6.07.2022

MARHABAN YA BAL-BALAN!


Walau sampai saat ini masih belum rilis harga dan kuota tiket, tapi pertandingan perdana 'tarkam' Piala Presiden 2022 antara PERSIB Bandung vs Bali United mengundang antusias Bobotoh.

Maklum, dua tahun tidak nyetadion menjadi kebutuhan tersediri bagi publik sepak bola Bandung. Tidak hanya bobotoh domestik yang berdomisili di Bandung Raya, pertandingan ini juga diincar bobotoh dari luar kota Bandung.

Berkaca dari pertandingan Timnas vs Banglasdesh, sepertinya tiket juga masih akan dijatah. Apalagi status aglomerasi Bandung Raya masih PPKM Level 1.

Semoga panpel pertandingan dan PT. PBB bisa mengelola distribusi tiket dengan baik. Jangan sampai jatuh ke tangan calo yang akan membuat rudet.

Karena pertandingan digelar di GBLA, tentu saja harus disosialisasikan juga ke warga sekitar. Jangan sampai ada akamsi yang minta jatah tiket hingga ribuan dengan dalih untuk warga padahal untuk dijual lagi.

Ini event olah raga profesional, penonton harus membeli tiket untuk membantu ekonomi klub  dan pemain. Jangan jadi bobotoh yang doyan moncor. Penjaga gerbang tiket juga jangan mangpang-mungpung. 

Terserah teknisnya bagaimana, mau tiket konvensional atau elektronik, hal itu tidak penting. Karena yang penting adalah manajemen di lapangan yang harus beres dan meminimalisir kebocoran agar bobotoh yang membeli tiket bisa menikmati haknya dengan layak.

Marhaban Ya Bal-balan!


Ricky N. Sastramihardja

2.14.2022

DERBY MATCH, MAKNA KATA YANG MELUAS AKIBAT RIVALITAS


Semula pertandingan derbi pada sepak bola hanya berlaku untuk pertandingan tim sekota atau satu wilayah yang sama. Namun kadang mengalami perluasan makna, menjadi pertandingan antara dua tim dengan rivaltas yang kental. 

Perluasan makna ini sepertinya akibat 'salah kaprah' media massa dalam memberi judul dalam berita/isi. Walhasil, tak dapat ditolak, istilah derbi kemudian meluas kemana-mana, bahkan pada klub yang tak memiliki akar sejarah rivalitas yang panjang.

Di Indonesia yang memungut istilah derbi dari bahasa Inggris, derby, ketidaktepatan penggunaan istilah ini sering digunakan. Entah karena kata derbi ini memiliki makna konotasi yang lebih luas, yang lebih menguras emosi para pendukung tim sepak bola. Atau mungkin karena ingin terlihat keren karena keinggris-inggrisan.

Misalnya saja ada yang menyebut derby Jatim untuk Persebaya vs Arema, atau Derby Indonesia untuk Persib vs Persija. Padahal bila dikembalikan ke arti kata sesuai kamus/leksikal, tentu saja istilah tersebut tidak tepat.

Bagaimana tidak, klub-klub itu tidak berada di kota yang sama. Juga tidak berada di satu wilayah yang sama, ada kota lain di antara kota-kota yang 'berselisih'. Sepanjang Surabaya - Malang, ada Sidoarjo dan Purwodadi. Dari Jakarta ke Bandung, ada Bogor dan Cianjur atau Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.

Lebih unik lagi menyebut derby Indonesia untuk pertandingan Persib vs Persija. Ini sudah sangat jauh dari kata semula, karena bila memakai istilah derbi Indonesia, maka semua pertandngan di Indonesia adalah derbi.

Satu-satunya alasan yang (dipaksa) masuk akal adalah karena adanya rivalitas panjang antara ke dua klub. Hingga akhirnya kata derbi mengalami perluasan makna, terutama dipakai oleh media-media.

Uniknya, misalnya, istilah derbi Indonesia ini tidak berlaku pada pertandingan Persib vs PSMS Medan. Padahal rivalitas kedua klub ini di masa perserikatan sangat kuat dibanding Persib vs Persija. Juga tidak berlaku pada pertandigan Persebaya vs PSIS. Derbi di Indonesia seolah hanya menjadi milik Persebaya vs Arema dengan istilah derby Jatim, serta Persib vs Persija dengan istilah derby Indonesia.

Bahkan pertandingan Persib vs PSKC Cimahi atau Persib vs Persikab Kabupaten Bandung juga jarang disebut derbi. Selain karena di keduanya jarang bertemu akibat berbeda kasta, juga karena memang tidak ada rivalitas antara kedua klub. Bobotoh pendukung Persib biasanya ya suporter PSKC juga atau suporter Persikab (Lulugu).

Mungkin, bila dikembalikan ke arti kata derbi secara leksikal, maka pertandingan antara Persija vs Persikabo 1973 seharusnya lebih layak disebut derbi, arena kedua klub tersebut ada di wilayah aglomerasi yang sama/bertetangga. Atau misalnya PSIM Yogyakarta vs Persis Solo, karena keduanya berada di wilayah yang sama/bertetangga, juga karena rivalitasnya yang kuat.

Bila merujuk ke makna leksikal, maka derbi di Liga 1 mendatang dipastikan akan terjadi antara Persita Tangerang vs Rans Cilegon FC yang sama-sama berada di wilayah Banten. Atau bila Rans FC jadi bermarkas di Jakarta Utara, maka Persija vs Rans FC yang layak disebut derbi, seperti halnya Persija vs Persitara Jakarta Utara. Itulah derbi yang sebenar-benarnya derbi.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Derby PSKC Cimahi vs Persib Bandung di babak 128 besar Piala Indonesia 2019 di Stadion Wiradadaha, Tasikmalaya.  Persib menang tipis 1-2.




2.12.2022

JEJAK TERSEMBUNYI PASSOS DI PENAMPILAN CEMERLANG TEJA


Teja Paku Alam namanya. Semula kehadirannya disangsikan, maklum pemain kelahiran Painan, Sumatera Barat 28 tahun silam ini direkrut di awal 2020 dari tim yang terdegradasi ke Liga 2, Semen Padang.

Namun Teja sepertinya bisa membalikkan anggapan miring itu.  Dari 19x penampilannya bersama Persib di Liga 1 2021, Teja membuktikan bila ia menjadi rekrutan pemain terbaik Persib Bandung di era rezim Robert Alberts. 

Gawang Persib kebobolan 15x dalam 23 pertandingan dan memasukan 30 gol ke gawang lawan. Minimnya kebobolan Persib ini, selain kontribusi pemain belakang, dipastikan karena penampilan cemerlang Teja.

