutnya sepanjang 1,5 km hanya saya tracking 1 km.

Peta rute yang seharusnya terekam di BIP pun tidak ada. Tetapi data dan informasi lain ada.

Rute yang sudah ditempuh walau hilang di device, tetap terekam di aplikasi dengan utuh.



Begitu juga pada percobaan ke dua. Saya mencobanya dengan mengajaknya berlari 10K. Lagi-lagi setelah selesai diketahui tidak terekam di device. Namun di aplikasi ada.

Pada percobaan ke tiga baru rute bisa terekam utuh seperti video yang saya sajikan. Tracking juga tidak mati seperti saat percobaan lari pertama.

Asumsi mengapa rute tidak tercitrakan di device mungkin saat acquiring belum selesai saya sudah lari. Enggak sabar.

Juga bisa jadi karena karena saya set auto pause saat berhenti. Hingga saat saya istirahat lebih lama, BIP mengira saya menghentikan 'pelarian'.

Pada saat running ke tiga saya sudah me-nonaktifkan auto pause juga notifikasi aplikasi ponsel/Whatsapp.

6. Acquiring GPS

Sesaat setelah menekan tombol aktivitas Outdoor Running, GPS akan melakukan acquiring dengan satelit-satelit yang melintas di atas kita.

Terkadang BIP melakukan dengan cepat < dari 1 menit. Terkadang lama > 3 menit. Padahal posisi berada di luar ruangan serta BIP terkoneksi dengan ponsel.

Acquiring ini pasti menyedot batere juga mengesalkan bila kita memakai tracking ini saat ikut lomba lari. Jadi bila mau memakai saat lomba, sebelum start harus lebih awal acquiring, dan begitu start tinggal tekan tombol start di BIP.

7. Akurasi GPS

Sepertinya akurasi GPS pada BIP layak diacungi jempol. Karena ia mengkoreksi jarak rute yang biasa saya lalui saat running.

Dengan app Endomondo, saya kege-eran karena bisa mendapat pace 6'30 untuk jarak 15 km.

Ternyata setelah pakai BIP, jaraknya cuma 10, 75 km dan pace 9'30... :(

8. Unpair

Iseng saya mencoba unpair BIP dengan ponsel melalui aplikasi Mi Fit. Hasilnya membuat bete. Semua data aktivitas berlari saya hilang tak berbekas dari BIP. Untung sebelumnya sudah saya buat video.

Pesan moral: Iseng tidak selalu baik bagi kesehatan walau jadi pengetahuan.



9. Gadgetbridge

Lupakan Gadgetbridge. Saya menginstall aplikasi ini melalui F Droid. Tadinya agar bisa menginstall watch face keren lain yang bertebaran di internet.

Tapi karena tidak mengerti cara mengekstrak watch face yang sudah didownload ke aplikasi dan mentransfernya ke BIP, saya hapus saja Gadgetbridgenya. Sekalian F Droidnya. Karena isinya dan fungsinya sama saja dengan Mi Fit. Bahkan Mi Fit lebih baik.

10. Kesimpulan


Puas banget memakai BIP -di luar tampilannya yang kotak dan seperti mungil (padahal enggak)

Untuk sport tracker sejutaan, tentu belum seimbang lah kalau dibandingkan dengan Suunto, Samsumg, Garmin, atau Apple Watch (semuanya belum pernah saya pakai. Apalagi saya beli. Mahal Bo!)

Tetapi bagi penggemar olah raga lari pemula seperti saya, BIP banyak membantu. Terutama memotivasi untuk meningkatkan kualitas lari. Juga kualitas tidur.

Sepakat dengan pereview di Youtube, BIP cocok disebut Sport/Activity tracker dengan fitur smartwatch. Bukan smartwatch dengan fitur Sport/Activity tracker.

Jelasnya setelah nebok tabungan buat sekolah anak, puas banget dengan BIP.

Tentu saya masih harus menabung lebih keras agar suatu saat bisa membeli Pace 2 yang rumornya akan segera beredar. Spek-nya lebih dahsyat dari Pace 1 karena waterproof 5 ATM. Yah nunggu murah dulu lah dan diimpor resmi Xiaomi.