Berulang kali ia melakukan penyelamatan-penyelamatan penting, bahkan untuk bola-bola yang sulit. Akibatnya Ciro Alves, juru gedor Persikabo 1973, menangis di ujung pertandingan pekan ke-21. Semua tendangan mautnya yang indah, gagal bersarang ke gawang Teja.

Bahkan dari pertandingan pekan ke-24 tadi malam melawan PSS Sleman, Teja layak mendapatkan gelar Man of The Match (MoTM) setelah berulangkali melakukan penyelamatan dari serangan-serangan pemain Sleman. Walau kebobolan satu gol oleh eks rekan satu tim-nya, Wander Luiz, Teja berhasil menjaga kemenangan Persib hingga ujung pertandingan.

Ia juga berhasil menepis tendangan jarak jauh Ramdhani Lestaluhu, yang bila membuahkan hasil, akan mengubah hasil akhir karena terjadi di menit-menit akhir.

Teja menjadi kiper pertama yang meraih gelar pemain bulan Januari 2022 versi TSG/Technical Study Group. Biasanya TSG menganugerahkan gelar individual award pada penyerang atau gelandang. Namun kali ini berbeda, individual award diberikan kepada Teja yang bisa menahan sedikitnya 8 tendangan berbahaya pemain-pemain Persikabo 1973 di pekan ke-21.

Salah satu orang sukses dibalik penampilan cemerlang Teja adalah Gatot Prasetyo. Gatot ini adalah eks kiper Persib yang membawa Persib juara di Liga Indonesia I tahun 1994-1995 silam. Selain itu ada nama tersebunyi di balik jabatan ofisial Video Technical Analyst: Luizinho Passos 

Luizinho Passos ini pelatih kiper Borneo FC yang kemudian direkrut Persib Bandung di bulan September 2021 karena Gatot mengundurkan diri karena alasan pekerjaan (Gatot adalah seorang ASN).

Tangan dingin Passos bisa dilihat jejaknya di penampilan M. Ridho (Kiper Borneo FC/Madura United/Timnas Indonesia) dan Nadeo Argawinata (Kiper Bali United/Timnas Indonesia). Di laman Liga Indonesia Baru, disebutkan Passos adalah ofisial tim dengan tugas Video technical Analysis. Bukan pelatih kiper yang masih dipegang oleh Gatot.

Sedangkan di laman resmi Persib Bandung, Passos adalah pelatih kiper. Sedangkan nama Gatot tidak tercantum.

Berkat asuhan Passos, Teja menemukan potensi tersembunyinya. Tentu bukan tanpa kebobolan. Tercatat dari 19 penampilan ia baru kebobolan 9 gol.

Hingga pekan ke-20 berdasar catatan Skor.id 23 Januari 2022, Teja menjadi kiper dengan jumlah rata-rata penyelamatan tertinggi, yakni mencapai 3,69 per laga.

Bukan tidak mungkin, bila Teja konsisten hingga akhir musim ini, ia akan mendapat gelar penjaga gawang terbaik. Tentu hal ini bisa terwujud bila pemain-pemain Persib lainnya juga bermain sepenuh hati dan mengutamakan koletivitas tim. Karena sejatinya penampilan cemerlang Teja adalah berkat kerja sama seluruh pemain, terutama pemain-pemain belakang yang bertugas menjaga pertahanan.

Ricky N. Sastramihardja 

📷 PERSIB Bandung

1.30.2022

MUTIARA TERPENDAM DI KOTAK HARTA KARUN ABAH OBET

 

Pertandingan pekan ke-21 melawan (PS Tira) Persikabo 1973 menjadi pertandingan yang jangan sampai dilupakan. Bukan karena kemenangan, tetapi karena malam itu anak-anak Maung memperlihatkan determinasi yang luar biasa.

Daftar Susunan Pemain (DSP) yang janggal karena ada 4 kiper yang terdaftar akibat kekurangan pemain. Ada nama-nama pemain lapis dua dan pemain belia yang sebelumnya 'terlupakan' bila mereka ada, serta menghilangnya nama-nama pemain bintang yang tidak bisa bermain akibat terpapar virus korona.

Di DSP juga tidak tercantum nama-nama pemain depan. Dengan formasi 4-3-3, pelatih Robert Alberts nampaknya menerapkan strategi false nine.

Malam itu rasanya akan menjadi malam kekalahan dan malam paling memalukan untuk si pujaan hati, PERSIB Bandung. Semenjak diumumkan 9 pemain terpapar covid hingga DSP dirilis jelang pertandingan, Bobotoh merespon dengan muram dibalut pesimis.

Betapa tidak, dalam 20 pertandingan sebelumnya, dengan pemain-pemain inti Persib seolah kehilangan ruh-nya. Bermain pragmatis, menang, tapi tidak nyaman. Nyaris tanpa chemistry, para pemain seolah bermain hanya untuk dirinya sendiri.

Tetapi setelah pertandingan berjalan, 15 menit pertama memberikan perspektif lain. Para pemain terlihat ngotot, tidak mau didikte lawan. Walau bukan tanpa kesalahan, tetapi mereka tampak gigih dan penuh determinasi. Permainan lebih hidup, variatif dan menjanjikan.

Hingga akhirnya di menit ke-22 Kakang Rudianto, pemain debutan jebolan Akademi Persib yang membuat perbedaan. Sontekan di depan gawang membuat bola muntah yang terlepas dari pelukan kiper Persikabo 1973 membuat skor berubah menjadi 1-0.

Gol perdana untuk Kakang yang baru bergabung di putaran ke-2 menggantikan Indra Mustaffa. Juga gol yang menarik mengingat posisinya adalah pemain belakang/CB.

Gol tunggal ini bertahan hingga pertandingan babak pertama selesai. Kedua tim di babak pertama tidak bisa mengkonversi berbagai peluang menjadi gol.

Di babak ke-2, Persikabo 1973 tampak lebih menekan dan menguasai lapanagan. Tetapi anak-anak Maung tetap lugas dan menjaga keunggulan. Bahkan ada beberapa peluang sempat diciptakan walau tidak berhasil dikonversi menjadi gol.

Teja Paku Alam dan Henhen Herdiana dan para pemain belakang rasanya layak mendapat kredit tersendiri. Mereka bisa  mementahkan serangan-serangan berbahaya pemain Persikabo 1973. 

Khusus untuk Teja, seperti biasa ia bermain gemilang untuk menjaga keperawanan gawangnya. Ciro Alves dibuat bertekuk lutut tak berdaya padahal tendangan-tendangannya ke arah gawang sangat berbahaya dan sangat berpeluang menjadi gol.

Anak-anak Maung yang diisi pemain lapis ke-2 ini tampil dengan penuh semangat, sesuatu yang tak dominan terlihat di 20 pertandingan sebelumnya. 

Memang seharusnya begitu, karena rasanya bila Persib kalah malam itu, Bobotoh tetap akan mengapresiasi pertandingan yang menarik dan penuh determinasi. Seperti yang pernah terjadi saat Persib kalah 2-3 oleh Persiba Balikpapan di Liga Indonesia 2011 silam. 

Pertandingan pekan ke-21 ini seharusnya menjadi tolok ukur, menjadi standar benchmark untuk 13 pertandingan tersisa di Liga 1 2021/2022 bila Persib ingin bertahan di papan atas dan mengejar gelar juara. 

Bukan hal yang tidak mungkin. Tinggal bagaimana Abah Obet bisa membuat tim selalu dalam keadaan kondusif dan chemistry antar pemain terikat satu sama lain.

Tinggal bagaimana Abah Obet mengendalikan ego para pemain berlabel bintang agar bisa tunduk pada skemanya dan fokus pada tujuan utama olahraga: meraih kemenangan.

Sebagai pelatih kawakan seharusnya Abah Obet melakukan itu sejak pertandingan pekan pertama Liga 1. Bukan karena terpaksa oleh keadaan.

Saat tim dihajar pandemi dengan terpaparnya 9 pemain utama, ternyata memperlihatkan mutiara-mutiara terpendam yang selama ini luput dari perhatian. Dipaksa oleh keadaan dan kekurangan pemain, ternyata memaksa Abah Obet membuka ’peti harta karun’ yang sepertinya ia lupakan.

Sejatinya para local boys ini memang harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka pada publik. Karena mereka memang ternyata sangat mampu bersaing dengan pemain asing atau naturalisasi yang berlabel pemain bintang.

Proud of you Boys.

Ricky N. Sastramihardja

📷  Persib Bandung


12.18.2021

PERSIB, PERMAINAN CANTIK DAN SEMANGAT KOMPETISI


Di akhir putaran 1 Liga 1 2021, Persib berada di posisi ke-2 klasemen sementara. Dari 17 kali bertanding, Persib mengumpulkan 34 angka hasil 10x menang, 4x imbang dan 3x kalah.

Posisi di klasemen ini masih belum aman mengingat ada Arema FC di posisi ke-3 yang masih menyisakan 1 pertandingan. Dari 16 pertandingan, Arema FC mengemas 33 angka. Hanya terpaut 1 angka dengan Persib.

Sedangkan dengan Bhayangkara FC yang memuncaki klasemen, hanya berselisih 3 angka saja. Bhayangkara FC mengemas 37 angka dari 17 pertandingan dan dipastikan menjadi juara paruh musim.

Berada di posisi ke-2 klasemen sementara, Persib masih memiliki kesempatan meraih puncak klasemen dan menjuarai liga. Apalagi masih ada 17 pertandingan lagi di putaran ke-2.

Namun apa yang membuat bobotoh seolah tidak puas dengan pencapaian Persib di putaran ke-2? Salah satunya adalah permainan Persib yang buruk. Sehingga 10 kali kemenangan yang diraihnya dirasakan hanya sebagai keberuntungan saja. 

"Persib si gede milik," demikian satir Bobotoh.

***

Bila harus berkaca, Bobotoh sepertinya masih terpesona dengan skuad Persib hasil racikan Mario Gomez di Liga 1 2018. Menjadi  juara di paruh musim dengan permainan yang penuh determinasi. Yang kemudian berakhir di peringkat ke-4 klasemen akhir sebagai buntut  'konspirasi' untuk memuluskan tim ibu kota jadi juara liga.

Gomez berhasil menyulap pemain-pemain Persib bertanding dengan penuh determinasi dengan tiki-taka yang memikat. Bahkan pemain yang tidak dikenal sebelumnya, bermain bak pemain bintang. 

Siap sih yang dulu mengenal Ardi Idrus atau Ghozali Siregar? Ardi berasal dari klub Liga 2 yang baru promosi, PSS Sleman dan Ghozali 'hanya' penghangat bangku cadangan di PSM Makassar.

Di 3 pertandingan perdana Liga 1 2020 bersama Robert Alberts, Persib meraih 3 kemenangan beruntun sebelum liga akhirnya dinyatakan berhenti karena pandemi. Fait accompli.

Tetapi di musim 2021, tiki-taka ala Robert seolah hilang. Seolah menjadi 'teka-teki', bahkan bagi pemainnya sendiri. Salah satunya adalah bagaimana kejadian konyol saat Febri Bow dan Marc Klok membuat tendangan bebas menjadi adegan konyol dan memalukan.

Robert seolah kehilangan magis dalam mengolah pasukan Maung Bandung di 2021. Luiz dan Castillion yang dielu-elukan malah terdepak paling awal karena pelatih tidak bisa memaksimalkan peran keduanya di garda depan.

Kehilangan Omid Nazari juga membuat Persib kehilangan playmaker yang visioner. Beban  itu kini seolah ditanggung Beckham yang masih belia. Duet Klok-Rashid atau Klok-Dado pun seolah tidak berarti. Vizcarra yang diharapkan menjadi game changer, sepertinya seringkali bermain tidak sesuai role-nya.

Kemenangan Persib pun seolah berkat keberuntungan semata. Di pertandingan melawan Persik Kediri yang jauh berada di klasemen bawah,  Persib hanya bisa menang 0-1 itu pun dengan berpayah-payah.

Bobotoh tetap tidak puas dengan posisi ke-2, juga terutama karena permainan buruk Persib. Apalagi di tahun 2001, Persib alami 3 kekalahan beruntun dari Persija Jakarta (Final 2 leg Piala Menpora dan pertandingan putaran 1 liga. Hal tersebut membuat Bobotoh 'terluka' dan merasa sangat tidak puas.

***

Selain kemenangan, Bobotoh juga menuntut PERSIB Bandung untuk bermain cantik. Bahkan bermain cantik walau kalah, bisa diapresiasi dengan layak oleh Bobotoh.

Pada pertandingan kandang melawan Persiba di stadion Siliwangi di ISL 2012, Persib kalah 2-3 oleh tim asuhan Peter Butler tersebut. Alih-alih mendapat ejekan atau protes keras Bobotoh, ke dua tim mendapat standing applause di akhir pertandingan.

Kedua tim bermain dengan determinasi tinggi, menghibur, atraktif, menarik, dan sportif. Bahkan Peter Butler menyebut bila ia merasakan atmosfir Stadion Siliwangi seperti di Liga Inggris.

Lalu bisakah Persib kembali bermain memuaskan di putaran ke-2? Apalagi ada pergantian amunisi dengan masuknya David da Silva dan Bruno Cantanhede sebagai bomber menggantikan Wander Luiz dan Geoffrey Castillion.

Seharusnya begitu. Bila ingin meraih gelar juara liga 2021, Persib harus menjawab kritik keras Bobotoh dengan permainan penuh determinasi yang diikuti dengan kemenangan.