Bandung, 15 Desember 2017

Link pembelian: Best Memory Tokopedia

Link Youtube Review: Smart Watch Ticks 

7.07.2016

SEPAK BOLA DAN BUAH KURMA



Suatu ketika Rasulullah mendapati penduduk Madinah sedang mengawinkan benih kurma dengan penyerbukan. Melihat ini Rasulullah lalu mengomentari apa yang dilakukan oleh penduduk Madinah tersebut dan bertanya mengapa benih kurma itu mesti dikawinkan segala. Mengapa tidak dibiarkan begitu saja secara alamiah. Penduduk Madinah yang petani kurma itu sangat menghormati Nabi Muhammad sebagai pemimpin panutannya. Ia lalu mengikuti saran Rasulullah dan berhenti mengawinkan kurmanya. Kemudian ternyata produksi kurmanya menurun karenanya.

Panennya berkurang karena mengikuti saran Rasulullah. Para petani kurma kemudian melaporkan panen kurma yang menurun itu kepada Rasulullah. Rasulullah kemudian sadar akan keterbatasan pengetahuannya tentang menanam kurma. Maka keluarlah sabda Rasulullah: "Wa Antum A’lamu bi Amri Dunya-kum" (Kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu).


Ketika Nabi saw memberikan nasihat tentang cara mengawinkan pohon kurma supaya berbuah, ini bisa dianggap bahwa beliau sudah memasukkan otoritas agama untuk urusan duniawi yang di mana beliau tidak mendapatkan wahyu atau kewenangan untuk itu. Untuk manusia setingkat Nabi apa pun perkataannya, sikapnya, dan bahkan diamnya pun bisa dianggap sebagai hukum, aturan, dan ketentuan. Tapi ternyata dalam masalah menanam kurma ini pendapat beliau keliru. Pohon kurma itu malah menjadi mandul.

Maka para petani kurma itu mengadu lagi kepada Nabi SAW, meminta pertanggungjawaban beliau. Beliau menyadari kesalahan waktu itu dan dengan rendah hati berkata, “Kalau itu berkaitan dengan urusan agama ikutilah aku, tapi kalau itu berkaitan dengan urusan dunia kamu.

Rasulullah mengakui keterbatasannya. Bila tidak diwahyukan, untuk urusan dunia di jaman beliau pun beliau bukanlah orang yang paling tahu.



Seorang pemimpin tentu saja harus megetahui banyak hal yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya. Baik itu populasi, geografis, demografis, juga kebiasaan-kebiaasaan yang ada. Termasuk di dalamnya hukum-hukum dan peraturan yang tidak tertulis yang berlaku dalam dasar kesepakatan bersama.

Mari kita bayangkan bila seorang pemimpin yang kita hormati, mengajak pemimpin lainnya, dan juga pemimpin lainnya untuk berdiskusi dan memutuskan hal yang sebetulnya tidak mereka ketahui secara jelas. Hal yang seharusnya menghadirkan pihak lain yang dapat menjadi referensi, saran, dan rujukan, tetapi TIDAK dilakukannya. Maka akan seperti yang kanjeng Nabi SAW alami di atas.

Padahal tentu kita tahu, yakin Nabi SAW adalah sebaik-baiknya pemimpin, sebaik-baiknya insan Alloh SWT, sesempurna-sempurnanya mahluk. Tetapi Rosululloh juga tidak luput dari kekhilafan saat memutuskan apa yang memang bukan menjadi pengetahuan beliau. Shollu 'alla nabi.

Apalagi kita, manusia yang derajat moral, ahlak, pengetahuan dan iman tidak seujung kuku Nabi SAW. Kita adalah gudangnya salah, gudangnya khilaf, gudangnya ketidaktahuan.

Tentu hadits di atas bukan untuk membuat kita melakukan pembenaran-pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan. Atau mengelak dari keharusan berbuat terbaikdan terbenar. Tetapi kita dituntut untuk menyerahkan segala sesuatu pada ahlinya. Pada orang-orang yang mengerti.

Jangan sampai karena terikat janji lalu berusaha menepati dan kemudian mencederai pihak lain. Mungkin kita ditakdirkan memimpin sebuah kota yang aktif dan dinamis. Mungkin kita berwenang mengelola sebuah kota. Tetapi urusan sepak bola, klab, supporter, dan hal lain yang berkaitan dengan hal lainnya, tanyalah pada mereka.

Apalagi kemudian memberikan janji pada kelompok lain yang jelas-jelas memusuhi warga kotanya. Mengundang dan menjamu kelompok orang yang justru akan merugikan dirinya dan warga yang dipimpinnya. Kejadian di GBK adalah bukti nyata bahwa mereka yang diundang bukanlah orang yang layak datang.