Tentu saja namanya kompetisi harus ada semangat untuk memenangkan pertandingan dan mengalahkan lawannya. Bila tidak ingin menang, sebaiknya jangan ikut kompetisi. Ikut saja karnaval atau sirkus.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Beckham dan Rashid, foto dari laman Persib Bandung.

10.18.2021

OBITUARI: MENGENANG HENDRA, PLAYMAKER PERSIB BERGELAR DOKTER



"Jadi pemain sepakbola itu harus pintar, dari kepintaran dan pemahamannyalah dampak besar bagi tim akan terasa. Mengatur permainan dari lapangan tengah adalah titik terluas dalam permainan.” - A. Himendra Wargahadibrata dari twit Viking Unpad.

Beberapa saat sebelum Persib Bandung berulangtahun yang ke-87 di tahun 2020, tersiar berita wafatnya salah seorang eks pemainnya: A. Himendra Wargahadibrata. Eks pemain yang akrab dengan sapaan Hendra ini wafat Kamis, 13 Februari 2020 dalam usia 77 tahun.

Wafatnya Hendra menukil penggalan kisah hidupnya yang jarang diketahui publik. Hendra yang bermain untuk Persib Bandung pada tahun 1967-1972 adalah seorang dokter, juga rektor.

Di masa mudanya, lelaki kelahiran Purwakarta 11 Februari 1943 ini lebih memilih melanjutkan studi dokternya di Unpad daripada bergabung dengan Timnas Junior. Bergabung di klub UNI Bandung tahun 1961, posturnya yang tinggi disertai dengan kecepatan drible yang bagus, 'licik' -pandai diving- dan licin membuatnya langsung mengisi pos inti penyerang tengah UNI.

Bermain kompak bersama Pietje Timisela (kiri dalam) dan Hengky Timisela (kanan dalam). Setahun kemudian, pelatih Persib, Tomasowa memintanya untuk jajaran skuad Persib Bandung.

Lelaki yang biasa disapa Hendra ini juga sempat bergabung di Timnas Junior di bawah asuhan Tony Pogacknick dan Djamiat. Ia dipersiapkan untuk pertandingan internasional Asean Games (1962), Merdeka Games dan Ganefo (1964).

Setelah bergabung Timnas Junior ia memilih melanjutkan studi kedokterannya yang tertunda. Namun ia bergabung dengan Persib Bandung di tahun 1967 hingga 1973..

Hendra 'pensiun' di Persib di usia 30 tahun dan memilih menjadi dokter. Persib menjadi satu-satunya klub yang ia perkuat hingga kelak kemudian sempat menjadi dokter tim dan Dewan Pembina Persib Bandung.

Tidak banyak atlet yang kemudian menjadi dokter. Dunia mengenal Socrates, pesepakbola Brazil yang setelah gantung sepatu bergelar medical doctor. Atau pelatih Timnas Islandia, Hallgrimson yang berprofesi juga sebagai dokter gigi.

Tentunya hal ini bisa menjadi penyemangat bagi para orangtua yang anaknya berprestasi sebagai atlet. Karena atlet juga bisa berprofesi dan berprestasi di bidang akademis.

Gelar Prof.dr. SpAn KIC KNA (spesialis anestesi), menjabat Pembantu Rektor III dan kemudian Rektor Universitas Padjadjaran (1998-2007) menunjukkan bila atlet juga punya daya saing dan prestasi di akademik. 

Mungkin Hendra satu-satunya eks pesepakbola semi profesional di dunia yang memiliki gelar itu (di kurun 1967-1973, Persib adalah klub amatir semi profesional karena Liga Sepakbola Profesional baru ada tahun 1990an/Galatama).

Selamat jalan Profesor. Pileuleuyan. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Allohumagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.

Ricky N. Sastramihardja

-diracik dari berbagai sumber

- Dimuat di akun facebook pribadi https://www.facebook.com/ricky.nsas.3/posts/792830271223768
juga di "Kompilasi 97 Tahun Persib Bandung", e-book format digital yang diterbitkan oleh akun twitter @historyofpersib menjelang ulang tahun Persib ke-97 Maret 2020.

e-book dapat diunduh di sini: Kompilasi Tulisan 87 Tahun Persib Bandung.pdf - Google Drive

🙍‍♂️ Himendra A. Wargahadibrata 📷 Kang Opee


BAGAIMANA STATISTIK MEMBERIKAN GAMBARAN PERTANDINGAN YANG 'TAK TERLIHAT' DI LAYAR KACA


Statistik sepak bola, sebetulnya tidak terlalu penting juga bagi para penggemar sepak bola. Selain hanya berisi angka-angka, statistik juga cukup 'mengganggu' kegembiraan, ketegangan, dan emosi menikmati suatu pertandingan.

Betulkah begitu? Bisa ya bisa tidak, bahkan bagi para entusias hingga fanatik. Statistik memang berguna, tapi jelas akan sangat teknikal, di mana tidak semua penggemar sepak bola memperhatikan statistik. Terlebih bagi mereka yang tidak bermain sepak bola (kompetisi atau rekreasi), atau bahkan bermain video game sepak bola.

Mungkin, mungkin mereka yang suka bemain sepak bola, terutama yang kompetitif atau bermain video game sepak bola menaruh perhatian pada statistik. Tetapi yang tidak salah satu atau dua-duanya, bisa jadi kurang memperhatikan statistik.

Tetapi tim jelas membutuhkan statistik untuk raport dan evaluasi. Menilai seberapa efektif strategi, menilai seberapa tinggi daya juang tim dan pemain, juga lainnya.

Misalnya saja menilai Henhen Herdiana, pemain belakang Persib Bandung dalam pertandingan melawan Bhayangkara FC di akhir pekan lalu (Sabtu, 16/10/2021).  Dalam statistik yang dirilis lapangbola.com, Henhen mencatatkan 2 kali tekel, 5x intersep, memenangkan semua duel udara melawan pemain lawan (100%) dan menggiring bola tanpa kesalahan sepanjang pertandingan (100%). 

Data singkat itu menunjukkan kerja keras Henhen untuk membalas kepercayaan yang diberikan pelatih kepadanya.Tidak hanya kerja keras, tetapi juga kerja cerdas dan efektif. 

Statistik juga memberi gambaran apakah permainan berjalan seimbang, atau ada salah satu yang lebih dominan dan agresif sementara lawannya defensif dan efektif. Fakta lain, dominasi dan agresifitas bukan menjadi penentu kemenangan. 

Masih kita lihat statistik pertandingan yang sama dari pencatat statistik yang sama. Bhayangkara FC yang bernafsu mempertahankan posisi puncak klasemen dan menjauh dari pesaingnya, tercatat lebih banyak menguasai bola. Pada babak pertama penguasaan bola Bhayangkara FC adalah 63% berbanding 27% dibanding Persib Bandung. Wow!

Persib yang memiliki masalah dengan ketajaman strikernya memilih bermain efektif dan defensif. Namun walau 'hanya' menguasai bola 27% tetapi bisa memenangkan pertandingan dengan skor 0-2. Hanya ada dua kesempatan shot on targets dan keduanya menjadi angka dibanding Bhayangkara dengan 3 shot on targets tetapi bisa dimentahkan oleh pemain-pemain Persib.

Minimnya shot on targets atau shot off targets kedua tim juga seharusnya bisa memberikan kita suasana lain pertandingan: alotnya pertandingan di lini tengah. Bahkan bisa dikatakan duel lini tengah lah yang menjadi penentu pertandingan dan mempengaruhi kesigapan para pemain belakang. 

Sedangkan dari 7 pertandingan yang sudah dijalani, statistik dari ligaindonesiabaru.com mencatat Persib sudah melakukan tembakan ke arah gawang sebanyak 71 kali dengan 26 kali shot on targets. Artinya ada 45 tendangan yang meleset alias off targets. Sedangkan dari 26 kali tendangan on targets, 8 bisa dikonversi menjadi gol.

Lagi-lagi memberi gambaran bila Persib Bandung memang bermasalah dengan pemain depan. Dan itu sepertinya membuat Abah Obet harus 'ngetrukkeun pangabisa' menguras pikirannya untuk membuat strategi yang sesuai untuk Persib.

Ricky N. Sastramihardja

🙍‍♂️Selebrasi Henhen & Febri Bow 📷 PERSIB Bandung

#Persib #PersibBandung #Bobotoh #BobotohPersib #Liga12021 #MaungBandung #PersibDay

https://www.facebook.com/photo?fbid=1213526702487454&set=a.2515499

10.15.2021

JELANG SERIES 2, BISAKAH ABAH OBET MANFAATKAN FAKTOR NONTEKNIS?


Dalam sepak bola ada dikenal istilah faktor teknis dan faktor nonteknis. Sederhananya, faktor teknis adalah hal-hal yang berhubungan dengan permainan. Misalnya skill individu, skill tim, kondisi lapangan, aturan permainan, dan lainnya. 

Faktor nonteknis bisa dikatakan kebalikannya, misalnya faktor mental pemain, komunikasi dalam tim, suasana di dressing room, dan hal-hal lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan permainan.

Menyimak 4 pertandingan Persib Bandung di Series 1 Liga 1 2021 yang berakhir imbang (vs PSM Makasar 1-1, Persikabo vs 0-0, vs Borneo 0-0, dan Bali United vs 2-2), dari kacamata awam para penggemar, secara teknis tidak ada masalah dengan kemampuan teknis. Baik tim maupun individu.

Walau hasil imbang 4 kali berturut-turut tetapi dari pertandingan yang satu ke pertandingan lain, terlihat ada peningkatan. Lebih menarik walau tentu saja kata 'menarik' di sini subjektif karena tidak menyertakan statistik pertandingan.

Bila menarik dan meningkat, lalu kenapa susah menang? Kenapa susah membobol gawang lawan? Bahkan 5 dari 5 gol yang disarangkan ke gawang lawan dari 6 pertandingan berasal dari pemain tengah? Klok, Rashid, dan Beckhan Putra adalah pemain tengah, bukan striker.

Diduga ada faktor nonteknis yang berkecamuk di tengah tubuh tim Maung Bandung. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi penampilan dan hasil pertandingan, apalagi bila menimpa pemain yang bertugas untuk mencetak gol/striker.

Menurut Si Konon Katanya, disinyalir ada salah seorang striker yang sedang terganggu kondisi mental akibat masalah dan kehidupan pribadinya. Tentunya sangat berat bila berhubungan dengan keluarga, istri, anak, orang tua atau kekasih. 

Tentu saja faktor nonteknis ini (seharusnya) menjadi perhatian tim pelatih, terutama pelatih kepala, Robert 'Abah Obet' Alberts. Ia harus bisa mencari solusi dengan segala cara agar timnya kembali produktif dan memetik kemenangan demi kemenangan.

Series 2 yang dipusatkan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta serta akan digelar mulai sore ini, 15 Oktober sampai 6 November 2021 akan menjadi ajang pembuktian bagi Abah Obet. Apakah ia bisa melebur dan memadupadankan alasan-alasan nonteknis atau tidak?

Seharusnya sih iya bisa, karena Series 2 akan 'memaksa' para pemain tinggal dalam satu atap yang memungkinkan mereka berkomunikasi dengan sesamanya lebih baik. Lebih intensif, lebih hangat, lebih akrab  daripada saat bermain di Series 1

Karena dalam banyak contoh  dari terbangunnya chemistry antar pemain yang saling akrab tidak saja saat berlatih dan bertanding, tetapi juga di luar lapangan akan sangat mempengaruhi hasil di pertandingan.

Bisakah Abah Obet memanfaatkan faktor nonteknis ini untuk mendongkrak performa Si Maung? Pertandingan pekan ke-7 melawan pemuncak klasemen Bhayangkara FC esok hari, Sabtu 16 Oktober 2021, akan menjadi standar Bobotoh menilai kemajuan Persib Bandung.

Ricky N. Sastramihardja

📷 Persib Bandung

#Persib #PersibBandung #PersibDay #Bobotoh #BobotohPersib #MaungBandung #RickyNSas

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1211436199363171&set=a.251549972018470

10.10.2021

MENGHITUNG PENGHASILAN PERSIB DARI MEDIA SOSIAL


Berapa pendapatan PERSIB Bandung dari media sosial, dalam hal ini Youtube, melalui konten yang dimonetisasi? Melalui laman Socialblade kita bisa mendapat perkiraan berapa rupiah yang didapat Persib Bandung dalam setahun. 

Dengan 1,19 juta subscribers (pelanggan) dan total views 108.909.593 views dari 1230 video yang mereka upload, setidaknya Persib mendapat penghasilan tahunan antara USD 18.300 hingga USD 292.700 (260 juta - 4,17 miliar). Masih dari Socialblade, adapun per bulan Persib setidaknya mendapat 21,3 juta rupiah hingga 347 juta dengan kurs per hari ini, 10 Oktober 2021 pukul 19:30 WIB yakni 1 USD = 14.256.85 Rupiah.

Tentu saja itu hanyalah estimasi Socialblade yang menghitung berdasar komponen views dan durasi, juga komponen lainnya. Bila ada komponen endorse atau iklan yang disertakan dalam video, seperti grafis atau dalam istilah Youtube, paid content, tentu akan keluar nilai yang berbeda. Bisa lebih besar.

Belum lagi pendapatan via video Facebook, yang ini saya kurang faham cara hitung dan cara mendapatkan prakiraan datanya, di mana setiap video yang ditayangkan akun FP Persib Bandung sudah mengundang iklan. Atau mungkin melalui Instagram atau Twitter.