Saya jadi teringat talatah para karuhun Sunda yang isinya mengiyakan perkataan Rosul SAW dengan 'wa antum a’lamu bi amri dunya-kum': tadaga carita hangsa. gajendra carita banem. matsyanem carita sagarem. puspanem carita bangbarem. (artinya: telaga dikisahkan angsa. gajah mengisahkan hutan.ikan mengisahkan laut. bunga dikisahkan kumbang.)

Bila ingin tahu tentang taman yang jernih, danau berair sejuk, tanyalah angsa; bila ingin tahu isi laut, tanyalah ikan; bila ingin tahu isi hutan, tanyalah gajah; bila ingin tahu harum dan manisnya bunga, tanyalah kumbang. Semuanya dapat diartikan agar tidak salah memilih tempat bertanya. Pun Sapun.

Ricky N. Sastramihardja
Bobotoh Persib Bandung, pecinta kopi, fotografi, dan suka main dengan kucing

dimuat di Bobotoh.id 25 Juni 2016
http://bobotoh.id/2016/06/buah-kurma-sepak-bola/

5.27.2016

MENGENANG RANGGA CIPTA NUGRAHA


27 Mei 2012. Pada hari itu 3 nyawa meregang dan lepas dari jasadnya di stadion kebanggaan Indonesia Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Gedung olahraga yang didedikasikan Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia pertama, untuk menggalang persatuan sesama anak bangsa.

Menjadi suatu ironi bila kemudian, di stadion megah tersebut ada tiga anak bangsa yang ‘gugur’ akibat dikeroyok sesama anak bangsa lain, hanya karena urusan dukung-mendukung sepak bola.

Lebih ironis lagi, dua tahun berselang semenjak kejadian terkutuk itu, tak ada seorang pelaku pun yang mendapat tindakan hukum. Tak ada seorang pun yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tak ada seorang pun aparat keamanan dan keadilan di negara ini yang bertindak sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya.

Sempat terdengar melalui kabar media bahwa ada beberapa orang yang ditangkap dan ditahan aparat keamanan dan ditetapkan sebagai tersangka. Akan tetapi kemudian berhenti sampai di situ dan lalu menghilang bagai asap ditelan udara.

Ironis

Kami percaya bahwa jodoh, bagja, pati sudah diatur seadil-adilnya oleh Sang Maha Penyayang. Kematian, adalah awal yang baru bagi ciptaan-Nya yang lemah ini, dalam rangka kembali pulang kepada-Nya.

Kami juga percaya bila Sang Kholik menyimpan rencana indah di balik peristiwa tragis di GBK yang menimpa salah seorang rekan kami, Rangga Cipta Nugraha.

Kami percaya dendam dan amarah, benci dan perilaku anarki bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan amarah. Di hadapan keadilan-Nya, kami terlalu lemah untuk melakukan hal-hal pengecut seperti itu.

Tetapi kami juga percaya bila suatu saat keadilan itu akan datang, dalam berbagai bentuk dan cara yang bisa saja di luar nalar dan logika manusia. Karena kami percaya, apapun yang terjadi hari ini, sudah sesuai dengan skenario yang dituliskan di Lauhl Mahfuz. Kitab yang dituliskan puluhan ribu tahun sebelum semesta ini diciptakan Allah SWT.

Doa kami hari ini, kemarin, dan esok, selalu dipanjatkan pada arasyMu ya Rahmaan Rohiim. Semoga Rangga Cipta Nugraha, senantiasa berada dalam lindungan kasih sayangMu. Beristirahatlah dengan tenang di keabadian kawan.

Begitu pula kami yang masih hidup dan menunggu giliran untuk pulang menuju haribaanMu, selalu dilindungi Sang Kholik dari perbuatan-perbuatan terkutuk. Dari hasrat dan amarah yang tak terkendali. Karena kami percaya, bahwa keadilan itu akan datang suatu saat nanti.

Allohumag fiirlahu warhamhu wa’afihi wafuanhu. (Ricky N. Sastramihardja/SB)

pernah dimuat di suarabobotoh.com
27-05-2014



4.22.2016

#BULIGIR DAYS



Approx: 39:32
#BuligirDays
Documentary
Agency: -
Videografer: Ricky N. Sastramihardja
Music Theme : Patrizio Buane - Stand Up
ERA - The Champions
© 2014

4.21.2016

MENGAPA HARUS KARTINI?