Okay kita ambil bukan angka optimis, kita ambil pertengahan: 2 miliar per tahun untuk Persib hanya dari Youtube saja. Angka yang lumayan, walau pasti belum menutup keseluruhan biaya tahunan Persib. Tentu jangan dibandingkan dengan penghasilan Youtuber terkenal macam Atta Halilintar atau Deddy Corbuzier, mereka bisa meraup miliaran per bulan hanya dari Youtube.

Tapi dibanding klub lain, katakanlah Persebaya Surabaya atau PSS Sleman, maka angka yang didapat Persib berkali lipat lebih besar dari yang didapat dua klub itu.

Akun official Persebaya di Youtube, misalnya, 'hanya' mendapat USD 6.500-104.200 per tahun atau USD 543 hingga 8700 per bulan. Sedangkan PSS Sleman hanya mendapat USD 0,31 - 5 per bulan atau USD 4-59 per tahun. Persija Jakarta? USD 620 - 9900 per bulan atau USD 7400 - 119.000 per tahun.

Konten media sosial bukanlah satu-satunya penghasilan Persib. Persib juga mendapat pendapatan dari hak siar dari setiap pertandingan yang digelar official broadcaster. Entah berapa nilainya. 

Namun yang jelas, semakin banyak penonton di televisi, maka semakin besar pula pundi-pundi Persib. Untuk satu musim, bisa lebih besar dari pendapatan via Youtube yang 'hanya' maksimal 4 miliar rupiah.

Ricky N. Sastramihardja

🙍‍♂️ Unjuk Rasa Bobotoh Depan Grha Persib, Jalan Sulanjana sore tadi 10/10/2021 📷 Twitter @officialvpc







9.28.2021

CARA BOBOTOH MEMANG BEDA....


Cara Bobotoh menyikapi Persib memang beda. Bandung sebagai ibu kota Persib, adalah kota yang aman damai sejuk dan santai. Sesekali terjadi perkelahian anak muda, tapi tawuran sama sekali bukan gaya hidup warganya.

Tapi ketika sudah menyentuh dengan yang namanya Persib, reaksi bisa berubah 180°. Bobotoh enggak mau klubnya nunggak gaji pemain, makanya saat prestasi klub jeblok, tidak mengirim karangan bunga. Tapi molotov seperti dampak kegagalan di Piala 'Koaci' Menpora.

Di Liga 1 2021, hattrick hasil imbang disikapi dengan sama keras. Di Cikarang bis pemain dicegat dan dianjing-anjingi oleh bobotoh. Sampai Bandung juga sama dianjing-anjingi di Fly Over Paspati.

Sungguh krans bunga memang hanya cocok sebagai simbol duka cita bagi klub yang nunggak gaji. Di Persib, pemain-pelatih-offisial hidup nyaman. Wajar bila bobotoh menuntut kemenangan dan kemenangan. No excuse.

📹 Pencegatan Bis Persib 28/9/2021dinihari di Fly Over Paspati. Twitter anwarsanusi137

9.25.2021

BOBOTOH, PERSIB, DAN HUKUM GOSSEN


Seperti halnya tidak berlaku bagi pemadat/pecandu narkoba, pemabuk, dan penjudi, hukum Gossen sepertinya tidak berlaku juga pada 'konsumen' klub sepak bola. Karena di titik paling ekstrim, suporter tidak akan pernah merasa puas dengan pencapaian klubnya.

Bila hari ini menang, maka besok-besok harus lebih sering menang lagi. Bila hari ini menang 1-0, besok harus menang 10-0. Suporter klub sepak bola akan selalu meminta lebih, walau pada prakteknya tidak akan pernah terpenuhi.

Sebagai produk jasa, olah raga kompetitif seperti sepak bola hanya memiliki 3 opsi hasil: menang atau imbang atau kalah. Bahkan di kompetisi liga hasil imbang pun dianggap sebagai kekalahan karena hasil yang diraih sangat minimal (1 angka) dibanding menang (3 angka).

Maka ketidakpuasan akibat tidak terpenuhinya hukum Gossen akan membuat klub sebagai produsen harus rela menerima masukan, kritikan, cacian, bahkan hujatan dari para penggemarnya.

Ketidakpuasan itu disampaikan dengan cara yang paling santun hingga paling ekstrim. Kebetulan Bobotoh seringkali memberi pesan ekstrim terkait produk 'butut' bernama Persib yang sering mereka 'konsumsi'.

Sekedar memaki di media sosial, demonstrasi, atau mencegat bus pemain usai pertandingan adalah bentuk ketidakpuasan yang lazim. Yang paling ekstrim adalah melempari kantor manajemen dengan bom molotov pun pernah.

Pesan yang keras ini bertolak belakang dengan stereotip pandangan budaya orang Sunda itu 'someah' santun. Kalau sudah urusan prestasi 'butut' sepak bola bernama Persib, 'someah' pun menjadi kata tabu.

Mengapa? Karena sebagai konsumen, Bobotoh tidak bisa pindah dari produk 'butut' bernama Persib ke klub lain yang mungkin saat ini lebih kinclong.

Suporter fanatik sepak bola itu lahir, hidup, mati hanya dengan satu klub. Poligami dengan klub lain di liga atau di kompetisi yang sama adalah hal tabu, pamali. Bahkan mungkin didekatkan ke pengertian musryik: mempersekutukan.

Kritik ekstrim ini tujuannya hanya satu: mendongkrak prestasi klub secara ekstrem pula (baca: optimal).

Maka bila Persib ingin mempertahankan loyalisnya, prestasi dan kemenangan menjadi kewajiban. Para loyalis ini tidak akan pernah meninggalkan klub walau harus PO BOX alias dipoyok dilebok.

Moyok (mengejek) adalah tanda cinta, tanda loyalitas paling jujur. Maka walau butut, Persib tetap ngangenin bagi para loyalisnya.

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1198450563995068&set=a.251549972018470


9.21.2021

LAYAKKAH ESTEBAN 'PISKARDUT' MENGENAKAN NOMOR 10?


Pesepakbola dengan nomor punggung 10, selalu identik dengan pemain jago. Publik sepakbola Bandung mengenang Ajat Sudrajat sebagai pengguna nomor 10 di Persib yang melegenda.

Tidak banyak pesepakbola lokal di Persib yang bernomor 10: ada Dadang Kurnia dan Imam Riyadi. Nama terakhir adalah nama pesepakbola lokal pengguna nomor punggung 10.

Sisanya adalah pemain 'interlokal' dan pemain asing: Tobar, Konate Makan, Ikenwa, Hilthon Moreira, Sergio van Dijk. (Ahmad Fadhil Abidin, infobdg.com 7/10/2016).

"Nomor punggung 10 dianggap memiliki tanda penghormatan karena selalu digunakan oleh para pemain yang dianggap paling istimewa di antara para pemain lainnya. Bahkan dalam sebuah klub, pemain dengan nomor punggung 10 sebagai pemain penting dan utama dalam mencetak gol.

Banyak pemain sepak bola terbaik dunia yang mempengaruhi penggunaan nomor punggung 10 ini seperti Pele dan Diego Maradona. Keduanya sukses menjadi pesepak bola terbaik di generasinya. Keduanya juga berhasil membawa kejayaan sepak bola untuk negara mereka hingga dikenang sebagai legenda sepak bola yang menggunakan nomor punggung 10," tulis Rauhanda Riyantama di bolatimes, 9/7/2021.

Esteban mengenakan nomor 10 di Persib Bandung sejak musim Liga 1 2020-2021 (ia direkrut musim 2019 dengan nomor punggung 9). Pergantian nomor punggung 9 ke 10 juga cukup mengejutkan mengingat nomor 10 sebelumnya digunakan Ezechiel 'Ndouassel yang kemudian berlabuh di Bhayangkara FC.

Kiprah Esteban dengan nomor punggung 10 masih harus dibuktikan. Seperti disebutkan di awal, nomor 10 ini nomor 'keramat' di dunia sepak bola. Identik dengan pemain jagoan, identik dengan pemain pembobol gawang lawan.

Di Piala Menpora 2021 Esteban menyumbang beberapa gol. Dua ke gawang Barito Putera, 1 ke gawang Persita. Tetapi itu adalah pertandingan 'tarkam' pra-musim. Di Liga 1 2021, Esteban masih belum terlihat kontribusinya mengingat liga baru berjalan 3 pertandingan.

Tentu saja publik Bobotoh berharap Esteban 'Piskardut' ini segera kembali padu dengan tim dan memberikan kontribusi, baik gol maupun asis. Agar angka 10 sebagai nomor 'keramat' kembali pada khittahnya: pesepakbola jagoan, bukan pesepakbola bully-an.

Kita tunggu gol dan kontribusi Esteban di pertandingan pekan ke-4 melawan Borneo 'Perseba Bangkalan' FC di akhir pekan ini. 

🙍‍♂️Esteban Vizcara 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo?fbid=1195912564248868&set=a.251549972018470

MANDULNYA PARA STRIKER PERSIB


Tiga pertandingan perdana Liga 1 2021 sudah dijalani Persib Si Maung Bandung. 2  kali menang, 1 kali imbang dengan 5 memasukkan dan 3 kemasukan.

Tidak terlalu buruk, tetapi tidak bisa dibilang baik. 

Masalahnya adalah dalam 3 pertandingan, 5 gol dicetak oleh pemain tengah. Marc Klok, Rashid, dan Beckham Putra. Tiga striker Persib masih 'mandul' untuk membobol gawang lawan. Bahkan bisa dikata minim peluang.

Wander Luiz, Ezra Walian, dan Castillion semuanya sudah mendapat menit bermain lebih dari cukup untuk pembuktian ketajaman. Mungkin mereka masih perlu waktu lagi, namun sampai pertandingan ke berapa?

Jangan bahas kondisi pandemi, karena semua tim mengalaminya. Masalah kebugaran juga sudah disiasati regulasi dengan penggantian pemain sebanyak 5x.

Semakin mengerucut pada alasan teknis: strategi. Apakah pelatih kurang piawai meracik tim dan strategi, atau pemain tidak bisa mengerti skema? 

Berbeda dengan tiga pertandingan Liga 1 2020 di mana Wander Luiz dan Castillion memberi banyak kontribusi. Permainan mereka ciamik, hasilnya pun mantap sampai akhirnya liga dihentikan karena wabah.

Artinya membantah dengan jelas bila pelatih tidak punya strategi jitu atau pemain tidak mampu mengunyah strategi pelatih. Alasan-alasan teknis menjadi tidak berlaku.

Jadi alasan  apa yang membuat striker Persib masih mandul. Masih tidak mampu menjebol gawang lawan? Alasan non-teknis? 

🙍‍♂️ Geoffrey Castillion 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1194315051075286&set=a.246666702506797

9.16.2021

WELCOME BACK, DEN. COME BACK STRONGER!


"Saya masih bisa bermain?", ujar Deden sambil meringis menahan sakit saat ditandu dibawa ke rumah sakit terdekat. Ia menderita patah tulang fibula dan tibia setelah berbenturan 'disikat' pemain Persija Jakarta, Bruno Matos pada pertandingan tandang di GBK, Jakarta di Liga 1 2019.

Wajar saat itu Deden mengkhawatirkan karir dan masa depannya mengingat cedera yang dialaminya cukup parah. Namun berkat terapi dan pengobatan yang dijalaninya, serta tentu saja berkat izin Alloh SWT ia masih bisa kembali berkarir di lapang hijau.

Berhentinya liga karena wabah juga memberi Deden kesempatan untuk pemulihan lebih lama. Secara teknis, ia sudah dinyatakan pulih menjelang awal Liga 1 2020. Tetapi penghentian liga membuat Deden bisa lebih leluasa mengelola trauma pasca cedera.

Tak disangka, pada dua pertandingan perdana Liga 1 2021, Abah Obet memasang Deden untuk bermain penuh. Deden, seperti biasa, tampil penuh percaya diri walau sudah lama tidak bermain di pertandingan resmi. Selama kurang lebih dua tahun Deden absen untuk memulihkan cedera parah yang dialaminya. 

Walau hanya clean sheet pada pertandingan perdana, tetapi penampilan Deden cukup menjanjikan. Apalagi Persib punya 3 kiper lain: Teja Paku Alam, I Made Wirawan, dan M. Aqil Savik dengan kemampuan yang nyaris sama.

Kembalinya M. Natshir 'Deden' Mahbuby dipastikan membuat seksi pertahanan lebih 'ampeg', lebih 'kekar'. Abah Obet punya 4 kiper yang berkualitas yang bisa bermain kapan saja.

Welcome back, Den. Come back stronger!

🙍‍♂️ Deden Natshir 📷 PERSIB Bandung

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1192724531234338&set=a.251549972018470

9.15.2021

JENDRAL BECKHAM PUTRA


Beberapa pandit menyebut anak muda ini mirip Yusuf Bachtiar, sang Jendral Lapangan Tengah. Beberapa lainnya menyebut perannya mirip Andrea Pirlo, playmaker Italia.

Fisiknya memang belum sebagus senior atau kakaknya, Zola, yang kini main untuk Persela. Ia lebih sering diturunkan sebagai pemain pengganti.

Tetapi visi permainannya jelas, akurasi umpannya bagus. Dalam dua pertandingan ia nyaris membobol gawang lawan dari jarak jauh.

Dalam dua pertandingan Liga 1 2021, E7am menjadi game changer. Mungkin ia bisa dicoba menjadi starter seperti di Piala Menpora saat Persib menghadapi PS Sleman atau Bali United.