Oleh: Tiar Anwar Bachtiar*

Mengapa harus Kartini? Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV).

Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.

Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia?

Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.

Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu.

Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita.

Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiran-pikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita.

Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati. Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan.

Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? — Apa karena Cut Nyak dibenci penjajah?— Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.

Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi: Ibu kita Cut Nyak Dien. Putri sejati. Putri Indonesia…, mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong takdir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius: Mengapa Harus Kartini?

*PP Persis, Ketum Pemuda Persis 2010-2015, Peneliti INSISTS dan Doktor Sejarah, Universitas Indonesia
Dari Facebook PERSATUAN ISLAM (PERSIS), Kamis 21 April 2016

“BANGKAR PLAYERS” PERSIB BANDUNG SEPANJANG MASA (BAGIAN 1)



Menjelang musim kompetisi baru, bursa transfer pemain selalu diramaikan oleh nama-nama pemain yang berpindah dari satu klub ke klub lainnya. Wajah-wajah ‘lama’ yang biasanya berada di kesebelasan rival bisa saja menjadi pemain unggulan di kesebelasan yang kita dukung. Atau muncul nama-nama baru yang terdengar ‘asing’ di telinga kita yang berasal dari negara yang jauh di sebrang lautan.

Walau untuk beberapa pihak yang kritis melakukan studi tentang sepak bola profesional di Indonesia menilai bahwa tidak pernah ada bursa transfer pemain yang sesugguhnya. Bursa transfer yang terjadi di dunia sepakbola Indonesia lebih merupakan bursa ‘kontrak’ karena klub lama yang melepas pemain seringkali tidak mendapat keuntungan finansial.

Umumnya pola migrasi pemain terjadi karena pemain hanya dikontrak satu musim. Perkecualian bisa dikatakan terjadi pada saat Dias Angga Putra ditransfer dari Pelita Bandung Raya (PBR) ke Persib Bandung dengan nilai yang menguntungkan PBR. Di mana menurut manajemen PBR bahwa pihaknya menerima lebih banyak rupiah dari Persib dibandingkan saat mereka mengontraknya untuk pertama kali.

Dari sekian banyak bursa transfer yang dilakukan oleh Persib Bandung, tim redaksi maenbal.co menelusuri pembelian pemain terburuk yang pernah dilakukan Persib Bandung. Cukup menarik mengingat ada lebih dari 16 nama yang kami kategorikan sebagai ‘bangkar buying’.
Siapakah mereka? Mari kita mulai dari tahun yang terdekat.

1. DJIBRIL, COULIBALI
Pemain asal Mali ini begitu ‘ngoncrang’ saat bermain bersama Barito Putra di musim 2012-2013. Bersama koleganya, Makan Konate, Djibril berhasil mengemas 21 gol. Namun saat berkostum Persib Bandung, Djibril lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan karena cedera yang dideritanya. Bahkan di musim 2014-2015 Djibril harus memutuskan kontrak yang baru ditandangani tanpa sempat merumput bersama Semen Padang FC yang menampungnya usai lepas kontrak dari Persib Bandung.

2. EPANDI, HERMAN DZUMAFO
Diboyong dari Arema untuk menjadi striker utama Persib Bandung di musim 2012-2013 bersama Sergio Van Dijk. Sebelumnya bersama PSPS Pekanbaru Dzumafo mengemas 55 gol dari 111 kali bermain sepanjang tahun 2007 – 2011. Tetapi saat merumput bersama Persib Bandung, Dzumafo hanya mengemas 6 gol dari 16 pertandingan. Pada paruh musim, Dzumafo ditukarpinjamkan dengan Hilton Moreira (Sriwijaya FC).

3. SAKYI, MOSES
Pemain berpaspor Ghana ini merumput bersama Persib di musim 2011-2012. Maksud hati pelatih Persib saat itu, Drago Mamic, mendatangkan Sakyi untuk menggantikan Dragicevic yang hanya bermain satu pertandingan (IPL) saja. Namun ternyata selama setengah musim bersama Persib, Sakyi hanya mampu mencetak 3 gol saja dari 9 penampilan.