🙍‍♂️ Beckham Putra 📷 Persib

https://www.facebook.com/21164211233/photos/a.10152260418271234/10158981593856234/

COME ON MO RASHID!


Mencetak dua gol (brace) di pertandingan melawan Persita Tangerang, pemain bernomor 74 ini memilih melakukan sujud syukur sebagai selebrasi.

"Bagaimana bisa saya melakukan selebrasi (gol) bila di Palestina sana masih banyak orang yang ditangkap dan ditahan penjajah," kurang lebih demikian pernyataan Mohammed Rashid melalui akun instagram pribadinya beberapa saat setelah pertandingan (11/9/2021).*

Gelandang berdarah Palestina ini baru bermain di Indonesia bersama PERSIB Bandung. Pertandingan melawan Persita di Stadion Wibawa Mukti Kab. Bekasi adalah pertandingan resmi yang ke-2 di Liga 1 2021-2022.

Dengan dua gol yang diborongnya, skillnya yang moncer, membuat Bobotoh harus segera menghilangkan bayang-bayang mantan: Konate Makan (Mali) atau Omid Nazari (Filipina).

Kehadiran Rashid di skuad Persib Bandung juga tidak sekedar memanfaatkan momentum persahabatan Indonesia-Palestina. Tetapi memang berperan untuk meningkatkan kualitas tim yang berburu gelar juara di Liga 1 2021-2022.

Come On Jason 'Rashid' Statham. We're always stay behind you!

📷 Screen capture Indosiar/Vidio.com

*postingan terkait sudah dihapus pemilik akun. Tapi ada screen shotnya, da. Kalem.

https://www.facebook.com/photo/?fbid=1190702104769914&set=a.246666702506797

9.08.2021

KEMBALINYA BUKU YANG TERLUPAKAN


Suatu hari, entah kapan, mungkin lebih dari 20 tahun lalu saat masih kuliah, saya pernah meminjamkan sebuah buku, juga entah pada siapa. Lupa.

Namun hari ini, 8/9/2021 saat iseng googling judul buku yang sama, dengan penerbit yang sama, saya 'kembali' menemukan buku tersebut.

Namun statusnya sudah terjual/dijual di sebuah marketplace, juga oleh entah siapa. Nampaknya akun penjual buku. 

Di bagian kanan atas sampul buku masih tertera stiker label warna merah dengan nama saya. Juga di sampul belakang, ada nama saya yang digoreskan memakai rapido (dulu saya menyukai rapido buat menulis karena tipis, rapi dan tebal). Lengkap dengan label harga Rp. 5.750 rupiah.




Pita tanda baca juga pita yang saya pasang sendiri biar halaman buku tidak dilipat sebagai penanda baca.

6.20.2021

COVID, VAKSIN, DAN HERD IMMUNITY


100 tahun lalu, wabah flu spanyol melanda dunia. Berbagai catatan menunjukkan bila di Indonesia sedikitnya 1,5 juta jiwa melayang terpapar virus H1N1, embah buyutnya virus Covid-19 sekarang.

Gejalanya sama: influenza berat yang berakhir dengan kegagalan sistem pernafasan/pneumonia. Saat itu belum ada vaksin untuk mencegah penularan virus. Lalu bagaimana virus itu menghilang dan kemudian muncul mutasinya 100 tahun kemudian?

Herd immunity atau kekebalan kelompok, itu jawabannya.

100 tahun lalu  herd immunity tercapai setelah virus  menginfeksi sedikitnya 50% populasi dunia. Harganya mahal: dengan death rate 5% kematian akibat flu Spanyol dikabarkan sedikitnya merenggut 50 juta jiwa.

Ingat, sekali lagi 100 tahun lalu belum ada vaksin untuk virus ini. 

100 tahun kemudian, tepat di masa kita sekarang, cucu buyut H1N1 meneruskan pekerjaan mbah buyutnya. Dengan nama SARS Cov yang turunan langsung H5N1, ia mewabah di mana-mana. Setelah setahun lebih, dicatat 3,86 juta jiwa melayang direnggut virus berbahaya ini hingga opini ini ditulis.

Perbedaan 100 tahun lalu dan sekarang adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang lebih baik. Vaksin tersedia setelah beberapa bulan wabah melanda. Setahu saya, pembuatan vaksin itu lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yang menyebut butuh setidaknya 2 tahun untuk pembuatan vaksin.

Lalu berapa banyak yang harus divaksin? Bila merujuk pada teori herd immunity, maka hanya 50-70% penduduk dunia yang harus divaksin untuk menciptakan herd immunity. Artinya bila penduduk dunia 7 M jiwa, maka yang harus divaksin paling banyak 4,5 M jiwa.

Bila angka tersebut diterapkan di Indonesia, maka hanya sekitar sedikitnya 135 juta jiwa yang harus divaksin. 

Jadi pemerintah cukup memastikan 50-70% penduduk Indonesia mendapat vaksinasi agar tercipta kekebalan kelompok. Sisanya, enggak perlu.

Jadi buat teman-teman yang menolak vaksin dengan alasan apapun itu, ada peluang untuk menolak vaksin. 

Biarkan yang 70% berihtiar menggunakan vaksin untuk melindungi yang 30%. Oh ya, saya berharap  masuk ke golongan  70% penerima vaksin walau belum mendapat panggilan hingga opini ini ditulis.

Semakin cepat semakin baik, agar pandemi ini segera berakhir. 

Teman-teman bersama 30% lainnya -manula atau mereka dengan comorbid, anak-anak & remaja, serta mereka yang tidak bisa divaksin dengan alasan kesehatan- cukup duduk-duduk saja santai di rumah.

Saya ingin segera ke stadion buat nonton Persib berlaga, seperti halnya rakyat Hongaria menyaksikan timnasnya berlaga di Euro 2020. Di mana vaksinasi sudah mencapai minimal 50% populasi. Saya juga ingin 'turun ke jalan' menentang kedzaliman tanpa harus waswas lagi saat berada di tengah kerumunan.

Bandung, 20062021

12.01.2020

Ust. Budi Hata'at, Lc Episode 2: Syirik

 Kuliah Tauhid Bersama Ust Budi Hata'at, Lc, Direktur At-Tarahum Foundation episode 2: Syirik

Klien: Ashabul Kahfi Foundation/Prima Kusumahwardana

Videografer: Ricky N. Sastramihardja



Ust. Budi Hata'at, Lc Episode 1: Makna Tauhid

 Kuliah Tauhid Bersama Ust Budi Hata'at, Lc, Direktur At-Tarahum Foundation episode 1: Makna Tauhid.

Klien: Ashabul Kahfi Foundation/Prima Kusumahwardana

Videografer: Ricky N. Sastramihardja