4. DRAGICEVIC, ZDRAVKO
Dibawa Drago Mamic dari Montenegro untuk menjadi striker, namun kandas pada pertandingan pertamanya bersama Persib Bandung. Penampilannya mengecewakan ketika Persib Bandung dipaksa bemain imbang 1-1 menghadapi Semen Padang pada pertandingan pembuka Liga Premier Indonesia/LPI di Stadion Si Jalak Harupat. Pada pertandingan selanjutnya di Liga Super Indonesia/LSI, Dragicevic tak terlihat lagi dalam jajaran pemain Persib sampai kompetisi usai.

5. M. NASUHA
Penampilan M. Nasuha dengan timnas Indonesia pada Piala AFF 2010 sungguh mengesankan sehingga manajemen Persib Bandung merekrutnya dari Persija Jakarta untuk bermain di musim 2011-2012. Namun sebagai bek kiri Persib Bandung, ia hanya bermain beberapa pertandingan saja karena cedera yang dideritanya sangat parah.

6. FRANCES, PABLO
Bersama Persijap Jepara, Frances mendapat sepatu emas karena menjadi top scorer di gelaran Piala/Copa Indonesia. Prestasinya itu membuat manajemen Persib tak segan-segan memboyongnya untuk merumput di Stadion Siliwangi pada musim 2010-2011. Namun ia tak mendapatkan kembali momen terbaiknya. Pada paruh musim pemain berpaspor Argentina itu harus pasrah turun kasta karena dipinjamkan ke Persikab Kabupaten Bandung yang bermain di Divisi Utama Liga Indonesia.

7. CHITESCU, LEONTIN
Saat berkostum PSM Makassar, Chitescu adalah ‘pembawa sial’ untuk Persib Bandung. Dua golnya di babak semifinal Piala Jusuf 2006, membuat Persib gagal meraih tiket final. Namun penampilan moncernya itu tidak berlanjut saat ia berkostum Persib Bandung di musim 2008-2009. Dimaksudkan untuk menggantikan Eka Ramdani yang harus bermain untuk Timnas Indonesia di Merdeka Games dan SEA GAMES, pemain berpaspor Rumania yang digadang-gadang pelatih Arcan Iurie ini tak mampu memenuhi ekspetasi Bobotoh.

8. ALCANTARA, FABIO LOPEZ
Pemain berpaspor Brazil ini penampilannya sangat cemerlang saat berkostum Happy Valley Hongkong di musim 2005-2006. Ia pun mendapat gelar pencetak gol terbanyak di Divisi Satu Hongkong dan Piala Liga hongkong. Namun ‘life time’ pemain ini sudah habis saat berkostum Persib Bandung di musim ISL 2008-2009. Dari lima pertandingan ia hanya membuat satu gol. Yah namanya juga ‘pemaen ti Hongkong’ (Bersambung)

Ricky N. Sastramihardja/Egga Wiradisastra/Roni Kurniawan/SB

pernah dimuat di suarabobotoh.com
03-02-2015
Foto M. Nasuha: Juara.Net

“BANGKAR PLAYERS” PERSIB BANDUNG SEPANJANG MASA (BAGIAN 2)


Pada hari Selasa (3/2/2015), redaksi maenbal.co telah menceritakan tentang beberapa pemain yang gagal bersinar ketika membela Persib Bandung. Kali ini, redaksi maenbal.co akan kembali menuliskan dan menceritakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul “Bangkar Players” Persib Bandung Sepanjang Masa (Bagian 1).

9. BEKAMENGA, CHRISTIAN

Berlabel pemain Tinas Kamerun U-23, pemain berpaspor Kamerun ini dibawa ke Stadion Siliwangi dari Negeri Sembilan FC Malaysia dengan nilai kontrak yang cukup fantastis di masanya, 1,1 Miliar rupiah. Namun godaan bermain di Liga Perancis membuatnya ‘gelap mata’. Bekamenga pergi meninggalkan Persib Bandung tanpa pamit untuk bermain di Nantes FC, Perancis. Padahal publik Bobotoh terlanjur menyukai pemain ‘stylish’ yang membuat Persib sempat merasakan gelar ‘juara paruh musim’ di 2007-2008.

10. TRAORE, BRAHIMA

Segudang pengalamannya bersama Timnas Burkina Faso serta bermain untuk klub-klub yang bermain di Uni Emirat Arab (UAE) dan Liga Prancis membuat manajemen meminangnya untuk merumput bersama Persib Bandung di musim 2006 – 2007. Tetapi pada realitasnya, ia lebih sering duduk manis di bangku pemain cadangan karena kalah bersaing dengan pemain lokal Persib masa itu seperti Zaenal Arief, Eka Ramdani.

11. BERTI, AYOUCK LOUIS

Tidak cukup banyak sumber yang menjelaskan tipikal dan posisi bermainnya. Pemain berpaspor Kamerun ini nasibnya tak jauh beda dengan rekannya, Brahima Traore. Lebih sering duduk manis di pinggir lapangan menyaksikan rekan-rekan satu timnya berjibaku berupaya meloloskan Persib Bandung dari jurang degradasi di musim 2006-2007.

12. TAWEECHAI, PRADITH

Pemain berpaspor negara Gajah putih ini merupakan pemain asing ke empat Persib Bandung musim 2005-2006 bersama Barkaouwi, Ocraenecz, dan ‘Toyo’ Claudio. Pemain belakang ini gagal menunjukkan penampilan terbaiknya di Persib, Taweechai hanya bermain separuh musim saja.

13. KINGSLEY, CHIOMA
Pemain belakang berpaspor Nigeria ini direkrut untuk memperkuat jajaran pemain belakang pasukan persib Bandung du musim 2004-2005. Namun ternyata penampilannya masih kalah jauh dengan Toyo, Usep Munandar, Dadang Hidayat.

14. Untuk nomor 14, 15, 16 ada tiga pemain ‘bangkar’ yang merupakan paketan dari pelatih berpaspor Polandia, Marek Andrejz Sledzianowski. Ke tiga pemain asing ‘legendaris’ berpaspor Polandia itu adalah Maciej Dolega, Piotr Orlinski, dan Mariusz Mucharski. Sepertinya layak disebut ‘legendaris tapi bangkar’ karena ketiganya adalah pemain berpaspor asing angkatan pertama yang bermain untuk Persib Bandung setelah bertahun-tahun lamanya hanya mengandalkan pemain lokal. Namun hasil yang terbaik didapat dari Pelatih dan Trio Polandia ini adalah Persib harus melewati pertandingan play off di musim 2003 – 2004 agar terhindar dari degradasi.

Demikian ‘Bangkar Players’ dari masa ke masa. Selain ke-16 nama tersebut masih ada nama lain yang gagal ‘mencrang’ bersama Persib Bandung seperti Budi ‘Budigol’ Sudarsono, Sandi Pribadi, Jairon Feliciano, Christian Molina, atau Pavel Bocian. Atau juga seperti nama Fortune Udo, Koh Traore dan Nicolas Vigneri. Namun ketiga nama yang disebut belakangan tersebut baru berstatus pemain seleksi.

Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat kami pada para ‘Bangkar Players’ yang bagaimanapun juga pernah basah berkeringat di saat membela klub kebanggaan Bandung dan Indonesia ini. Tulisan yang disusun tim redaksi maenbal.co ini untuk menunjukkan bahwa untuk ‘menjadi’ itu memerlukan proses yang panjang, jatuh bangun, dan menyakitkan.

Tentu harapan ke depannya adalah setiap rekrutmen dan seleksi pemain asing maupun lokal yang akan bergabung dengan pasukan Pangeran Biru ini harus mengedepankan kebutuhan tim akan pemain yang berkualitas. Tidak hanya mengandalkan bisikan agen atau ‘cek beja’ belaka.

Ricky N. Sastramihardja/ Egga Wiradisastra/Roni Kurniawan

pernah dimuat di suarabobotoh.com
11-02-2015
Foto Christian Bekamenga play for Nantes

4.20.2016

BOBOTOH GENERASI 2.0



Persib Bandung membuka lembaran pertama tahun 2015 ini dengan meraih Piala Wali Kota Padang usai mengalahkan Persiba Balikpapan dengan skor 0-2. Alhamdulilah, suatu pencapaian yang menyenangkan, mengingat para Bobotoh masih dilanda euforia demam juara kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 yang seolah tak berhenti. Padahal sudah dua bulan lamanya semenjak Piala ISL 2014 dibawa pulang ke Bandung dari Palembang.

Hasil yang sangat pantas disyukuri walau mungkin Piala Walikota Padang ini ‘hanya’ turnamen biasa di luar kalender PSSI/AFC/FIFA. Setidaknya, hal ini menunjukk, persiapan Persib untuk menghadapi pertandingan panjang dan berat di ISL 2015 serta di Liga Champion Asia (LCA) mendatang sudah menunjukkan adanya kerangka tim yang baik. Untuk itu wajib kita ucapkan selamat pada Persib Bandung yang kita cintai ini, karena ada dua piala yang dibawa pulang dalam waktu yang berdekatan.

Di luar urusan sepakbola, ada hal yang menarik dari perhelatan Piala Wali Kota Padang ini. Hal yang sangat mencolok adalah dengan tidak adanya satupun pertandingan Persib maupun tim-tim lain, yang ditayangkan oleh televisi. Padahal keikutsertaan Persib dalam turnamen ini seharusnya menarik minat lembaga penyiaran swasta untuk menyiarkannya ke seluruh pelosok negeri. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Apakah memang dianggap tidak menarik minat sponsor, terlalu tinggi biayanya, atau ada sebab lainnya.

Untung saja kita sekarang hidup di jaman kemudahan teknologi informasi. Jaman di mana internet menjadi rujukan utama untuk mengais berbagi macam informasi, termasuk hasil pertandingan sepak bola. Sehingga, para Bobotoh dengan sekejap dapat mengetahui hasil pertandingan melalui internet, terutama dari jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Para Bobotoh dewasa ini adalah Bobotoh generasi 2.0 yang mereguk informasi dari samudera Internet yang luas dan seolah tak bertepi. Bobotoh yang tidak lagi menunggu dan berebut koran pagi di keesokan hari, hanya untuk sekedar mengetahui hasil pertandingan Persib.

Sayangnya, informasi penting seperti itu tidak bisa kita dapat langsung dari pihak Persib sendiri. Para Bobotoh mendapatkan informasi tersebut dari pihak Bobotoh yang berada di Stadion H. Agus Salim Padang, atau lembaga penyiaran lain yang bukan lembaga resmi penyiaran yang dikelola oleh PT. Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB)

Berkaca misalnya pada tim-tim di Liga Inggris, di mana pada setiap pertandingan resmi atau tidak resmi, latihan atau bahkan sekedar mengucapkan selamat ulang tahun pada pemain, mereka menggunakan Twitter untuk mendistribusikan informasi yang harus diketahui para supporter dan fans di seluruh dunia. Pada setiap pertandingan resmi, para fans di Indonesia bisa mengetahui jalannya pertandingan berikut hasilnya dari live tweet yang disiarkan oleh lembaga penyiaran klub yang bersangkutan. Sehingga walaupun para fans tidak menonton pertandingan yang hanya disiarkan melalui TV Kabel/siaran berbayar (Pay TV), streaming, atau dari siaran free-to-air yang di-relay tv swasta, tapi dapat mengikutinya melalui layar ponsel atau laptopnya.

Begitu juga dengan keberadaan situs resmi klub. Bila kita berkunjung ke situs resmi tim-tim yang pernah berlaga dengan Persib seperti Ajax Amsterdam (Belanda), D.C United (USA) atau Central Coast Marines/CCM (Australia), web site resmi mereka ini sangat aktif mengelola informasi yang harus diketahui para supporter mereka. Mulai dari harga tiket hingga jadwal latihan, bahkan ulasan dan kesan tentang pertandingan pun ditayangkan di web site mereka. Bahkan hampir semua klub yang saya sebut di atas memiliki Youtube channel tersendiri, lengkap dengan liputan pertandingan yang digarap secara profesional. Sehingga kita bisa menyaksikan, misalnya, bagaimana gol jarak jauh lebih dari setengah lapang yang diciptakan Mbida Messi pada pertandingan melawan CCM di tahun 2012.

Klub sekelas Persib memang sudah seharusnya memiliki lembaga penyiaran sendiri yang dikelola dengan lebih baik. Dengan demikian, para Bobotoh dapat dengan mudah menerima informasi. Persib tidak lagi tergantung pada televisi swasta atau media massa untuk menyiarkan informasi pada publik bobotoh. Cukup dengan memainkan jari-jemari di atas ponsel, lalu menyebarkannya via akun twitter resmi Persib, fanspage resmi Persib di Faceboook yang di-like hampir 6 juta bobotoh, atau melalui web site official Persib secara real time.

Ricky N. Sastramihardja
Pemimpin Redaksi Suara Bobotoh

pernah dimuat di suarabobotoh.com
08-01-2015